Advertorial

Kendalikan Inflasi, Mendagri Tekankan Daerah untuk Waspadai Dampak Fenomena El Nino

Kompas.com - 22/05/2023, 16:22 WIB

KOMPAS.com – Dalam rangka pengendalian inflasi, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menekankan kepada pemerintah daerah (pemda) agar mewaspadai terjadinya fenomena El Nino.

Untuk diketahui, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah yang memicu terjadinya kekeringan di wilayah Indonesia.

Mendagri menjelaskan, berdasarkan prediksi dari sejumlah lembaga, diketahui bahwa Indonesia akan mengalami fenomena El Nino. Fenomena ini ditengarai dapat menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah yang bakal berdampak pada berkurangnya sumber air bersih bagi masyarakat.

Dampak dari fenomena tersebut pun mulai dirasakan oleh Malaysia. Diberitakan Kompas.com, Minggu (21/5/2023), sejak beberapa hari terakhir, warga Malaysia berbondong-bondong melakukan pembelian air minum dalam kemasan dalam jumlah besar atau panic buying.

Kondisi tersebut diduga dipicu oleh aliran Sungai Muda, Malaysia, yang tiba-tiba menyusut drastis di beberapa titik. Hal ini turut berdampak pada menurunnya ketinggian permukaan air di berbagai waduk yang menyuplai air baku.

“Kalau air mineral sebagai salah satu kebutuhan dasar mengalami panic buying, otomatis berlaku hukum pasar, yakni permintaan tinggi harga akan naik. Kenaikan harga air mineral ini akan berakibat kepada peningkatan harga produk-produk yang juga menggunakan air mineral. Misalnya, restoran akan menaikkan harganya,” papar Mendagri.

Hal tersebut ia sampaikan pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (22/5/2023).

Kenaikan harga tersebut, kata Mendagri, secara tidak langsung akan memicu terjadinya kenaikan angka inflasi. Oleh karena itu, ia meminta daerah untuk mewaspadai terjadinya fenomena El Nino. Khususnya, daerah yang berada di wilayah Sumatera bagian timur, seperti Riau, Jambi, dan sekitarnya, yang rentan mengalami kebakaran lahan dan hutan.

“(Hal) ini yang perlu kita jaga, hati-hati. Semua memang sudah tahu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, dan pemda-pemda setempat saya kira sudah menyiapkan dan sudah bekerja. (Dampak fenomena El Nino) ini yang perlu diwaspadai,” kata Mendagri dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin.

Selain itu, dampak lain yang juga harus diwaspadai adalah masalah panen. Pasalnya, fenomena El Nino diprediksi menyebabkan kekeringan yang dapat menghambat proses panen. Untuk itu, Mendagri mendorong setiap daerah agar mulai mengidentifikasi dampak yang berpotensi terjadi akibat fenomena El Nino.

Bila dalam identifikasi tersebut ditemukan sejumlah masalah, diharapkan pemda dapat melakukan langkah intervensi yang melibatkan dinas pertanian dan perdagangan. Di samping itu, pemda juga diminta untuk sigap dalam menyiapkan sejumlah strategi untuk mencukupi kebutuhan pangan di daerah masing-masing.

“Jangan sampai kemudian terjadi panic buying dan memicu kenaikan inflasi,” ujar Mendagri

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau