Advertorial

Elektrifikasi jadi Kunci Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Pertanian

Kompas.com - 23/06/2023, 15:51 WIB

KOMPAS.com - Listrik merupakan urat nadi aktivitas masyarakat. Masyarakat di berbagai sektor amat bergantung pada listrik, mulai dari industri, pendidikan, transportasi, hingga sektor pertanian dan perikanan.

Listrik pun berperan besar dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Pasalnya, elektrifikasi di sektor pertanian berperan meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pertanian berkelanjutan di seluruh negeri. Berkat elektrifikasi pula, sektor pertanian Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan.

Sebagai gambaran, akses terhadap listrik membuat petani dapat mengoptimalkan penggunaan air dan memastikan pasokan air yang stabil. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

Kehadiran akses listrik juga memungkinkan petani untuk menggunakan alat-alat pertanian modern, seperti traktor listrik dan mesin penggiling. Alat-alat ini dapat mengurangi beban kerja fisik, membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, serta mempercepat proses produksi pertanian.

Selain meningkatkan produktivitas, elektrifikasi juga mendukung infrastruktur pendinginan dan pengawetan pangan. Petani dapat menggunakan sistem pendingin listrik dan penyimpanan dengan suhu terkendali.

Metode tersebut memungkinkan petani atau nelayan menyimpan hasil panen atau tangkapan dalam kondisi optimal dan memperpanjang masa simpan. Dengan demikian, hasil panen atau tangkapan dapat tetap segar saat dipasarkan, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan nilai ekonomi.

Pada akhirnya, elektrifikasi berkontribusi pada peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian secara langsung.

Meningkatkan hasil panen buah naga

Rekayasa sederhana elektrifikasi terbukti berkontribusi positif terhadap petani buah naga. Petani buah naga asal Banyuwangi, Edy Purwoko (44), mampu menghemat biaya produksi hingga 50 persen sejak beralih menggunakan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

Sebelumnya, Edy menggunakan diesel untuk menyalakan listrik di kebun buah naga miliknya. Untuk seperempat hektar lahan, Edy butuh ongkos solar Rp 80.000 per malam. Belum lagi, listrik harus menyala selama 20 malam.

Pada 2015, Edy tak lagi menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar untuk menghasilkan listrik. Ia mencoba berinovasi menggunakan listrik dari PLN. Hasilnya, ongkos produksi jauh berkurang. 

Edy Purwoko (44), petani buah naga asal Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. KOMPAS/DAHLIA IRAWATI Edy Purwoko (44), petani buah naga asal Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Sebelumnya, ongkos produksi menggunakan diesel mencapai Rp 6 juta hingga Rp 9 juta setiap bulan per hektar. Setelah menggunakan listrik PLN, ongkos produksi bisa dihemat hingga 50 persen.

”Tak hanya efisien, produktivitas melonjak tajam karena buah naga bisa berbuah sepanjang tahun dari semula yang hanya enam bulan saja dalam setahun,” ucap Edy seperti diwartakan Kompas.id, Senin (19/6/2023).

Selain Edy, manfaat elektrifikasi juga dirasakan Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate Ignasius Neno Naisau (55). Pada Juni 2021, ia mendapatkan bantuan sambungan listrik sektor pertanian berdaya 16.500 volt ampere dari Program Listrik untuk Buah Naga (Proliga) PLN.

Bantuan senilai Rp 133 juta itu juga termasuk instalasi 100 lampu dioda pemancar cahaya (LED) 23 watt yang dipasang paralel seturut deret pohon buah naga di kebun.

Berkat bantuan tersebut, Naisau bisa memanen buah naga sebanyak tiga kali selama enam bulan musim produksi buah naga. Sebelumnya, ia hanya bisa memanen buah naga sekali dalam setahun. Buah naga yang diproduksinya juga bertambah besar.

“Tanpa penyinaran lampu listrik, berat satu buah naga itu sekitar 1 kilogram (kg). Sekarang, berat satu buah naga ada yang berkisar 3-4 kg setelah produktivitasnya dipacu dengan penyinaran lampu,” tuturnya seperti diberitakan Kompas.id, Rabu (14/6/2023).

Penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Timor Tengah Utara, Siprianus Ua menjelaskan bahwa pohon buah naga membutuhkan pencahayaan yang optimal. Tujuannya, agar dapat berbunga dan berproduksi dengan baik. Oleh karena itu, pohon buah naga harus ditanam di tempat atau bentang lahan terbuka agar terpapar sinar matahari secara langsung.

Seiring berkembangnya rekayasa teknologi pertanian, proses pembungaan buah naga dapat dipicu dengan metode penyinaran menggunakan lampu. Pasalnya, cahaya lampu dapat memicu fotosintesis pohon buah naga pada malam hari.

”Rekayasa teknologi tersebut dapat diterapkan setelah pohon buah naga berusia dua tahun. Di daerah kami (NTT), penerangan lampu itu dilakukan selama 12 jam, yakni mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00 (WIT),” kata Siprianus.

Jamin pasokan

PLN senantiasa menyediakan pasokan listrik supaya dapat digunakan untuk menunjang produktivitas petani. General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur (Jatim) Lasiran mengatakan, PLN memiliki cadangan daya 3.000 megawatt (MW) untuk mendukung budi daya buah naga lewat elektrifikasi.

Setidaknya terdapat 13.660 petani buah naga di Banyuwangi yang menggunakan listrik dengan konsumsi daya 32 megavolt ampere (MVA) pada 2022. Tahun ini, konsumsi dayanya diperkirakan bakal naik menjadi 40 MVA.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Lasiran. KOMPAS/DAHLIA IRAWATI General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Lasiran.

Selain menyediakan pasokan listrik, PLN Jatim juga membina dan mendukung masyarakat, termasuk petani buah naga di Banyuwangi. Salah satunya melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di setiap daerah dengan tema berbeda-beda.

“Jika ada petani atau UMKM binaan kesulitan permodalan, kami akan arahkan bekerja sama dengan perbankan,” ucap Lasiran.

Dukungan terhadap petani juga diwujudkan melalui pemberian tarif khusus dan tarif bisnis bagi pengguna listrik di sektor pertanian.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT I Gede Agung Sindu Putra mengatakan, jika PLN menyediakan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di kawasan pertanian, tarif yang berlaku adalah tarif layanan khusus.

”Namun, jika calon pelanggan memohon pemasangan baru dengan kWh meter di lokasi tersebut, tarif yang berlaku adalah tarif bisnis,” kata Sindu.

Sindu menjelaskan, elektrifikasi di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan di NTT merupakan bagian dari program 100 persen listrik desa di NTT. Sejak 2017, PLN sudah menggulirkan program ini. Hingga April 2023, sebanyak 93,08 persen desa di NTT sudah dialiri listrik.

Saat ini, daya mampu sistem kelistrikan di Timor sebesar 164,07 megawatt (MW). Dengan beban puncak sebesar 108,83 MW, PLN NTT masih memiliki daya 55,24 MW untuk melayani kebutuhan masyarakat serta berbagai sektor industri dan bisnis.

Selain Proliga, lanjut Sindu Putra, program PLN Peduli untuk elektrifikasi di sektor pertanian di NTT juga digulirkan untuk petani kopi dan jagung serta penyulingan minyak kayu putih. Program tersebut masih terus berlanjut dengan berfokus pada elektrifikasi sektor agrikultur dan usaha kecil menengah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com