Advertorial

Penuhi Kebutuhan Protein Hewani untuk Bantu Cegah Stunting

Kompas.com - 14/06/2023, 06:33 WIB

KOMPAS.com – Pangan hewani merupakan salah satu asupan penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun untuk mencegah stunting atau tengkes. Hal ini karena pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, seperti protein dan vitamin, yang penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis mengatakan, asupan protein hewani penting untuk mencegah stunting pada anak.

Hal tersebut Rita sampaikan saat menjadi narasumber dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Protein Hewani Jurus Sakti Cegah Stunting”, di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (13/6/2023).

Selain itu, protein hewani juga tidak selamanya identik dengan harga mahal. Menurutnya, masyarakat sering kali salah persepsi karena menganggap bahwa makanan berprotein itu mahal. Padahal, protein hewani terdapat di berbagai macam jenis makanan.

“Enggak (mahal). Akan tetapi, kan (sumber protein hewani) yang viral-viral ini, seperti ikan salmon, steik wagyu. Itu memang mahal. Tapi coba kita pilih telur, ikan kembung, ikan teri, ikan mas, dan ikan lele. Masih banyak lagi (sumber) protein hewani yang (harganya) masih terjangkau dan memiliki manfaat yang sama seperti dengan (makanan) mahal-mahal tadi,” jelasnya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa.

Rita memaparkan, kesalahan dalam proses penyajian berperan besar dalam berkurangnya protein hewani yang terkandung dalam makanan. Menurutnya, banyak masyarakat menganggap bahwa antara ikan salmon dan ikan lele memiliki manfaat berbeda bagi tubuh.

Padahal, kata Rita, yang menjadi masalah bukan jenis ikannya, melainkan proses penyajiannya.

“(Bisa jadi) orang yang sering makan ikan salmon cerdas karena mereka menyajikan dengan tidak terlalu banyak proses. Sementara, ikan lele biasa digoreng dengan minyak yang banyak. (Hal) itu yang menyebabkan proteinnya rusak. Ikan itu paling baik diungkep atau dibikin sup agar protein hewaninya tidak rusak,” papar Rita.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Achmad Muchlis menekankan pentingnya pencegahan stunting saat remaja. Caranya, dengan mulai memperhatikan kesehatan serta memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat melahirkan generasi bebas stunting di masa depan.

“Pemenuhan gizi memang harus dari remaja. (Hal) pertama dan yang paling utama itu 1.000 hari masa kehidupan, mulai di dalam kandungan hingga umur 2 tahun,” katanya.

Selain itu, kebutuhan gizi remaja juga ditujukan utamanya untuk perempuan saat menstruasi. Pasalnya, masih banyak perempuan yang tidak melapor ke layanan kesehatan saat pertama kali menstruasi. Padahal, mereka memerlukan obat penambah darah.

“Pencegahan stunting itu butuh waktu panjang dan seperti siklus yang saling berhubungan. Dengan demikian, (pencegahannya) perlu dimulai sejak remaja untuk persiapan melahirkan generasi-generasi bebas stunting di masa depan,” ujar Achmad.

Pada kesempatan sama, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK), Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Nursodik Gunarjo, mengingatkan bahwa bonus demografi saat ini sudah dimulai. Namun, Indonesia masih memiliki beberapa tantangan, salah satunya stunting.

“Harus diakui, Indonesia masih memiliki tantangan besar yang disebut dengan stunting. Jika bonus demografi ini tidak dikelola dengan baik, ke depan, (kemajuan) Indonesia juga akan terhambat,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kualitas keluarga dan sumber daya manusia (SDM) adalah kunci Indonesia agar dapat bersaing dan berkompetisi dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mendorong kualitas SDM guna menurunkan angka stunting.

Untuk diketahui, data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan, angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Namun, angka ini masih di atas standar toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 20 persen.

Pemerintah Indonesia memiliki target untuk menurunkan angka stunting hingga mencapai angka 14 persen pada 2024. Untuk mencapai target ini, pemerintah tidak hanya fokus menyosialisasikan pencegahan stunting kepada pasangan usia subur, tetapi juga generasi muda. Sebab, mereka yang akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting di masa depan.

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Direktorat IKPMK Kemenkominfo Marroli J Indarto mengatakan, program penurunan prevalensi stunting yang digencarkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika itu sesuai dengan program utama Presiden Joko Widodo dalam menekan angka stunting.

Adapun Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Tangerang tersebut merupakan bagian dari kampanye Genbest.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, serta reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com