Advertorial

Kementerian ESDM Bagikan 60.000 Paket Konkit BBM ke LPG kepada Petani dan Nelayan Sepanjang 2022

Kompas.com - 12/12/2022, 11:10 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen melaksanakan program Konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) dengan membagikan konverter kit (konkit) untuk petani dan nelayan.

Program tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan akses energi, pengurangan biaya bahan bakar, serta meningkatkan taraf hidup petani dan nelayan.

Tahun 2022 ini, Kementerian ESDM telah menugaskan PT Pertamina (Persero) untuk membagikan dan mendistribusikan total paket konkit nelayan dan petani sebanyak 60.000 paket, dengan perincian masing-masing sebanyak 30.000 paket konkit kepada nelayan di 15 provinsi dan petani di 16 provinsi.

Jumlah tersebut melengkapi 14.298 paket konkit yang telah dibagikan untuk petani sepanjang 2019 hingga 2021 serta 85.859 paket konkit untuk nelayan sepanjang 2016 sampai 2021.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, realisasi program tersebut diresmikan melalui penandatanganan kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Ditjen Migas dengan PT Pertamina Patra Niaga selaku subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero).

"Pengadaan barang dan jasa (dilakukan) oleh Pertamina dan dilaksanakan pada minggu keempat Juli hingga minggu ketiga September 2022," ujar Arifin seperti dikutip laman resmi Kementerian ESDM.

Sentuh petani dan nelayan

Salah satu daerah yang telah mendapatkan paket konkit LPG 3 kilogram (kg) adalah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng). Pada 2022, Kementerian ESDM telah mendistribusikan 1.400 paket perdana konkit LPG 3 kg kepada petani di wilayah tersebut.

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, paket perdana diberikan secara gratis oleh pemerintah kepada petani untuk memberi keuntungan secara ekonomi.

“Jika menggunakan BBM, (petani) memerlukan sekitar 6-8 liter atau setara Rp 60.000 hingga Rp 80.000 per hari. Sementara, jika menggunakan LPG 3 kg, (petani) hanya memerlukan 1 tabung seharga Rp 20.000 sehingga penghematan oleh petani cukup besar,” jelas Laode.

Laode juga menjelaskan bahwa pemerintah turut mendampingi petani dalam pemasangan alat konkit. Dengan begitu, petani dapat berkonsultasi atau bertanya langsung jika menghadapi kendala.

Sementara untuk nelayan, salah satu wilayah yang sudah mendapatkan pendistribusian paket konkit adalah Kabupaten Cilacap, Jateng.

Untuk diketahui, Kabupaten Cilacap telah empat kali mendapat paket konkit LPG 3 kg. Total, pemerintah telah menyalurkan 6.828 paket konkit kepada nelayan di Kabupaten Cilacap sejak 2016.

Laode menjelaskan, program Konversi BBM ke BBG yang dijalankan pemerintah dilakukan untuk mendukung diversifikasi energi. BBG juga dinilai lebih ramah lingkungan dan sudah dikenal masyarakat luas.

“Secara ekonomi, program tersebut sangat membantu nelayan. Utamanya, dalam menekan biaya operasional melaut,” tuturnya.

Program Konversi BBM ke BBG yang dijalankan pemerintah dilakukan untuk mendukung diversifikasi energi. BBG juga dinilai lebih ramah lingkungan dan sudah dikenal masyarakat luas. Dok. Kementerian ESDM Program Konversi BBM ke BBG yang dijalankan pemerintah dilakukan untuk mendukung diversifikasi energi. BBG juga dinilai lebih ramah lingkungan dan sudah dikenal masyarakat luas.

Kurangi biaya operasional

Manfaat konkit diamini oleh salah satu nelayan dari Karangtalun, Cilacap Utara, Misnan (42). Menurutnya, penggunaan bahan bakar LPG 3 kg dapat mengurangi biaya operasional melaut sekitar 50-70 persen.

"Dalam sehari, melaut jarak jauh butuh 6-7 liter BBM atau sekitar Rp 70.000. Kalau pakai LPG 3 kg, hanya habis 1 tabung saja atau sekitar Rp 20.000. Dengan begitu, kami bisa menghemat Rp 50.000 per hari," kata Misnan.

Sementara untuk jarak dekat, lanjut Misnan, LPG 3 kg dapat digunakan untuk melaut selama tiga hari. Konsumsi LPG lebih hemat ketimbang BBM yang memerlukan 2 liter atau setara Rp 20.000 per hari. 

Berdasarkan dua perhitungan tersebut, rerata penghematan biaya bahan bakar melaut nelayan menggunakan konkit LPG 3 kg sekitar 70 persen.

"Bagi kami, penghematan segitu lumayan banget. Bisa untuk keperluan dapur. Syukur-syukur, (dana operasional yang dihemat) bisa membiayai sekolah anak," ujarnya.

Hal senada juga diutarakan nelayan lain dari Karangtalun, Ridman (40). Ia menuturkan, selisih biaya operasional akan diserahkan ke istri untuk belanja kebutuhan sehari-hari.

"Sekarang, semuanya mahal. Uang (operasional yang dihemat) bisa dipakai untuk kebutuhan keluarga di rumah dan biaya sekolah," katanya.

Pada kesempatan sama, Ketua Rukun Nelayan Karangtalun, Misno, mengatakan bahwa antusiasme nelayan untuk mendapatkan bantuan tersebut sangat besar.

Ia berharap, bantuan dari Kementerian ESDM dapat berlanjut karena masih banyak nelayan belum mendapatkan konkit LPG 3 kg.

"Kalau bisa, tahun depan, bantuan seperti ini ada lagi karena banyak anggota saya belum kebagian. Malahan sempat ada yang demo ke rumah dan meminta supaya dikasih konkit. Lha, wong saya sendiri sebagai ketua juga belum dapat," ungkap Misno.

Merespons harapan nelayan-nelayan tersebut, Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan akan mengupayakan bantuan lanjutan.

"Kami mendorong pihak terkait agar data nelayan penerima paket perdana konkit dapat diterima pemerintah lebih cepat sehingga lelang dapat dilakukan lebih awal," kata Tutuka.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com