Advertorial

Berikan Kontribusi Besar, FBI Digital Banking BRI Tumbuh Hingga 11,5 Persen

Kompas.com - 08/06/2023, 10:15 WIB

KOMPAS.com - Transaksi digital banking berperan penting dalam menyokong fundamental kinerja perbankan nasional. Selain meningkatkan efisiensi layanan, digital banking terbukti mampu mendorong pendapatan berbasis komisi atau fee-based income (FBI).

Salah satu perbankan yang mencatatkan pertumbuhan FBI secara pesat adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Pada kuartal I-2023, BRI mencatatkan pendapatan berbasis komisi dan biaya senilai Rp 5,08 triliun atau tumbuh 11,5 persen secara tahunan atau year over year (yoy). Adapun kontribusi terbesar FBI perseroan berasal dari kanal digital.

Sepanjang tiga bulan pertama 2023, kanal digital BRI menyumbang Rp 1,83 triliun atau 37 persen dari total pendapatan berbasis komisi.

Founder Kurikulum Saham Alex Sukandar mengatakan bahwa dalam jangka panjang, FBI dari layanan digital akan terus meningkat dan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja bottom line perbankan. Hal ini seiring dengan pertumbuhan adopsi layanan digital di Indonesia.

“Masyarakat semakin terbiasa dengan transaksi melalui platform digital. Hal ini menciptakan peluang bagi bank-bank untuk menawarkan berbagai layanan fee-based melalui kanal digital, seperti pembayaran tagihan, transfer antarbank, serta pembelian produk keuangan,” ujar Alex dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (7/6/2023).

Alex melanjutkan, BRI mampu memanfaatkan peningkatan adopsi digital di tengah masyarakat dengan baik untuk melahirkan inovasi.

Sebagai contoh, Bank BRI dapat memperkenalkan layanan pembayaran digital yang lebih canggih, seperti dompet digital, pembayaran menggunakan teknologi kode quick response (QR), serta integrasi dengan e-commerce platform.

Lebih jauh, layanan digital juga memungkinkan bank untuk menjangkau nasabah potensial di wilayah yang lebih luas. Terlebih, BRI merupakan bank di Indonesia dengan jaringan terluas hingga pelosok negeri.

Dengan adanya akses layanan digital, bank dapat menawarkan produk dan layanan fee-based kepada nasabah yang sulit dijangkau atau tidak dilayani oleh cabang fisik.

Selain itu, Alex menyebut bahwa FBI dari kanal digital akan menjadi sumber pendapatan baru bagi bank.

“Secara karakteristik, FBI lebih dapat diandalkan ketimbang komisi dari penyaluran kredit. Pasalnya, komisi dari layanan digital terbilang kebal terhadap fluktuasi suku bunga,” tuturnya.

Meski demikian, Alex mengingatkan bahwa perubahan teknologi dan tren perilaku konsumen dapat memberikan tantangan baru bagi bank. Misalnya, menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cepat.

“Oleh karena itu, bank perlu mengikuti tren digital, memperbarui strategi, dan berinvestasi dalam inovasi teknologi. Berbagai upaya ini perlu dilakukan untuk memastikan posisi fee dari layanan digital tetap kuat terhadap bottom line di masa depan,” kata Alex.

Sementara itu, Direktur Digital dan IT BRI Arga M Nugraha mengatakan bahwa peningkatan layanan digital terus diupayakan perseroan guna memberi kemudahan dan kepuasan kepada pelanggan. Menurutnya, kebijakan ini dapat berujung pada peningkatan volume transaksi BRI secara keseluruhan.

“Nasabah kami telah beralih dari transaksi berbasis kantor cabang ke saluran transaksi digital. Jumlahnya terus meningkat sejalan dengan perjalanan transformasi digital pelanggan. Kenyamanan nasabah menjadi unsur penting bagi BRI dengan transformasi layanan di dalamnya,” ujar Arga.

Meningkatnya capaian FBI BRI seiring dengan kebiasaan nasabah yang telah berpindah dari layanan kantor cabang ke kanal digital.

Per Maret 2023, emiten bersandi BBRI itu mencatat sebanyak 98,9 persen transaksi dilakukan nasabah melalui kanal digital. 

“Artinya hanya 1,1 persen saja transaksi nasabah yang masih menggunakan cara konvensional,” ujar Arga.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com