Advertorial

Pijar Foundation Gelar Global Future Fellows 2023, Angkat Isu Ketahanan Pangan

Kompas.com - 24/05/2023, 10:46 WIB

KOMPAS.com - Yayasan nirlaba Pijar Foundation menghadirkan program Global Future Fellows (GFF) 2023 dengan tema “Mencapai Keamanan Pangan di Tengah Ketegangan Global.

Acara tersebut digelar itu digelar di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, mulai dari Senin (21/5/2023) hingga Kamis (25/52023).

Sebagai informasi, GFF merupakan program fellowship jangka pendek inisiasi Pijar Foundation yang diikuti oleh para pemimpin strategis dari sektor publik, swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan masa depan bersama yang berkelanjutan.

Tema ketahanan pangan sendiri dipilih lantaran merupakan salah satu isu prioritas pemerintah. Kondisi ini dipicu besarnya populasi Indonesia, makin parahnya efek pemanasan global bagi produksi pangan, dan menurunnya minat pemuda pada sektor pertanian.

Selain itu, menurut Global Food Security Index (GFSI), skor ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2 atau lebih rendah dari rata-rata Asia Pasifik, yakni 63,4.

Menurut Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Mansury yang turut membuka rangkaian GFF, isu ketahanan pangan masih akan relevan dan menjadi isu strategis nasional hingga tiga tahun ke depan.

Ia menjelaskan, terdapat tiga alasan yang mendukung perkiraan ini.

Pertama, jumlah populasi dunia akan terus bertambah dan tidak semua negara punya sumber daya cukup. Pada 2050, diperkirakan Indonesia butuh tambahan 70 persen produksi ketimbang sekarang.

“Karena itu, lahan dan sumber daya akan semakin diperebutkan tak hanya untuk produksi pangan tapi juga untuk kebutuhan lainnya,” ujar Pahala dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (23/5/2023).

Kedua, perubahan iklim yang terbukti selama setahun terakhir telah sangat mempengaruhi produktivitas pangan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Perubahan iklim akan terus terjadi di tahun mendatang,” imbuhnya.

Ketiga, keadaan geopolitik yang tidak menguntungkan dan mempengaruhi stok pangan.

Selain itu, Indonesia juga masih berjibaku dengan pengurangan impor bahan pangan. Pahala mengungkapkan bahwa setiap tahun, Indonesia mengimpor ekuivalen 1,5 juta ekor sapi, 3,8 juta ton gula konsumtif dan industri, dan 4 juta ton pupuk.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak di bidang kebijakan, ekosistem, dan dan komunitas.

“BUMN hanya satu dari sekian pemain dan kami tidak bisa jalan sendirian. Dari sisi kami, Kementerian BUMN melihat bagaimana kami bisa menghasilkan laba dan sekaligus berperan merealisasikan ketahanan pangan. Di sinilah social dan economic value BUMN ditantang,” ujar Pahala.

Di sisi lain, Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation Cazadira F Tamzil mengatakan, GFF menawarkan kesempatan langka untuk mendorong diskusi dan aksi kolaborasi lintas sektor dan generasi di tengah ancaman yang mengintai ketahanan pangan dan pertanian.

Dengan bergotong-royong, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan dengan lebih cepat,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (23/5/2023).

Sebagai informasi, sebanyak 36 profesional dari sektor publik, privat, dan komunitas masyarakat dari 21 kota atau kabupaten di Indonesia terlibat dalam GFF 2023.

Mereka mengikuti seluruh rangkaian acara, mulai dari diskusi, pemberian materi, eksplorasi kerja sama multisektor, hingga kelas khusus yang diampu oleh 15 figur ahli dari Indonesia, Jepang, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Selepas GFF 2023, Pijar Foundation akan melanjutkan kolaborasi yang terjalin melalui publikasi Collaborative Action Plan White Paper dan diskusi kebijakan yang akan dikoordinasikan dengan para pembuat kebijakan kunci.

Alumni program GFF juga akan dikumpulkan dalam Alumni Hub yang memungkinkan mereka berjejaring dan mengerjakan kegiatan-kegiatan strategis bersama.

Hingga saat ini, Alumni Hub GFF telah berhasil menelurkan tiga program untuk membangun suplai talenta serta inovasi bisnis sosial perempuan di bidang energi dan keberlanjutan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com