Advertorial

Peluang Bluebird Raih Pangsa Pasar Gen Z

Kompas.com - 20/12/2022, 17:44 WIB

Kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi atau dikenal sebagai taksi online sempat memberi pukulan terhadap bisnis taksi. Perusahaan transportasi PT Blue Bird Tbk yang menjadi operator armada taksi Blue Bird, misalnya, mengalami penurunan setelah taksi online beroperasi sejak 2016.

Pada 2015, laba bersih perusahaan tersebut tercatat sebesar Rp 824,02 miliar. Lalu, pada 2016, laba bersih perusahaan menyusut menjadi Rp 507,2 miliar.

Laba bersih kembali turun menjadi Rp 314,5 miliar pada 2019. Pada 2019, akibat pandemi Covid-19, Blue Bird bahkan tercatat mengalami kerugian bersih hingga Rp 161,3 miliar.

Secara perlahan, Bluebird mulai bangkit dan mencatatkan laba bersih usai mengalami kerugian akibat pandemi.

Pada 2021, perusahaan mencatatkan laba bersih Rp 7,7 miliar. Hingga Kuartal III 2022, laba bersih Blue Bird sudah mencapai Rp 264 miliar atau naik 489 persen secara tahunan.

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk. Sigit Djokosoetono mengatakan, untuk menggenjot kinerja salah satunya adalah dengan inovasi agar selalu relevan dengan kebutuhan pelanggan dan tetap mempertahankan fundamental Perseroan.

Bahkan, seperti diberitakan Kontan.co.id, Kamis (28/7/2022), perusahaan siap melakukan belanja modal Rp 1,2 triliun untuk menambah armada baru.

Peluang di pangsa pasar Gen Z

Salah satu cara meningkatkan kinerja Bluebird bisa dilakukan dengan menggarap pasar generasi Z yang lahir pada 1995-2010. Seperti diketahui, Gen Z merupakan penduduk terbanyak di Indonesia pada 2020 dengan jumlah 27,94 persen.

Gen Z juga dikenal memiliki mobilitas tinggi. Berdasarkan riset yang dilakukan KG Media terhadap Gen Z berusia 17-20 tahun di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang (Jabodetabek) pada 2022, 46 persen responden mengaku pernah menggunakan taksi. Bluebird masih menjadi top of mind sebagai taksi konvensional bagi Gen Z, sehingga Bluebird dianggap sebagai pioneer taksi di Indonesia.

Meski demikian, dari segi pilihan taksi, 55,9 persen responden paling sering memilih taksi online dibandingkan dengan taksi konvensional yang hanya 38 persen. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi Bluebird untuk bisa meraih pangsa pasar Gen Z yang sangat besar.

Generasi yang lahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi ini dianggap lebih mudah beradaptasi dengan berbagai inovasi, termasuk sistem transportasi dan teknologi. Dalam melakukan mobilitas menggunakan Bluebird, responden cenderung memesan melalui aplikasi Go-Bluebird (60,1 persen) dan secara langsung di tempat (41,4 persen)

Berdasarkan riset KG Media, Bluebird memiliki keunggulan dibandingkan dengan provider layanan taksi online lainnya. Sebanyak 65,4 persen responden menyebutkan Bluebird lebih aman dan nyaman ketimbang dengan taksi online lainnya, baik secara layanan driver maupun kondisi kendaraan.

Salah satu alasan para responden menggunakan Bluebird adalah karena keamanan dan kenyamanan pelayanan yang lebih terjamin dibandingkan taksi online. Hal ini diperkuat dengan adanya insight dari responden yang menyatakan bahwa belum ada layanan yang lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan Bluebird.

Selain unggul dalam keamanan dan kenyamanan, Bluebird lekat dengan image keramahan pengemudi yang memberikan kesan bagi bagi para responden, serta Gen Z menilai Bluebird memiliki armada yang bersih dan terawat, hal tersebut menjadi point perhatian generasi Z dalam memilih transportasi.

Beberapa kesan positif yang melekat pada responden terkait dengan Bluebird adalah keramahan para driver, kelihaian driver dalam mengetahui rute perjalanan, identitas driver yang jelas dan sesuai, kemudahan dalam tracking jika ada barang yang hilang atau tertinggal di armada, pemesanan yang fleksibel bisa dijadwalkan, dan armada dalam kondisi bersih dan bagus.

Keunggulan tersebut dapat menjadi kesempatan bagi Bluebird untuk menggaet pasar Gen Z sembari meningkatkan kekurangan dari pesaingnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com