Advertorial

Dukung Penanganan Perubahan Iklim, Pertamina Lakukan Dekarbonisasi Bisnis

Kompas.com - 15/11/2022, 09:58 WIB

KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) berkomitmen melakukan dekarbonisasi aset bisnis dan mengembangkan bisnis hijau. Hal ini diutarakan oleh Senior Vice President Strategy and Investment Pertamina Daniel S Purba pada acara Paviliun Indonesia COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, Jumat (11/11/2022).

Pada kesempatan itu, Daniel menjelaskan bahwa keputusan tersebut dilakukan Pertamina demi mendukung penanganan perubahan iklim global dan membantu pencapaian target emisi nol karbon atau net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.

"Kami memiliki dua pilar dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu melakukan dekarbonisasi aset karbon dan bisnis karbon," kata Daniel dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (15/11/2022).

Daniel menambahkan, pilar pertama dilakukan Pertamina dengan mengubah portofolio bisnis dengan cara mempromosikan energi rendah karbon. Selain itu, pihaknya juga akan menambahkan energi baru terbarukan (EBT) ke dalam bisnis dan operasi perusahaan yang sudah ada terlebih dahulu.

"Sebab, secara ekonomi, untuk memperkenalkan energi terbarukan masih mahal sehingga pasar belum benar-benar siap. Namun, bagi Pertamina, hal ini akan dimulai dengan operasi kami sendiri. Kami tidak bisa menunggu sampai pasar siap,” ujar Daniel.

Daniel melanjutkan, pilar kedua dilakukan dengan mengembangkan bisnis baru yang berkaitan dengan bisnis energi hijau. Pertamina melakukannya dengan memasang sejumlah target pada ketersediaan bahan bakar nabati, hidrogen, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon, energi terbarukan, baterai dan kendaraan listrik, serta bisnis karbon.

“Dengan demikian, pendapatan perusahaan akan terus mengalir, meskipun bisnis karbon dikurangi dan perusahaan melakukan dekarbonisasi,” ucap Daniel.

Daniel menjelaskan, Pertamina memiliki dua pilar dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu melakukan dekarbonisasi aset karbon dan bisnis karbon.Dok. Pertamina Daniel menjelaskan, Pertamina memiliki dua pilar dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu melakukan dekarbonisasi aset karbon dan bisnis karbon.

Di sisi lain, sebagai komitmen perusahaan untuk mencapai emisi nol karbon pada 2060, Pertamina akan mengurangi emisi karbon hampir 30 juta ton hingga 2030 dan harus mengurangi sekitar 30-40 juta ton per tahun pada 2060.

“Untuk itu, perencanaannya harus dilakukan sejak sekarang. Sebagai wujud nyata dalam upaya pengurangan emisi, Pertamina berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29,09 persen pada 2010 hingga 2021,” ungkap Daniel.

Adapun Daniel mengatakan, hal itu telah direncanakan Pertamina dalam roadmap dan pathway untuk mengambil tindakan pada tahun-tahun mendatang dengan memiliki program dan inisiatif yang kuat, jelas, dan detail dalam bisnis grup perseroan. Tidak hanya berurusan dengan bisnis karbon yang ada, tetapi juga dengan EBT.

Menurut Daniel, peta jalan dekarbonisasi aset bisnis dilakukan dalam setiap bisnis milik Pertamina, mulai dari hulu, kilang dan petrokimia, minyak komersial dan perdagangan, gas, logistik kelautan terintegrasi, hingga pembangkit listrik berbasis EBT.

"Ada ratusan program di balik skema ini dan masing-masing entitas grup bisnis kami sudah berkomitmen untuk menjalankannya," papar Daniel.

Untuk memastikan dekarbonisasi berjalan di setiap aset bisnis yang dimiliki, Pertamina juga memasukkan target pencapaian komitmen ke dalam indikator kinerja utama untuk setiap entitas bisnis.

"Jika salah satu entitas bisnis usaha tidak mencapai target, hal ini akan berdampak pada penghasilan perusahaan. Untuk itu, (penerapan indikator kinerja utama) ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua orang akan bekerja keras dan berkomitmen untuk mencapai target," tutur Daniel.

Selain bisnis energi minyak dan gas, Pertamina juga sedang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini tidak hanya diupayakan dengan memproduksi baterai, tetapi juga masuk ke dalam semua rantai bisnis pasokan di ekosistem kendaraan listrik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com