Advertorial

Setop Menikah di Usia Dini, Langkah Kecil Mencegah Stunting

Kompas.com - 23/06/2023, 12:54 WIB

KOMPAS.com - Menikah di usia muda atau dini berisiko tinggi melahirkan anak stunting. Selain bertubuh pendek, anak stunting akan sulit bersaing di masa depan karena memiliki daya intelektual dan nalar yang rendah.

Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam acara Genbest Talk “Stop Nikah Dini, Bikin Hidup Lebih Hepi”.

Acara diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting yang digelar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/6/2023), itu dihadiri oleh 150 generasi muda dari wilayah setempat serta Kabupaten Tangerang dan sekitarnya.

Menurut Marroli, generasi muda saat ini harus memahami stunting. Sebab, mereka diharapkan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting di masa depan. Terkait hal ini, pernikahan dini adalah salah satu permasalahan yang harus dihindari karena mengancam kesehatan fisik dan mental, khususnya bagi perempuan.

Dokter Gia Pratama yang turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, rahim perempuan memiliki fase tersendiri untuk mengandung, yakni saat rahim mampu menerima sel telur dan sperma untuk diubah menjadi zigot.

“Jika kehamilan terjadi di luar waktunya, akan timbul berbagai risiko kesehatan yang mengancam ibu ataupun janin. Ancaman tersebut di antaranya adalah janin lahir prematur, hipertensi kehamilan pada ibu, serta kejang,” jelasnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (23/6/2023).

Dokter Gia melanjutkan, kesiapan pernikahan ditentukan dari dua aspek kematangan yang wajib dipenuhi laki-laki dan perempuan.

Pertama, kematangan sistem reproduksi. Pada perempuan, hal ini mencakup vagina, rahim, serta indung telur. Sementara, laki-laki adalah testis, penis, serta kelenjar prostat.

Kedua, kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Menurut dr Gia, prefrontal cortex pada otak memiliki kematangan lebih lama.

“Kalau masih di bawah 25 tahun, khususnya laki-laki, pertumbuhan prefrontal cortex lebih lambat ketimbang perempuan,” ujarnya.

Merujuk penelitian yang dimuat American Psychological Association (APA), dr Gia menjelaskan, prefrontal cortex adalah bagian terdepan dari cerebral cortex di otak manusia.

Struktur otak depan tersebut bertanggung jawab pada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku manusia, seperti perhatian (attention), perencanaan (planning), memori kerja (working memory), pengekspresian emosi, serta perilaku sosial yang sesuai norma masyarakat.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Intan Widayati yang juga hadir dalam acara tersebut menjelaskan, usia minimal bagi laki-laki dan perempuan untuk menikah berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan adalah 19 tahun.

Namun, jika dilihat dari kesiapan fisik dan mental, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan, usia ideal minimal untuk perempuan menikah adalah 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 menunjukkan, angka stunting secara nasional mengalami penurunan dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Angka tersebut masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 20 persen, serta target pemerintah di angka 14 persen.

“Isu stunting menjadi penting bagi Kemenkominfo, apalagi sudah menjadi arahan Presiden Joko Widodo bahwa pada 2024, Indonesia harus menurunkan angka stunting hingga 14 persen. Saat ini, kita masih berada di rata-rata nasional sekitar 21,6 persen,” ujar Marroli.

Kemenkominfo fokus menyosialisasikan kampanye pencegahan stunting pada generasi muda. Sebab, semakin dini generasi muda atau remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan, maka semakin besar kemungkinannya di masa depan mereka akan menjadi orangtua yang melahirkan anak bebas stunting.

Sejak 2019, Kemenkominfo telah menginisiasi Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) sambil menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting dan menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting

Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Bogor merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs web genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, ataupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com