Advertorial

Rajin Ikut Pelatihan, Lies Herawati Berhasil Bangun Usaha Kerajinan Bosara di Makassar

Kompas.com - 28/02/2023, 21:37 WIB

KOMPAS.com – Pelatihan keterampilan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memberikan manfaat yang positif, baik untuk pelaku usaha agar semakin maju maupun masyarakat yang jadi terinspirasi.

Hal itulah yang dirasakan salah satu warga Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yakni Lies Herawati (54). Ia memutuskan untuk membuka usaha Kerajinan Bosara dan Tudung Saji pada 2019.

Bosara adalah sebutan dalam bahasa Bugis-Makassar untuk wadah yang digunakan menyajikan kue dalam acara hajatan atau adat suku Bugis-Makassar. Bosara juga biasa ada pada acara pesta pernikahan, syukuran, ataupun acara seremonial lainnya yang menjadi tradisi masyarakat setempat.

"Awal mulanya, saya mengikuti kegiatan di lembaga pelatihan kerja. Kegiatannya memang khusus pembuatan bosara dan tudung saji. Saya buat, dan saya lihat bagus prospeknya, karena yang saya buat itu selalu dibutuhkan untuk acara lamaran atau pernikahan," katanya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (28/2/2023).

Setelah mampu memproduksi bosara dan tudung saji sendiri, Lies memberanikan diri menjual kerajinan tersebut secara online melalui media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Ternyata, ada pembeli yang berminat dengan usaha kerajinannya itu.

Lies pun senang saat pesanan mulai masuk. Sayangnya, saat itu dia terkendala dengan modal. Kendati begitu, Lies tidak pendek akal. Pada akhirnya, dia berani mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI dengan nominal Rp 15 juta.

Setelah disetujui BRI, Lies kembali memproduksi kerajinan Bosara dan tudung saji berbekal modal untuk membeli alat dan bahan baku. Seiring berjalannya waktu, Lies menambah pinjaman KUR di BRI menjadi Rp 50 juta.

Lies Herawti (54) berfoto dengan produk bosara dan tudung saji yang dibuatnya.
Dok BRI Lies Herawti (54) berfoto dengan produk bosara dan tudung saji yang dibuatnya.

Berkat bantuan KUR dari BRI, usaha kerajinan bosara dan tudung sajinya semakin berkembang. Bahkan, pesanan dari luar kota, sepert Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Kalimantan juga berdatangan.

Untuk pemasaran, perempuan asal Makassar tersebut memilih tidak melakukan konsinyasi alias tidak menitipkan kerajinan pada sentra oleh-oleh atau toko orang lain.

Lies memilih memasarkan sendiri karena ia bisa mendapatkan penghasilan lebih besar.

Meski demikian, tantangan lain mulai muncul. Selain pembiayaan, persaingan usaha pun kian ketat. Lies mengungkapkan, banyak saingan yang membuat kerajinan serupa dengan harga yang murah.

"Kelebihan produk saya ada pada mutunya. Bahan baku juga tidak abal-abal dan lebih kuat. Cara jahitnya juga lebih rapi. Itulah yang membedakan," ujarnya.

Namun, beban kian berat ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Usahanya itu ikut terdampak. Kala itu, pemerintah melarang pengadaan pesta lamaran ataupun pernikahan. Padahal, usaha milik Lies sangat bergantung pada momen-momen tersebut.

"Namanya saingan, orang mau cari yang murah. Apalagi, ketika pandemic. Waduh benar-benar (tantangannya), pesta dilarang otomatis cukup memengaruhi (usaha saya). Akan tetapi, saya minimalisasi pindah usaha dulu ke makanan (karena orang banyak yang memilih bidang ini). Alhamdulillah, ada saja (penghasilan)," ujarnya.

Tuai hasil

Kesabaran itu mulai menuaikan hasil. Meski memutuskan menjalankan usaha secara mandiri, Lies bisa membuktikan eksisting usahanya yang mampu bertahan hingga kini.

Hal lain yang ia syukuri adalah usahanya mampu memberikan manfaat bagi banyak orang. Sebab, Lies kerap membuka lowongan kerja kepada tetangga sekitarnya jika banyak pesanan masuk untuk membantu produksi.

Pesanan terbanyak yang pernah Lies terima, yaitu 15-26 lusin kerajinan bosara. Adapun harga kerajinan bosara dibanderolnya senilai Rp 500.000 per lusin, dan tudung saji Rp 200.000 per lusin.

Omzet yang dia peroleh rata-rata per bulannya adalah Rp 2 juta. Ini karena menurut Lies, bosara dan tudung saji bukan termasuk kebutuhan primer atau pokok masyarakat.

Pada perjalanan usahanya itu, Lies tidak hanya fokus memproduksi dan menjual kerajinan bosara dan tudung saji saja. Berbagai lomba UMKM diikuti sebagai bukti aktualisasi diri. Alhasil, dia sempat menjadi juara sebagai UMKM Mandiri di Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Demi mengasah kemampuan bisnis, Lies juga rajin mengikuti berbagai pelatihan atau seminar terkait pengembangan usaha. Ia juga sangat bersyukur karena berkat bantuan KUR BRI, dirinya bisa mengembangkan usaha. Dengan begitu, ia tidak perlu khawatir lagi jika terbatas dengan modal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com