Advertorial

Gagal Ginjal Akut pada Anak Merebak, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Kompas.com - 02/12/2022, 21:45 WIB

KOMPAS.com – Beberapa tahun belakangan, masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia, dihadapkan pada berbagai jenis penyakit dan virus varian baru yang menyerang anak. Beberapa di antaranya adalah Covid-19, cacar monyet, dan gagal ginjal akut pada anak (GGAPA).

Sebagai informasi, gagal ginjal akut merupakan kondisi penurunan fungsi organ ginjal secara cepat. Kondisi ini terjadi secara tiba-tiba. Pemburukannya bahkan dapat berlangsung hanya dalam beberapa hari.

GGAPA sebenarnya merupakan kondisi yang sama dengan gagal ginjal pada orang dewasa. Perbedaannya, penyakit ini hanya menyerang anak, mulai dari usia bayi hingga usia sekolah.

Secara umum, ada beberapa kondisi atau penyakit yang memicu gagal ginjal akut, misalnya gangguan aliran darah ke ginjal, baik akibat infeksi, dehidrasi berat, maupun pendarahan berat.

Selain itu, penyumbatan di sepanjang saluran kemih karena batu ginjal, gumpalan darah di saluran kemih, atau kanker saluran kemih, juga bisa memicu penyakit tersebut.

Gagal ginjal akut juga bisa disebabkan efek samping konsumsi obat tertentu, penyumbatan pembuluh darah di ginjal, peradangan pada saluran ginjal, serta kondisi yang dapat mengganggu aliran oksigen dan darah ke ginjal, seperti penyakit jantung serta serangan jantung.

Adapun beberapa tanda atau gejala dari GGAPA adalah penurunan frekuensi buang air kecil dan volume urine yang lebih sedikit atau tidak kencing sama sekali selama 6-8 jam pada siang hari.

Gejala lain adalah warna urine yang pekat atau kecoklatan, demam, nyeri perut, sesak napas, lelah, lesu, pucat, nyeri dada, kejang atau koma pada kondisi yang serius, serta penumpukan cairan di tungkai, pergelangan, atau punggung kaki.

GGAPA sendiri telah menyerang lebih dari 300 anak di Indonesia hingga November 2022. Sekitar 100 anak di antaranya meninggal dunia. Kondisi itu pun mendorong berbagai pihak untuk mengambil langkah antisipatif guna menurunkan angka kasus kesakitan dan kematian.

Penurunan angka kasus mulai terjadi sejak Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tertanggal 18 Oktober 2022 dikeluarkan. Surat ini meminta dinas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan organisasi profesi kesehatan sementara menghentikan penggunaan obat sirop.

Sebagai otoritas yang bertanggung jawab dalam regulasi serta pengawasan produk farmasi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga melakukan pengujian terhadap produk obat.

Upaya serupa juga dilakukan produsen obat sirop di Indonesia, termasuk PT Taisho Pharmaceutical Indonesia.

Direktur PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Budhy Herwindo mengatakan bahwa sebagai pemilik dan produsen penurun demam anak Tempra, pihaknya telah memproduksi obat sirop sesuai standar cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

“Hal itu kami lakukan untuk memastikan pemenuhan standar mutu (quality), keamanan (safety), dan manfaat (efficacy) terhadap seluruh produk Tempra, baik yang dipasarkan di dalam maupun luar negeri,” ujar Budhy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (2/12/2022).

Berkat upaya tersebut, sejumlah produk Tempra, yakni Tempra Drops, Tempra Syrup, dan Tempra Forte telah dinyatakan aman dikonsumsi kembali oleh anak-anak.

Hal itu sesuai dengan surat edaran BPOM dengan nomor HM.01.1.2.12.22.184 tentang Informasi Kesepuluh Perkembangan Hasil Pengawasan Terkait Sirup Obat yang Mengandung Cemaran Etilen Glikol/Dietilen Glikol yang dikeluarkan pada Jumat.

Dalam surat tersebut, BPOM juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan produk Tempra sesuai aturan pakai. Jika sakit berlanjut, pengguna disarankan untuk segera menghubungi tenaga kesehatan.

Budhy menambahkan, Taisho juga terus melakukan monitoring terhadap efek samping obat (pharmacovigilance) sesuai dengan ketentuan berlaku.

“Kami juga berkomitmen untuk tetap menjaga kepatuhan terhadap peraturan serta arahan dari otoritas yang berwenang, termasuk Kemenkes dan BPOM. Kami juga akan terus memonitor dan mengikuti ketentuan BPOM demi menjamin keamanan konsumen,” jelas Budhy.

Dia melanjutkan, Tempra akan terus berkontribusi dalam memproduksi obat penurun demam dan nyeri anak yang berkualitas.

Oleh sebab itu, semua produk Tempra dibuat menggunakan mesin canggih dan sistem quality control yang ketat. Pihaknya juga senantiasa menjaga kehigienisan serta kualitas bahan baku dan bahan kemas.

“Proses itu menjadikan Tempra sebagai produk efektif penurun demam yang telah dipercaya oleh masyarakat Indonesia selama 50 tahun,” ujar Budhy.

Pada kesempatan itu, dia juga berpesan kepada orangtua untuk segera membawa anak mereka ke dokter jika mengalami gejala yang mengarah pada gagal ginjal akut.

Menurutnya, pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat mencegah komplikasi yang dapat berujung pada tindakan transplantasi ginjal.

“Orangtua juga harus proaktif melakukan verifikasi terhadap setiap informasi agar terhindar dari berita hoaks,” imbuh Budhy.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com