Advertorial

Angka Kegagalan Kian Kecil, Jangan Ragu Operasi Bypass Jantung di Indonesia

Kompas.com - 17/04/2023, 14:40 WIB

KOMPAS.com - Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, penyakit kardiovaskular atau jantung merupakan penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia pada 2014 hingga 2019.

Penyakit jantung koroner yang disebabkan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner menjadi salah satu kasus yang sering ditemukan di antara banyak gangguan jantung. Namun, berkat kemajuan teknologi di dunia medis, penyakit ini dapat diobati dengan operasi bypass jantung.

Sebagai informasi, operasi bypass jantung merupakan tindakan untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner pada pasien penyakit jantung koroner. Operasi ini dilakukan dengan mengalihkan fungsi arteri koroner yang rusak menggunakan cangkokan pembuluh darah baru dari organ tubuh lain.

Dokter Spesialis Konsultan Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular Mayapada Hospital Surabaya Dr Yan Efrata Sembiring dr Sp B SpBTKV(K) mengatakan, saat ini, tingkat kegagalan operasi bypass berada di kisaran 1 persen sampai 2 persen berkat kemajuan teknologi.

Oleh karena itu, dokter yang mendalami bedah jantung di National Heart Centre Singapore dan St Vincent's Hospital Sydney ini mengimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir atau ragu untuk menjalani operasi tersebut. Selain itu, operasi bypass juga membuat pasien dapat pulih lebih cepat.

"Kami tekankan kepada masyarakat bahwa operasi jantung bypass sudah menjadi operasi yang rutin dilakukan," ujar dokter Yan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (16/4/2023).

Dokter Yan menjelaskan bahwa operasi bypass rata-rata berlangsung selama 4 jam sampai 6 jam. Karena sudah didukung teknologi medis mumpuni, operasi ini mampu membuat pasien pulih dalam waktu paling lama satu minggu.

Selama satu sampai dua hari setelah prosedur operasi, pasien akan dirawat di ruang intensive care unit (ICU). Kemudian, pasien akan berada di ruang perawatan selama lebih kurang lima sampai tujuh hari untuk bisa kembali ke rumah.

Dokter lulusan Universitas Airlangga itu menjelaskan bahwa setelah melalui serangkaian operasi bypass jantung, pasien akan merasa lega di bagian dada. Pasien juga tak akan lagi merasa sesak, seperti sebelum operasi.

"Pasien juga terbebas dari (risiko) serangan jantung mendadak yang bisa mengakibatkan kematian," ungkapnya.

Selama proses operasi bypass, lanjut dr Yan, dokter akan melakukan cangkok pembuluh darah yang diambil dari bagian lain tubuh pasien. Pembuluh darah bisa diambil dari kaki, tangan, atau di bawah tulang dada. 

Dokter Yan menjelaskan bahwa pelaksanaan operasi bypass jantung akan dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari dokter. Adapun orang yang memiliki penyakit jantung biasanya memiliki sejumlah keluhan, seperti nyeri di dada dan berbagai keluhan lainnya.

Setelah melalui berbagai pemeriksaan, dokter akan menyarankan pelaksanaan operasi tersebut jika memang dibutuhkan.

Dokter Yan menjelaskan bahwa di Mayapada Hospital Surabaya, semua alat-alat kesehatan untuk melakukan operasi bypass jantung sudah memadai lantaran tergolong canggih.

"Dengan rumah sakit yang baru, alat-alatnya medis canggih, serta teknologi terbaru, pasien dapat pulih lebih cepat,” tuturnya.

Sebagai informasi, Cardiovascular Center Mayapada Hospital memiliki layanan komprehensif untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, perawatan, operasi jantung, hingga rehabilitasi.

Cardiovascular Center Mayapada Hospital sendiri memiliki beragam subspesialis jantung, seperti konsultan intervensi, ekokardiografi, aritmia, cardiac imaging, serta dokter bedah jantung. Tim dokter Cardiovascular Center Mayapada pun telah terverifikasi standar internasional untuk memberikan diagnosis dan merawat berbagai kondisi jantung.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com