Kabar pos

Luncurkan Prangko Seri Malioboro, Pemkot Yogyakarta Tuai Apresiasi dari Pos Indonesia

Kompas.com - 12/06/2023, 20:16 WIB

KOMPAS.com – Kala mendengar kata Malioboro, banyak orang pasti langsung teringat dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ruas jalan ini merupakan salah satu destinasi wisata favorit sekaligus ciri khas kawasan Yogyakarta.

Malioboro sendiri menguntai sejarah panjang perjalanan Kota Yogyakarta sebagai sentra pertemuan sendi-sendi kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi, sosial, hingga budaya.

Hal itulah yang kemudian menginspirasi Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta untuk meluncurkan Prangko Seri Malioboro untuk menyambut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kota Yogyakarta.

Ada tiga desain yang diluncurkan dalam seri prangko Malioboro itu, yaitu Teras Malioboro, Ketandan Malioboro, dan Ngejaman Malioboro. Ketiga prangko ini menggambarkan Malioboro dalam beberapa aspek.

"Kegiatan peluncuran prangko Malioboro ini menggambarkan kekayaan lautan budaya yang dimiliki. Melalui gambar-gambar yang terpampang pada prangko, kami berharap dapat membawa keindahan Malioboro ke dalam rumah, kantor, dan kolektor prangko di seluruh penjuru negeri, bahkan dunia," kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharja dalam acara Peluncuran Prangko Seri Malioboro di Hotel Phoenix, Yogyakarta, Rabu (7/6/2023).

Singgih menjelaskan, Prangko Seri Malioboro tak hanya berfungsi sebagai alat bukti pembayaran pengiriman pos, tetapi juga benda filateli untuk mengeksplorasi kekayaan sejarah dan budaya Kota Yogyakarta.

Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X yang hadir dalam acara itu pun menyambut baik dan memberikan apresiasi atas peluncuran Prangko Seri Malioboro. Ia berharap, ikon bersejarah Malioboro akan terus menjadi salah satu magnet Kota Yogyakarta yang tak lekang oleh masa.

"Semoga seri prangko Malioboro dengan lukisan bergaya ekspresionis ini menjadi produk seni budaya yang lahir dari eksistensi Kota Yogyakarta, serta dapat memperkaya khasanah filateli Indonesia,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (12/6/2023).

Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wayan Toni Supriyanto menyatakan, selain memiliki nilai intrinsik dan nominal, Prangko Seri Malioboro juga bernilai memorabilia yang menjadi kenangan panjang tentang mengapresiasi Malioboro sebagai ikon sejarah dan pariwisata Kota Yogyakarta.

Untuk diketahui, peluncuran Prangko Seri Malioboro mendapat dukungan penuh dari PT Pos Indonesia (Persero).

Acara peluncuran tersebut dihadiri jajaran direksi Pos Indonesia, di antaranya Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, Direktur Bisnis Jasa Keuangan Pos Indonesia Haris, Direktur Business Development dan Portofolio Management Pos Indonesia Prasabri Pesti, dan Direktur Human Capital Management Pos Indonesia Tonggo Marbun.

Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi saat menghadiriacara peluncuran Prangko Seri Malioboro untuk menyambut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kota Yogyakarta pada Rabu (7/6/2023). Dok. Pos Indonesia Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi saat menghadiriacara peluncuran Prangko Seri Malioboro untuk menyambut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kota Yogyakarta pada Rabu (7/6/2023).

Faizal R Djoemadi menjelaskan, Prangko Seri Malioboro merupakan prangko hasil inovasi serta kolaborasi Pos Indonesia bersama Pemkot Yogyakarta, Kemenkominfo, dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

"Kami berkolaborasi. Kemudian, secara resmi Kemenkominfo meluncurkan prangko ini," ujar Faizal.

Peluncuran prangko tersebut, imbuh Faizal, juga memiliki makna besar karena menjadi momen penting untuk memperkenalkan banyaknya kegunaan prangko. Selain sebagai alat bayar, prangko juga bisa dijadikan benda koleksi yang menjadi pengingat akan sejarah dan budaya suatu daerah, seperti Kota Yogyakarta.

"Saya pikir ini adalah momen yang sangat penting untuk memperkenalkan generasi muda tentang kegunaan prangko yang tidak hanya sebagai alat bayar. Akan tetapi, juga sebagai collectible items, benda seni, sekaligus prangko ini bercerita tentang sejarah," tutur Faizal.

Lebih lanjut, Faizal menjelaskan, Pos Indonesia juga sedang melakukan inovasi dengan menerapkan teknologi kode QR dalam prangko. Dengan menggunakan kode QR, para kolektor atau pemilik prangko bisa mengakses situs yang menyimpan cerita di balik gambar dalam prangko.

"Kalau di-scan langsung connect ke website atau URL sehingga bisa tahu cerita di balik gambar itu. Ada cerita di balik gambar, kejadiannya apa, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan teknologi, prangko jadi lebih hidup. Tidak hanya gambar mati, tetapi ada cerita di baliknya," katanya.

Sebagai informasi, gambaran Malioboro dalam Prangko Seri Malioboro merupakan karya seni pelukis perempuan asal Yogyakarta Astuti Kusumo. Tiga sudut ikonik kawasan Malioboro digambarkan dengan apik pada prangko Teras Malioboro, Ketandan, dan Ngejaman.

Ada empat lukisan yang dipatenkan menjadi kesatuan Prangko Seri Malioboro tersebut, yakni tiga lukisan dijadikan seri prangko dan satu lukisan dijadikan sampul (cover).

"Hari ini berbahagia sekali. Bersama dengan perayaan Hari Jadi Kota Yogyakarta kami meluncurkan Prangko Seri Malioboro. Prangko Seri Malioboro ini diadaptasi dari berbagai macam narasi tim ahli ditunjuk Pemkot Yogyakarta untuk menarasikan seri Malioboro dari berbagai perspektif, sejarah, budaya, dan sosial," kata Astuti.

Astuti mengaku merasa terhormat bisa mendapat kesempatan untuk membuat lukisan dalam tiga prangko tersebut. Ia pun berharap lukisan dalam prangko tersebut bisa membangkitkan semangat warga untuk menjaga keindahan Yogyakarta.

"Mudah-mudahan ini menjadi semangat bagi warga untuk senantiasa menjaga keseluruhan kota Yogyakarta," tutur Astuti.

Adapun dalam pemilihan desain prangko Malioboro, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (DJPPI) Kemenkominfo berperan memilih tema, memfasilitasi pembahasan desain, dan memberikan keputusan.

Berikut deskripsi Prangko Seri Malioboro.

Teras Malioboro

Penanda dari sentralisasi ekonomi rakyat yang terdapat di kawasan Malioboro. Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2 merupakan wujud dari kerja kolektif Pemkot Yogyakarta dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir sekaligus upaya komunal para pedagang dalam membangun industri ekonomi yang sehat serta terpusat. Dengan demikian, upaya one-stop shopping dapat terwujud bagi wisatawan.

Ketandan Malioboro

Presentasi dari Malioboro sebagai ruang pluralis bagi semua entitas yang hidup di Yogyakarta. Ketandan menjadi penanda etnis Tionghoa yang hidup harmonis di tengah masyarakat Jawa. Dari perspektif sejarah, Ketandan merupakan toponimi masyarakat tandha pasar (pemungut pajak) bagi pedagang di Pasar Beringharjo pada masanya.

Ngejaman Malioboro

Dahulu, Tugu Ngejaman bernama stadsklok atau jam kota. Tugu Ngejaman menjadi ikon Malioboro lintas masa sekaligus presentasi dari sejarah yang terjadi sepanjang evolusi ruas jalan ini. Tugu Ngejaman merupakan persembahan dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang kembali berkuasa setelah pemerintahan Inggris, yakni pada 1811-1816.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com