Advertorial

Kadar Gula Darah Bisa Pengaruhi Sistem Imun, Begini Penjelasannya secara Ilmiah

Kompas.com - 23/05/2023, 20:04 WIB

KOMPAS.com - Apakah Anda tahu jika kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol dapat memengaruhi sistem kekebalan pada tubuh manusia? Lebih lanjut, penurunan sistem imun akibat kelebihan gula dalam darah menjadikan tubuh sulit melawan berbagai infeksi.

Seperti diketahui, kadar gula dalam darah sangat erat hubungannya dengan diabetesi. Meski begitu, tanda-tanda disfungsi kekebalan tubuh juga dapat muncul sebelum seseorang didiagnosis diabetes.

Lantas, bagaimana kadar gula tinggi dalam darah dapat memengaruhi sistem imun pada manusia?

Peneliti Weill Cornell Medicine dan University of Massachusetts Medical School Profesor Doktor Laura Santambrogio menyelisik hal itu dalam jurnal"Immunity” (2021).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelebihan gula dalam darah dapat bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh.

“Temuan kami menunjukkan bagaimana hiperglikemia dapat memicu penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri (aterosklerosis) dengan mengubah respons imun adaptif yang memiliki implikasi klinis luas,” ujar Santambrogio.

Adapun pada diabetesi, baik diabetes tipe 1 maupun 2, tubuh kehilangan fungsinya untuk menjaga kadar gula darah dalam batas aman. Hal inilah yang mengakibatkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh kita.

Untuk diketahui, hiperglikemia kronis dapat meningkatkan risiko aterosklerosis yang menyebabkan serangan jantung dan stroke. Kondisi ini juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan mengalami penyakit.

Ganggu kemampuan sel imun

Pada penelitian sama, Santambrogio juga menemukan bahwa kadar gula tinggi dalam darah dapat merusak kemampuan sel imun yang disebut sel dendritik.

Penurunan fungsi sel dendritik pada diabetesi tersebut menunjukkan bahwa kekebalan terhadap infeksi melemah.

Selain itu, Santambrogio dalam penelitiannya juga menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh yang terganggu pada diabetesi dapat bereaksi terhadap Apolipoprotein B (APOB).

Untuk diketahui, Apolipoprotein B merupakan protein yang berperan dalam metabolisme lemak dan menjadi pembentuk kolesterol jenis very low-density lipoprotein (VLDL) dan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat.

APOB sebenarnya bukanlah protein asing yang harus diserang oleh sistem kekebalan tubuh di mana protein ini semestinya membantu mengangkut kolesterol, trigliserida, dan molekul terkait lemak.

Sel dendritik pada diabetesi pun memproses APOB serta bereaksi berlebihan terhadap APOB. Alhasil, siklus pembelahan (proliferasi) sel T yang berlebihan.

Hal itu menunjukkan bahwa kadar gula tinggi pada diabetesi menyebabkan penurunan sistem imun yang memicu peradangan kronis yang dapat menyebabkan penderitanya rentan terhadap berbagai infeksi.

Kontrol kadar gula

Pada dasarnya, diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan sehingga diabetesi tetap dapat beraktivitas secara normal, selama mereka dapat mengontrol kadar gula darahnya. 

Oleh karena itu, demi kesehatan yang lebih baik, kadar gula dalam darah harus dijaga agar kinerja sistem imun pada tubuh tetap optimal.

Caranya, yakni dengan melakukan pola hidup yang sehat. Salah satunya dengan rutin berolahraga untuk membantu mengontrol kadar gula darah. Cara ini dapat meningkatkan sensitivitas sel terhadap hormon insulin sehingga kadar gula darah terjaga.

Kemudian, kelola stres. Sebab, tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon Kortisol, tingginya hormon kortisol dapat memicu peningkatan kadar gula darah pada diabetesi sehingga tubuh mereka makin kurang sensitif terhadap insulin.

Jika sel tubuh makin sulit menggunakan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, glukosa yang tertahan di dalam aliran darah pun makin banyak, sehingga ketika melakukan pemeriksaan kadar gula darah akan terdeteksi tinggi.

Cara lainnya adalah dengan beristirahat dan tidur yang cukup antara 7-9 jam setiap malam. Pasalnya, kurang tidur secara terus-menerus dapat mengganggu sekresi (pelepasan) insulin.

Selain itu, konsumsi makanan yang tepat dengan menghindari makanan tinggi gula, tinggi lemak dan kalori, serta membatasi sumber karbohidrat sederhana.

Tak kalah penting, konsumsi nutrisi diabetes yang tepat untuk menjaga imun tubuh serta kadar kolesterol. Salah satu nutrisi diabetes yang dapat dikonsumsi sehari-hari bagi para diabetes, yaitu Diabetasol.

Diabetasol adalah asupan nutrisi pengganti makan yang lengkap dan seimbang untuk para diabetesi.

Salah satu kandungan dalam Diabetasol adalah Vita Digest yang terdiri dari isomaltosa yang merupakan karbohidrat kompleks lepas lambat dengan indeks glikemik rendah yang tidak menyebabkan kadar gula darah meningkat secara signifikan setelah makan.

Karena Indeks Glikemik dalam Diabetasol masuk dalam kategori rendah sehingga dapat membantu menjaga kadar gula darah penyandang diabetes. Diabetasol dilengkapi dengan kandungan protein, omega-3, tinggi serat, tinggi kalsium, vitamin D, vitamin A, C, E, dan zink sehingga bantu tingkatkan daya tahan tubuh diabetesi.

Untuk mendapatkan manfaat optimal, Anda direkomendasikan mengonsumsi Diabetasol dua kali sehari sebagai pengganti makan pagi dan sebelum tidur untuk kontrol gula darah yang baik.

Mari jaga kadar gula darah agar daya tahan tubuh tetap terjaga. Untuk mendapatkan produk Diabetasol, klik tautan berikut.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau