KOMPAS.com – Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Jawa Barat (Jabar), menjadi tuan rumah penyelenggaraan Building Relationship, Intercultural Dialogue, and Global Engagement (BRIDGE) 2022 yang diadakan di Lecture Theater Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG), Sabtu (26/11/2022).
Mengusung tema "Exploration of Sundanese Culture", BRIDGE 2022 membahas arsitektur Sunda sebagai topik diskusi bersama. Topik ini dipilih untuk memperkenalkan kebudayaan Sunda kepada mahasiswa asing yang tengah menempuh studi di sejumlah kampus di Jabar.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi inisiatif yang dilakukan Unpar dengan berbagai universitas di Jabar.
Adapun mahasiswa asing yang terlibat berasal dari 8 perguruan tinggi di Jabar, yaitu Unpar, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Politeknik Negeri Bandung, Telkom University, Universitas Widyatama, Institut Teknologi Nasional, dan Universitas Kristen Maranatha.
Kepala Kantor Internasional dan Kerjasama (KIK) Unpar Sylvia Yazid PhD mengatakan, BRIDGE 2022 merupakan bentuk keterlibatan Unpar dalam acara Kantor Internasional Se-Bandung Raya. Ia melanjutkan, BRIDGE 2022 membahas tentang filosofi dan makna arsitektur iket serta arsitektur Sunda.
"Selain untuk memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan Sunda, BRIDGE 2022 juga dapat menjadi wadah untuk membangun jejaring dan dialog antarbudaya mahasiswa internasional dan kemudian dicatatkan dalam pencatatan kegiatan inbound dalam negeri," kata Sylvia dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (29/11/2022).
BRIDGE 2022 dihadiri oleh 76 mahasiswa asing, Kang Ocha dan Kang Sandi dari Kasepuhan Bunisari, serta Prof Purnama Salura Ir, MM, MT dari Fakultas Arsitektur Unpar.
Sebagai informasi, Prof Purnama mengisi kegiatan workshop menggambar arsitektur Sunda di hadapan mahasiswa yang datang. Melalui workshop ini, mahasiswa asing diharapkan bisa mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keindahan arsitektur Sunda.
Filosofi arsitektur Sunda
Berdasarkan kutipan dalam buku Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda karya Purnama, pengetahuan teoretis dan empiris dalam pengembangan strategi survival arsitektur masyarakat Sunda mencangkup tiga hal.
Pertama, pemahaman tentang proses transformasi yang telah dialami arsitektur masyarakat Sunda masa kini. Kedua, pemahaman mengenai hubungan dinamis antara konsep bentuk dan makna arsitektur masyarakat Sunda dalam konteks perubahan.
Ketiga, pemahaman akan makna yang tetap bertahan dan makna baru yang relevan untuk dijadikan rujukan dalam proses perwujudan arsitektur lokal pada masa kini dan mendatang.
Buku tersebut diharapkan mampu memberikan tiga masukan bagi pemberdayaan masyarakat Sunda. Pertama, mampu melestarikan nilai budaya terhadap tantangan dan perubahan global.
Kedua, untuk perencanaan dan penentu kebijakan dalam upaya mengembangkan potensi di permukiman kampung, baik yang sedang tumbuh maupun tradisional. Ketiga, bagi perencanaan permukiman lahan baru dan identifikasi elemen arsitektural yang dapat digunakan untuk memperkuat identitas lokal.