Advertorial

Perekonomian 2023 Diprediksi Semakin Gelap, Ini Cara Mengelola Keuangan Saat Resesi Ekonomi Terjadi

Kompas.com - 17/11/2022, 11:50 WIB

KOMPAS.com – “Winter is Coming!” Seruan ikonik dalam serial televisi Game of Throne ini digunakan untuk memperingatkan banyak orang agar segera bersiap-siap karena musim dingin akan segera datang.

Seruan tersebut juga mulai diimplementasikan di dunia nyata, terutama di negara-negara Eropa, yang akan mulai memasuki musim dingin pada Desember-Januari. 

Terlebih, musim dingin kali ini diprediksi akan menjadi yang terberat karena terjadinya resesi ekonomi. Ditambah lagi, untuk mendapatkan sumber energi, seperti minyak dan gas sebagai bahan bakar pemanas di musim dingin semakin mahal.

Perekonomian global yang kian gelap membuat Bank Dunia memperingatkan banyak negara akan risiko resesi secara global pada 2023. Hal ini juga yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Dalam pidato Jokowi atau Sri mUlyani di beberapa kesempatan, mereka mengatakan bahwa penting bagi masyarakat untuk mulai bersiap menghadapi kondisi resesi ekonomi.

Dalam 1-2 minggu terakhir, dari media massa sampai media sosial juga ramai membahas mengenai bahaya resesi ekonomi.

CEO Sipundi.id dan Independent Financial Planner Mada Aryanugraha, SE, RFA, AWP, CFP menjelaskan bahwa secara sederhana resesi ekonomi dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan.

Dengan demikian, daya beli masyarakat juga menurun karena faktor inflasi yang tinggi. Hal ini juga mengakibatkan profit atau pendapatan perusahaan menurun dan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga jumlah pengangguran pun meningkat.

“Jika kondisi tersebut terjadi dalam jangka waktu lama, hal ini dapat mengakibatkan kebangkrutan ekonomi,” ujar Mada dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/11/2022).

Ia mengatakan bahwa pada umumnya, resesi ekonomi selalu ditandai dengan penurunan produk domestik bruto (PDB) dalam dua kuartal secara berturut-turut.

Menurut Mada, dampak resesi yang akan terasa di masyarakat adalah peningkatan harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, banyak terjadi PHK sehingga angka pengangguran semakin tinggi, kesulitan mencari pekerjaan baru, serta peningkatan angka kemiskinan.

Melihat dampak yang bisa terjadi dapat membuat masyarakat jadi lebih waspada. Menghindari resesi ekonomi bukan hanya tugas negara atau pemerintah, peran masyarakat pun penting dalam memberikan andil terhadap perekonomian negara.

Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat meningkatkan literasi keuangan agar memiliki pengetahuan cara mempertahankan “Ketahanan Finansial” agar tetap kuat, meski ada faktor risiko yang terjadi.

Mada mengatakan bahwa setidaknya ada tiga hal penting yang perlu dipersiapkan untuk memperkuat “Ketahanan Finansial” dalam menghadapi resesi ekonomi ke depannya.

  1. Siapkan alokasi dana darurat dan hindari pengeluaran konsumtif

Dana darurat merupakan hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, terutama jika ingin memiliki fondasi keuangan yang kuat. Dana darurat berperan penting ketika risiko PHK atau risiko lain yang mungkin terjadi membuat uang tunai dalam nilai besar dibutuhkan.

Dengan dana darurat, risiko memiliki utang baru atau kerugian karena menjual aset dengan harga murah dapat dihindari. Oleh karena itu, di saat kondisi ekonomi memasuki resesi, memperbesar nilai aset lancar setara tabungan, deposito, dan logam mulia menjadi penting.

Selain dana darurat, pastikan juga arus kas terutama untuk pengeluaran diatur dengan baik. Prioritaskan pengeluaran yang benar-benar dibutuhkan saja, terutama yang berkaitan dengan produktivitas.


Hindari pengeluaran yang bersifat konsumtif sehingga antara pendapatan dan pengeluaran dapat tercipta selisih yang positif atau surplus.

  1. Pastikan memiliki proteksi dari risiko-risiko yang tidak dapat dihindari

Kepemilikan dana darurat bukan berarti sudah aman dari faktor risiko dalam kehidupan. Pasalnya, ada risiko yang dapat mengakibatkan kerugian secara finansial yang nominalnya tidak akan dapat ditanggung oleh dana darurat.

Salah satunya adalah sakit. Utamanya sakit yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan harus melakukan pembedahan. Selain sakit, risiko yang tidak dapat ditanggung oleh dana darurat adalah kematian.

Maka dari itu, penting untuk memiliki asuransi jiwa sebagai proteksi demi memberikan kepastian untuk ahli waris di masa depan.

Dalam kondisi resesi ekonomi, memastikan tetap terproteksi dengan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa jadi prioritas utama.


“Jangan sampai, kondisi ekonomi yang lagi sulit makin kacau karena terjadi risiko yang tidak diinginkan. Bagi yang sudah memiliki asuransi, pastikan manfaat yang ditawarkan sudah sesuai dengan kebutuhan,” kata Mada.

Ia juga menyarankan untuk memastikan perusahaan asuransi yang dipilih tepercaya dengan ketahanan finansial yang baik, seperti Prudential Indonesia.


Untuk diketahui, Prudential Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai produk yang dapat memenuhi beragam kebutuhan akan perlindungan jiwa, kesehatan, dan finansial keluarga Anda. Prudential Indonesia juga merupakan perusahaan asuransi yang tepercaya dengan ketahanan finansial yang baik.

  1. Cermat dalam berinvestasi

Dalam kondisi resesi ekonomi, sewajarnya orang-orang akan menghentikan investasi. Selain itu, hal yang kerap terjadi adalah kepanikan karena nilai investasi yang dimiliki jatuh. Oleh karena itu, pastikan kembali tujuan Anda dalam berinvestasi, terutama dari sisi jangka waktu.

Lakukan rebalancing untuk melakukan penyesuaian dengan memindahkan aset investasi ke dalam aset yang relatif lebih aman. Intinya, dalam kondisi resesi, Anda harus lebih cermat dalam berinvestasi.

Mada berharap bahwa ke depan, pemerintah Indonesia dapat menjalankan kebijakan-kebijakan yang tepat guna menghindari krisis keuangan di Indonesia. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi bangsa ini tetap dapat terjaga positif.

Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat juga memiliki peran penting yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Mada pun berharap, masih ada titik terang dalam ekonomi Indonesia pada 2023.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com