Advertorial

Andalkan JKN untuk Berobat, Saleh: Tidak Ada Diskriminasi

Kompas.com - 20/05/2023, 08:00 WIB

KOMPAS.com - Perbedaan layanan atau diskriminasi pelayanan menjadi hal menakutkan bagi sebagian masyarakat yang ingin mengakses layanan kesehatan dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Meski demikian, ketakutan tersebut tidak dirasakan oleh salah satu masyarakat Ternate, Said Saleh (23). Dalam beberapa tahun terakhir, ia rutin mengakses layanan kesehatan dengan program JKN untuk pengobatan tuberkulosis yang diderita.

Saleh mengaku, selama menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan, dia selalu dilayani dengan baik tanpa ada diskriminasi.

“Memang, pernah dengar informasi di media sosial, berobat menggunakan JKN tidak dilayani layaknya pasien umum lain. Namun, hal itu terbukti tidak benar karena selama beberapa tahun ini saya berobat di puskesmas sampai dirujuk ke rumah sakit sekalipun, layanan yang diberikan justru sangat baik,” tutur Saleh dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (17/5/2023).

Saleh menuturkan, selama mengakses layanan kesehatan, baik di puskesmas maupun rumah sakit, dia tidak pernah sekalipun diminta biaya tambahan. Mendapatkan layanan melalui program JKN pun cukup mudah karena hanya perlu mengikuti alur layanan yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, ia tidak ragu untuk mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) setiap merasa sakit.

Apabila berdasarkan pemeriksaan dokter di FKTP diperlukan penanganan lebih lanjut, maka dokter akan merujuk ke rumah sakit.

Saleh mengaku, dirinya tidak pernah merasa kesulitan setiap kali mengakses layanan kesehatan.

“Waktu itu, saya juga pernah diperiksa di rumah sakit oleh dokter spesialis paru. Namun, sekarang pengambilan obat rutin cukup ke Puskesmas Gambesi,” kata Saleh.

Sebagai seorang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate yang berasal dari Kabupaten Halmahera Selatan, Saleh menganggap program JKN telah memberikan manfaat yang sangat luar biasa.

Biaya kesehatan yang ditanggung program tersebut juga sangat meringankan biaya harian Saleh. Apalagi, uang saku yang diberikan orangtuanya hanya cukup untuk membayar biaya sewa kosan dan kebutuhan makan sehari-hari.

Selain itu, sebagai peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI), dia juga sangat bersyukur lantaran tidak perlu membayar iuran JKN yang telah ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.

“Sangat bersyukur sekali dengan kemudahan yang saya dapatkan ini. Terima kasih kepada program JKN dan pemerintah yang terus mengupayakan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat,” ujar Saleh.

Saleh menceritakan bahwa dirinya didiagnosis menderita tuberkulosis saat memeriksakan diri ke dokter pada 2021. Gejala awal yang ia rasakan adalah batuk yang tidak kunjung sembuh hingga berminggu-minggu.

Sejak saat itu, ia pun rutin memeriksa kondisi kesehatan serta mengonsumsi obat yang diberikan oleh puskesmas.

“Setelah didiagnosis tuberkulosis, saya sempat kaget dan takut juga. Namun, saat itu, dokter coba menenangkan saya dan menjelaskan bahwa penyakit itu bisa sembuh, asalkan saya patuh untuk periksa dan meminum obat secara rutin,” terang Saleh.

Berdasarkan beberapa pengalamannya menjalani pengobatan, Saleh kembali menegaskan agar masyarakat tidak perlu lagi khawatir berobat menggunakan JKN dengan alasan akan diacuhkan atau tidak dilayani.

“Kalau ada yang bilang berobat pake JKN itu ribet, mungkin karena belum terbiasa saja. Lagian juga semua hal di dunia ini harus diatur supaya tertib dan masyarakat nyaman,” ucap Saleh.

Saleh juga menyampaikan rasa bangganya menggunakan program JKN dan meyakini bahwa sudah banyak masyarakat yang telah terbantu dengan program ini.

Ia berharap, pemerintah dapat terus melanjutkan program JKN agar manfaatnya dapat terus menyentuh semua lapisan masyarakat sampai ke pelosok Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com