Advertorial

Ekonomi Global di Ujung Resesi, Emas Siap Bersinar Kembali?

Kompas.com - 03/05/2023, 14:56 WIB

KOMPAS.com – Harga emas diprediksi akan mengalami rebound dalam dua pekan pertama Mei 2023. Hal ini dipicu oleh kebijakan menaikkan suku bunga yang diambil The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat/AS), European Central Bank (ECB), dan Bank of England (BoE).

The Fed diperkirakan menaikkan suku bunganya hingga 25 basis poin (bps) pada Kamis (4/5/2023) pukul 01.00 WIB. Menyusul The Feed, ECB akan menaikkan suku bunga acuan sekitar 25-50 bps pada hari yang sama pukul 19.15 WIB.

BoE juga diperkirakan ikut menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada Kamis (11/5/2023) pukul 18.00 WIB.

Implikasi kenaikan suku bunga tersebut bakal menguatkan nilai mata uang dollar (USD), euro (EUR), dan poundsterling (GBP). Hal ini sekaligus akan berpotensi menghadirkan perlambatan ekonomi dan resesi.

Potensi harga emas mengalami rebound juga diperkuat dengan data Non-Farm Payroll (NFP) yang bakal dirilis pemerintah AS pada Jumat (5/5/2023) pukul 19.30 WIB.

Sejumlah analis memperkirakan bahwa NFP AS akan mencatatkan perlambatan pada April 2023 dengan total penambahan jumlah lapangan kerja mencapai 190.000.

Angka tersebut mengalami penurunan dari Maret 2023 yang sebanyak 236.000 lapangan pekerjaan dan Februari 2023 dengan jumlah 326.000 lapangan pekerjaan.

Jika prediksi sejumlah analis benar, itu berarti NFP AS mengalami perlambatan selama 3 bulan berturut-turut. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perekonomian AS mengalami tekanan.

Terlebih, data pengangguran di AS yang bakal dirilis bersamaan dengan NFP juga diperkirakan mengalami peningkatan pada April 2023, yakni dari 3,5 persen pada Maret 2023 menjadi 3,6 persen.

Kondisi tersebut dapat meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar terkait resesi global yang semakin mungkin terjadi. Oleh karena itu, pelaku pasar diprediksi akan mengejar aset safe haven, seperti emas.

Dengan demikian, harga emas pun diperkirakan akan kembali melesat pada kisaran 2.000 dollar AS troy per ons. 

Di sisi lain, kondisi tersebut akan cenderung memberatkan pergerakan indeks saham AS dan nilai dollar AS yang berpotensi mengalami pelemahan. 

Memanfaatkan volatilitas suku bunga 

Berdasarkan analisis MIFX, perusahaan pialang berjangka yang berdiri sejak 2000 dan telah teregulasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), kondisi tersebut dapat dimanfaatkan oleh trader dengan memasang posisi buy di jangka pendek hingga menengah untuk emas (XAU).

Posisi buy juga dapat diambil untuk pasangan mata uang GBP/USD dan EUR/USD.

Selain itu, analisis MIFX juga menyarankan trader mengambil posisi sell pada pasangan mata uang USD/JPY.

Adapun untuk perdagangan komoditas minyak, analisis MIFX menyarankan trader untuk memasang posisi buy pada jangka pendek dan menengah.

Hal tersebut disebabkan oleh pergerakan harga minyak yang berpotensi menguat akibat pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi Plus (OPEC+) dan kenaikan harga minyak ke Asia oleh Arab Saudi.

Untuk mengetahui analisis dan riset lengkap dari MIFX tersebut, trader membacanya dengan mengeklik tautan berikut.

Sebagai informasi, trader juga dapat menemukan referensi trading saat perilisan data NFP AS dengan mengikuti sesi Live Trading di YouTube MIFX pada pukul 19.00 WIB, Jumat (5/5/2023). 

Disclaimer

Materi yang disampaikan MIFX hanya sebagai referensi, bukan untuk rekomendasi nasabah dalam melakukan transaksi. Seluruh transaksi yang diambil sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab nasabah. 

Adapun transaksi perdagangan berjangka komoditi (PBK) memiliki risiko kerugian serta memiliki potensi keuntungan yang sama besar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com