Advertorial

DANA Optimistis Pembayaran Digital Tetap Tumbuh di Tengah "Musim Dingin" Investasi

Kompas.com - 17/11/2022, 11:58 WIB

KOMPAS.com - Masyarakat diminta untuk bersiap menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi dan perlambatan perekonomian dunia. Untuk mengingatkan masyarakat, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) bahkan menggunakan referensi dari serial Game of Thrones, "Winter is Coming", yang dapat diartikan sebagai "sesuatu yang buruk akan terjadi".

Ungkapan tersebut digunakan Presiden Jokowi untuk menggambarkan masalah perekonomian dunia, termasuk resesi yang diprediksi terjadi pada 2023. Hal ini menimbulkan pesimisme di berbagai lini kehidupan masyarakat, salah satunya industri teknologi.

Selain itu, masyarakat juga dihadapkan dengan penurunan valuasi startup dan operasi bisnis. Belum lagi, kemungkinan pemotongan jumlah karyawan dan masalah pendanaan.

Di tengah kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi, platform pembayaran digital, DANA, justru optimistis menyongsong 2023.

Chief Executive Officer (CEO) and Co-Founder DANA Indonesia Vince Iswara mengatakan, kekuatan dan keberlangsungan industri teknologi masih menyimpan potensi sangat besar dengan kehadiran platform pembayaran digital. Pasalnya, platform ini menjadi pintu masuk ekosistem ekonomi baru.

"Saat ini, pembayaran digital tidak hanya terbukti menjadi solusi kebutuhan sehari-hari, tetapi berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah 'musim dingin' investasi," kata Vince dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (16/11/2022).

Potensi tersebut juga diperkuat dengan kehadiran solusi jangka panjang berkelanjutan dari pembayaran digital. Apalagi, adopsi pembayaran digital masih belum merata dan masih bisa dimaksimalkan.

“Ada 95 juta penduduk dewasa Indonesia yang tidak memiliki rekening bank. Sementara, 47 juta di antaranya sudah memiliki rekening bank, tetapi belum menikmati akses layanan keuangan lain," ujar Vince.

Potensi ekosistem ekonomi baru

Berdasarkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 dari Bank Indonesia (BI), pembayaran digital memiliki prospek yang cerah di masa depan. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai transaksi uang elektronik yang tumbuh sebesar 43,24 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Agustus 2022.

"Hal itu menjadi bukti keseriusan regulator dan pemerintah dalam menyambut pembayaran digital sebagai pintu masuk ekosistem ekonomi baru. Tak heran, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu 40 persen dari total ekonomi yang ada di wilayah itu," jelas Vince.

Vince pun menilai bahwa pembayaran digital terbukti tangguh dalam menghadapi berbagai situasi ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan ketahanan pembayaran digital saat pandemi Covid-19.

"Kehadiran pembayaran digital justru memudahkan kebutuhan harian masyarakat sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional. Salah satu elemen yang juga ikut terdorong karena pembayaran digital adalah sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)," imbuh Vince.

Menurutnya, UMKM menjadi industri yang bangkit lebih cepat karena berhasil melakukan digitalisasi saat pandemi Covid-19. Dari adaptasi itu, terdapat 15,7 juta merchant, termasuk UMKM, telah memiliki kode quick response (QR) sebagai salah satu metode pembayaran.

"Digitalisasi tidak hanya berdampak pada perkembangan ekonomi yang dialami merchant, tetapi penerapan pola bisnis yang berubah secara progresif. Selain itu, digitalisasi UMKM menjadi kunci penting dalam memperkuat ekonomi negeri melalui berbagai teknologi finansial. Sebab, digitalisasi dapat menjaga resiliensi UMKM untuk tumbuh dan bertahan dari efek pandemi," papar Vince.

Formula utama menjalankan model bisnis berkelanjutan

Dalam mengikuti adaptasi di industri teknologi keuangan, Vince mengatakan bahwa perusahaan penyedia pembayaran digital harus memastikan layanan yang ditawarkan dapat terus berjalan beriringan dengan kondisi masyarakat saat ini. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan beberapa langkah untuk mengoptimalkan layanan.

Pertama, meningkatkan unit ekonomi yang dapat mengeksekusi dengan baik. Dalam hal ini, perusahaan penyedia pembayaran digital harus memahami unit ekonomi pada tahap awal bisnis guna mempromosikan kondisi keuangan saat ini dan potensi pertumbuhan di masa depan.

"Dengan fokus pada peningkatan unit ekonomi path to profitability, perusahaan dapat memahami dengan lebih baik peluang kesuksesan dan keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang," papar Vince.

Kedua, mengedepankan edukasi ketimbang promosi. Menurut Vince, pandemi telah membuktikan bahwa ketika perusahaan dihadapkan pada situasi tidak pasti, masyarakat membutuhkan fitur dan produk yang sesuai dengan kebutuhan.

"Biaya akuisisi dan retensi pengguna yang rendah dapat membuka peluang baik untuk mengadopsi transaksi digital yang lebih besar. Bahkan, hal ini bisa menjadi indikator sukses bisnis berkelanjutan," ungkap Vince.

Ketiga, melakukan diversifikasi fitur dan produk dalam menghadapi berbagai situasi ekonomi. Vince menjelaskan, tahap ketiga ini telah dilakukan DANA dengan menciptakan fitur yang dapat mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Bahkan, DANA membantu masyarakat agar siap menghadapi berbagai situasi ekonomi dengan berinvestasi atau memiliki asuransi," ujar Vince.

Keempat, mengusung platform ekosistem terbuka yang menghadirkan beragam model bisnis serta kemudahan berinteraksi dengan banyak mitra. Hal ini juga dilakukan oleh DANA agar dapat membangun ekosistem terbuka dan dipercaya oleh mitra di berbagai skala.

"Bisnis dapat tumbuh lebih mandiri tanpa perlu bergantung pada satu ekosistem saja, seperti DANA," papar Vince.

Kelima, mendapat dukungan investor lokal yang kuat dan tepat. Menurut Vince, hal ini juga dapat menjadi faktor pendukung yang perlu dipertimbangkan oleh industri teknologi finansial.

"Kehadiran investor tidak hanya berpengaruh terhadap ketahanan pasar modal, tetapi juga ikut memberikan kontribusi nyata untuk perekonomian Indonesia," imbuhnya.

Vince menjelaskan, seluruh langkah itu dapat dilakukan sembari mengembangkan kapabilitas dari sisi teknologi dan kompetensi sumber daya manusia. Kedua hal ini harus berjalan beriringan agar perusahaan penyedia pembayaran digital dapat terus berinovasi dan menciptakan perekonomian Indonesia.

"Kuncinya adalah dengan optimisme kolektif. Saya yakin, dengan berbagai tantangan yang mungkin terjadi, kita tetap mampu mendorong upaya transformasi digital agar perekonomian bisa tumbuh ke tingkat yang tinggi pada 2023," jelas Vince.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com