Advertorial

Pertama Kali, Pagelaran Wayang Kulit Bawakan Cerita Babad Kadhiri Secara Utuh

Kompas.com - 03/05/2023, 11:00 WIB

KOMPAS.com – Bupati Kediri, Jawa Timur (Jatim), Hanindhito Himawan Pramana menginisiasi pagelaran wayang kulit yang menampilkan sejarah tanah Kediri hingga menjadi kerajaan dalam serat Babad Kadhiri. Acara ini merupakan rangkaian peringatan Hari Jadi ke-1219 Kabupaten Kediri.

Pagelaran wayang tersebut membawakan 10 lakon secara berseri selama tiga hari berturut-turut, mulai dari Selasa (2/5/2023) hingga Kamis (4/5/2023).

Mas Dhito, sapaan akrab Bupati Kediri, menyampaikan bahwa untuk menggelar pertunjukan wayang kulit itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri bekerja sama dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Kediri.

"Melalui cerita yang utuh dan ditampilkan secara berseri, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, menjadi lebih tahu dan paham mengenai sejarah Kediri," kata Mas Dhito dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (3/5/2023).

Babad Kadhiri yang dibawakan dalam perspektif cerita pewayangan tersebut, lanjutnya, dapat menjadi sarana transformasi pengetahuan sejarah Kediri yang berharga.

Mas Dhito menginisiasi pagelaran wayang 'Babad Khadiri'.Dok. Pemkab Kediri Mas Dhito menginisiasi pagelaran wayang 'Babad Khadiri'.

Selain sebagai tontonan, pagelaran wayang kulit itu juga diharapkan dapat menjadi tuntunan. Sebab, wayang kulit mengandung banyak nilai positif yang dapat dipelajari melalui lakon atau cerita yang dibawakan dalang.

"Dengan mengetahui jalan cerita dengan karakteristik tokoh yang ada dalam tiap lakon, kami berharap, ada nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian," kata Mas Dhito.

Perwakilan Pepadi Kabupaten Kediri Ki Didik Wibisono mengatakan bahwa cerita-cerita pada Babad Kadhiri yang dibawakan dalam pagelaran wayang kulit itu diakui baru pertama kali dibawakan secara utuh.

"Pertama kali ini, (Babad Kadhiri) ditampilkan secara utuh, mulai dari Kerajaan Mamenang berdiri sampai tenggelam," katanya.

Terdapat 10 lakon yang dibawakan dalam pergelaran wayang tersebut. Pertama,”Babad Mamenang” yang menceritakan sejarah kemunculan Kerajaan Mamenang. Kedua, “Sri Aji Joyoboyo Jumeneng” yang menceritakan sejarah Sri Aji Jayabaya menjadi raja di Mamenang.

Ketiga, “Jongko Jinarwo”. Pada lakon ini Sri Aji Jayabaya memaparkan kisah tentang Jangka Jaya Baya. Keempat, “Mayangkoro” yang menceritakan tentang moksanya Resi Mayangkoro atau Anoman.

Kelima, “Angling Dharma” yang menceritakan kelahiran Angling Dharma, cucu dari Sri Aji Jayabaya. Keenam, “Sang Cakrawartin” (Cakrawartin artinya utusan Tuhan). Lakon ini menceritakan epos kepahlawanan Angling Dharma membantu Kerajaan Kediri dari bahaya.

Para dalang pagelaran wayang Kediri.Dok. Pemkab Kediri Para dalang pagelaran wayang Kediri.

Ketujuh, “Jaya Amijaya Dadi Ratu” yang menceritakan Raden Jaya Amijaya anak dari Prabu Jayabaya menjadi raja. Kedelapan, “Jaya Amisena Dadi Ratu”, menceritakan Raden Jaya Amisena, anak Prabu Jaya Amijaya, menjadi raja.

Sembilan, “Sri Aji Pamasa Krama” yang menceritakan pernikahan anak Prabu Jaya Amisena bernama Sri Aji Pamasa. Sepuluh, “Sri Aji Pamasa” yang menceritakan Kerajaan Mamenang yang dilanda banjir bandang sehingga kerajaan tenggelam dan Kerajaan Mamenang dipindah ke Pengging.

Adapun seluruh lakon tersebut akan dibawakan oleh 12 dalang secara berseri selama tiga hari. Tak hanya dalang pria, dalang wanita juga turut tampil.

"Mudah-mudahan, banyak masyarakat dapat menonton dan menikmati seluruh cerita dalam pagelaran wayang kulit ini," ujar Didik Wibisono.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com