Advertorial

Lewat Materi Audiovisual BKKBN, Bahasa Agama Permudah Masyarakat Pahami Upaya Pencegahan Stunting

Kompas.com - 29/11/2022, 14:23 WIB

KOMPAS.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan materi audiovisual untuk penyuluhan percepatan penurunan stunting bagi para penyuluh agama. Materi ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat menerima pemahaman terkait pencegahan stunting.

Kegiatan peluncuran materi audiovisual nasional dilaksanakan secara daring dan luring yang dipusatkan di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022). Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) menyebut peluncuran materi audiovisual perdana itu sebagai "dari Brebes untuk Indonesia".

Kegiatan luring dihadiri sekitar 650 Penyuluh Agama dan lebih dari 1.000 orang mengikuti secara daring.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama Dr H Ahmad Zayadi, MPd yang mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, sumber daya yang dimiliki perlu dikolaborasi dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan bangsa.

Saat ini, sambungnya, terdapat 50.262 Penyuluh Agama Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 45.000 Penyuluh Agama Non-PNS. Seluruh penyuluh tersebut adalah aparat atau instrumen negara.

Sebanyak 10.032 Penyuluh Agama telah mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Kompetensi Penceramah Agama dan tergabung dalam Majelis Da'i Kebangsaan.

"Penyuluh agama, penceramah agama, dai, dan dai'ah memiliki kemampuan yang spesial, yakni mudah menyampaikan upaya pencegahan stunting dengan menggunakan bahasa agama," kata Ahmad dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (28/11/2022).

Menurut Ahmad, potensi tersebut dapat mempercepat penurunan angka stunting sesuai target, yakni 14 persen pada 2024.

Ia juga menyebutkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Brebes berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang mencapai 26,3 persen harus diturunkan.

"Penyuluh Agama menjadi rujukan umat. Ini penting, karena Penyuluh Agama menjadi sumber literatur dalam memperkuat moderasi agama masyarakat," ujar dia.

Ahmad berharap, dengan kolaborasi bersama kementerian dan lembaga, termasuk melalui rumusan kebijakan, setiap ikhtiar percepatan penurunan stunting dapat dituntaskan dengan baik.

Sementara itu, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) mengatakan bahwa di Indonesia, terdapat 4,8 juta kehamilan per tahun. Jumlah tersebut setara dengan penduduk Singapura.

"Kita melahirkan satu negara tiap tahun," kata Hasto.

Hasto mengatakan, keterlibatan setiap pihak dibutuhkan dalam upaya penurunan stunting, termasuk Penyuluh Agama.

Oleh karena itu, sambungnya, atas arahan Menteri Agama, kegiatan tersebut diinisiasi sebagai bentuk pembekalan bagi Penyuluh Agama untuk turut berperan dalam menyampaikan pengetahuan program Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat di Indonesia.

Terkait dengan Penyuluh Keluarga Berencana (KB), Hasto berharap Penyuluh Agama dapat membagikan pengetahuan agama terkait pembentukan keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Dengan demikian, Penyuluh KB tidak hanya memberikan informasi mengenai keluarga, tetapi juga menjadi contoh teladan dalam membina keluarga sakinah, mawadah, warahmah.

Hasto menyebut, setiap tahun tercatat 2 juta pernikahan dan sebanyak 1,6 juta hamil pada tahun pertama pernikahan. Dari angka ini, sebanyak 400.000 bayi yang dilahirkan berpeluang mengalami stunting.

Menurutnya, diperlukan kolaborasi lintas sektor sehingga upaya pencegahan kasus stunting dapat dilakukan semenjak dini, yaitu sebelum pernikahan.

“Pendampingan pasangan suami istri (pasutri) baru dilakukan, terutama bagi calon ibu yg terdeteksi stunting setelah dilakukan pemeriksaan sebelum pernikahan. Boleh menikah, tapi jangan hamil dulu. Bagi calon ibu, dilakukan pemeriksaan lingkar lengan atas dan HB. Sementara untuk calon ayah, 75 hari sebelum pembuahan perlu mengurangi kebiasaan buruk, seperti merokok dan (mengonsumsi) alkohol supaya bibitnya bagus,” tutur Hasto.

Hasto menuturkan, setelah lewat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), upaya intervensi terhadap anak stunting tidak dapat dilakukan lagi.

Mengakhiri sambutan, Hasto menyampaikan beberapa pertanyaan untuk para Penyuluh Agama, mulai umur minimal dan maksimal untuk menikah hingga terkait risiko anemia pada perempuan.

Pertanyaan tersebut dijawab dengan baik oleh dua perwakilan Penyuluh Agama, yakni perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Larangan Khurmah dan perwakilan Nahdatul Ulama (NU) Fatayat Kabupaten Brebes Nur Wahidah. Keduanya mendapat sepeda sebagai bentuk apresiasi.

Pada kesempatan sama, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE, MH menyampaikan bahwa inovasi program kerja sama antara Kementerian Agama dan BKKBN dibutuhkan dalam sinergitas program Percepatan Penurunan Stunting sebagai bentuk andil dan kontribusi permasalahan bangsa.

“Keterlibatan da'i, tokoh agama, dan penyuluh agama dipandang efektif karena tokoh agama adalah panutan yg diikuti oleh masyarakat,” imbuhnya.

Bupati Brebes pun menutup sambutan dengan penyerahan bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa beras, telur, biskuit serta biskuit bayi tinggi protein kepada keluarga balita stunting.

Penyerahan bantuan tersebut didampingi oleh Hasto Wardoyo, Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Kemenko PMK) dan Kebudayaan drg Agus Suprapto, MKes, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Dr Ahmad Jayadi, MPd, dan tokoh agama di Kabupaten Brebes.

Agus Suprapto mengingatkan bahwa peran penyuluh sangat penting. Karenya, ikhtiar, waktu, dan nikmat yang diberikan, dikerahkan sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Brebes yang kaya akan potensi ikan, telur asin, dan brambang (bawang merah).

Peluncuran materi audiovisual dilakukan dengan penekanan tombol secara simbolis oleh Kepala BKKBN, Deputi III Kemenko PMK, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Bupati Kabupaten Brebes, Perwakilan MUI Kabupaten Brebes, serta perwakilan tokoh agama Prof Dr Hamka Haq dan KH Subhan Makmun.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau