Advertorial

Kerap Dialami Pekerja Kantoran, Kenali Gejala dan Penanganan Penyakit Nyeri Punggung Bawah

Kompas.com - 30/11/2022, 16:29 WIB

KOMPAS.com - Sakit pinggang memang sangat mengganggu. Biasanya, masalah kesehatan ini disebabkan aktivitas sehari-hari, seperti duduk terlalu lama di depan komputer atau mengangkat beban berat dengan posisi yang salah. 

Umumnya, masalah sakit pinggang atau low back pain mulai terjadi ketika seseorang memasuki usia 30-40 tahun. Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan dan menganggap masalah ini bisa sembuh dengan sendirinya. 

Dokter Spesialis Ortopedi Mayapada Hospital dr Nicko Perdana Hardiansyah, SpOT(K) Spine mengatakan, low back pain ditandai dengan munculnya rasa tidak nyaman di area pinggang. Selain itu, tubuh jadi tidak leluasa bergerak, otot terasa tegang, pusing, dan kesemutan. 

"Low back pain merupakan kondisi yang terjadi antara 80 hingga 90 persen pada otot dan ligamen," kata dr Nicko.

Lebih lanjut, dr Nicko menjelaskan bahwa saat ini, prevalensi pasien low back pain mulai terjadi pada generasi yang lebih muda, seperti usia 20-an. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh gaya hidup serta durasi dan posisi seseorang ketika duduk. 

Perlu diketahui, keluhan low back pain yang dialami oleh pasien berbeda-beda, begitu pula dengan tingkat keparahannya. Oleh karena itu, cara pengobatan yang ditentukan oleh dokter pun akan berbeda, tergantung pada derajat keparahan pasien.

Untuk itu, dr Nicko selalu mengedukasi pasien tentang cara peregangan atau stretching yang baik untuk mengatasi low back pain. Misalnya, berdiri sebentar ketika terlalu lama duduk. Selain itu, peregangan juga diperlukan ketika mengendarai mobil atau motor dengan gerakan yang tepat. 

Gejala awal

Gejala awal low back pain biasanya ditandai pegal di bagian pinggang bawah yang disertai nyeri lokal usai melakukan aktivitas fisik yang berat. 

"Gejala lain adalah munculnya rasa sakit dan tidak nyaman pada area punggung. Namun, gejala ini bisa berkurang ketika beristirahat," jelas dr Nicko. 

Selain aktivitas di atas, low back pain juga disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya usia. Low back pain biasanya muncul ketika seseorang masuk dalam kategori dewasa muda, yakni 20-40 tahun. 

"Faktor usia juga tergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan. Kasus yang paling umum terjadi dikarenakan posisi duduk yang salah dalam durasi yang lama," imbuh dr Nicko.

Selain itu, seseorang dengan riwayat terjatuh dan tidak ditangani hingga tuntas juga berisiko mengalami low back pain. Posisi tubuh yang dominan membungkuk juga bisa meningkatkan risikonya. 

"Selain itu, berat badan yang berlebihan juga bisa menimbulkan risiko low back pain," ujar dr Nicko. 

Faktor lain penyebab low back pain

Selain karena aktivitas dan kebiasaan, low back pain juga dapat disebabkan oleh kondisi lain pada area punggung. Sebagai informasi, area punggung merupakan area yang rentan mengalami cedera. 

Low back pain semakin mungkin terjadi jika pasien menderita saraf terjepit atau robek. Dalam kondisi ini, punggung akan terasa seperti tertarik atau kaku di area tertentu

Selain itu, penyempitan tulang belakang atau spinal stenosis juga dapat meningkatkan risiko low back pain. Hal ini disebabkan tekanan pada area sumsum tulang belakang dan sekitarnya sehingga menyebabkan mati rasa dan kram. 

Kondisi abnormal spine pada tulang belakang, seperti skoliosis, kifosis, dan lordosis, juga dapat menimbulkan rasa sakit di area punggung. Hal ini disebabkan akibat lengkungan abnormal pada tulang yang menekan area otot, tendon, dan ligamen. 

Radang sendi juga menjadi risiko penyebab low back pain. Peradangan bisanya diawali dengan robekan kecil pada area persendian tulang. Robekan itu akan menimbulkan nyeri yang akibat pergeseran tulang yang terjadi secara berulang. 

Penanganan low back pain

Ketika memeriksakan masalah low back pain, dokter akan melakukan asesmen atau pemeriksaan kepada pasien. Dari sejumlah analisis, dr Nicko menemukan bahwa penyebab low back pain paling banyak adalah aktivitas di tempat kerja atau sering mengangkat barang berat. 

"Dalam kondisi ini, pertolongan pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan obat-obatan ringan seperti pain killer, pelemas otot, dan fisioterapi. Pada pasien dengan gejala berat, dokter akan melakukan penyuntikan dan radiofrekuensi. Beberapa pasien juga memerlukan pembedahan, tapi hanya sekitar 3 sampai 5 pasien saja," papar dr Nicko. 

Sementara, untuk pertolongan pertama di rumah, dr Nicko menyarankan penggunaan obat oles atau parasetamol untuk membantu meringankan rasa nyeri.

"Pada dasarnya, pasien dengan gejala low back pain ringan, misalnya, hanya perlu beristirahat untuk menghilangkan rasa sakitnya. Sebanyak 80 hingga 90 persen low back pain akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu intervensi yang berlebihan," papar dr Nicko. 

Kapan harus periksa?

Meskipun bisa teratasi dengan peregangan dan istirahat cukup, dr Nicko menegaskan bahwa ada beberapa tanda low back pain yang harus diwaspadai. Gejala ini menjadi penanda seseorang untuk memeriksakan gejala low back pain ke dokter. 

Ia menyebut, low back pain yang harus diwaspadai jika sudah mengganggu waktu tidur, munculnya rasa nyeri yang menjalar ke bagian tubuh yang lain, dan mengganggu pola berjalan. Selain itu, ketika diperiksa, terjadi penurunan kekuatan otot. 

"Keluhan low back pain yang juga tidak boleh diabaikan adalah ketika seseorang mengalami gangguan saat buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) serta gangguan seksual. Memang tidak memunculkan sesuai yang membahayakan, tetapi jelas ada yang salah," ungkap dr Nicko. 

Pengobatan low back pain di Mayapada Hospital

Mayapada Hospital menawarkan solusi bagi pasien yang mengalami masalah low back pain dengan berbagai level pengobatan melalui sejumlah terapi. 

Pertama, heating, yaitu terapi pemanasan dengan modalitas infraredrejection (IRR), short wave diathermy (SWD), microwave diathermy (MWD). Heating diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien berdasarkan asesmen dari dokter. 

Kedua, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) yang merupakan alat elektrikal terapi untuk menghasilkan gelombang mekanik atau getar. Alat ini dapat menghasilkan frekuensi tertentu yang dapat mengurangi rasa sakit pasien. 

Ketiga, ultrasound, yaitu modalitas terapi dengan gelombang suara. Alat ini dapat menghasilkan efek micro-massage pada jaringan yang diobati.

Keempat, terapi latihan dengan menggunakan bermacam metode massage, seperti effleurage, friction, dan palm kneeling. Terapi latihan juga memberikan stretching, stretching dan isometrik, serta active exercise

Selain itu, Mayapada Hospital juga menyediakan layanan bedah untuk low back pain dengan teknologi Biportal Endoscopy Surgery atau BESS. Dokter Nicko menjelaskan, teknologi ini dapat membuat pasien merasa nyaman selama proses penyembuhan.

"Sekarang, masalah tulang belakang, khususnya yang disebabkan oleh jepitan pada saraf, tidak memerlukan operasi bedah terbuka. Tindakan BESS merupakan tindakan minimal invasif dengan menggunakan alat endoskopi untuk mengatasi masalah tulang belakang," papar dr Nicko. 

Sebagai informasi, BESS merupakan tindakan yang diberikan pada pasien lansia. BESS dapat mengurangi risiko komplikasi dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Teknologi ini juga memiliki tingkat keberhasilan tinggi dan membantu pasien lebih cepat kembali beraktivitas pasca-operasi.

Bagi yang ingin mengonsultasikan masalah low back pain dengan tim Dokter Orthopedic Center Konsultan Spine Mayapada Hospital, bisa mendatangi dr Nicko dan dr Putu Bagus Didiet Khresna Wibawa, SpOT(K)Spine di Mayapada Hospital Kuningan

Masalah kesehatan tersebut juga bisa dikonsultasikan dengan dr Rizal pohan, SpOT(K) Spine di Mayapada Hospital Tangerang, dr Starifulkani Arif, SpOT(K) Spine di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dan dr Harun Rosidi, SpOT(K) Spine Mayapada Hospital Bogor.

Mayapada Hospital memiliki Orthopedic Center, yaitu layanan komprehensif untuk menangani gangguan pada tulang, sendi, dan otot, seperti gangguan pada tulang belakang, lutut, panggul, tangan dan kaki. 

Didukung tim Dokter Spesialis Orthopedi dari berbagai subspesialisasi, Orthopedic Center Mayapada Hospital mampu menangani berbagai kasus seperti gangguan tulang belakang, penggantian sendi lutut dan panggul, cedera ligamen, tulang dan otot secara minimal invasif, termasuk cedera olahraga.

Anda dapat melalukan booking untuk berkonsultasi masalah low back pain dengan dokter spesialis ortopedi Mayapada Hospital Hospital melalui link ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com