Advertorial

Punya Dampak Kesehatan Serius, Ini Penyebab dan Cara Mengatasi Masalah Ginjal

Kompas.com - 27/06/2023, 15:23 WIB

KOMPAS.com - Ginjal adalah salah satu organ vital yang berfungsi untuk menyaring zat-zat beracun dari darah, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh, dan mengatur produksi sel darah merah dalam membantu proses pembentukan vitamin D.

Oleh karena itu, gangguan atau kerusakan ginjal dapat menimbulkan risiko kesehatan yang berbahaya bagi tubuh.

Sayangnya, masalah pada ginjal umumnya kurang ditanggapi secara serius oleh sebagian orang lantaran gejala awal yang dirasakan dinilai tidak serius.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Donnie Lumban Gaol Sp PD-KGH mengatakan, gangguan pada ginjal umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi atau penyakit.

Pertama, Lupus nefritis. Ini adalah salah satu penyakit autoimun, lupus pada ginjal, yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat sehingga menyebabkan peradangan serta kerusakan ginjal.

Kedua, hipertensi. Gangguan yang dikenal sebagai tekanan darah tinggi ini dapat merusak pembuluh darah di ginjal serta mengganggu proses penyaringan zat-zat beracun di dalam tubuh.

Ketiga, diabetes. Kondisi ini terjadi saat kadar gula darah yang tinggi sehingga merusak sistem saraf dan pembuluh darah di ginjal. Masalah ini juga dapat mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat beracun.

Keempat, IgA nefropati. Penyakit ini juga salah satu penyakit ginjal autoimun, kondisi saat terjadi penumpukan antibodi IgA pada ginjal sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan.

Kelima, infeksi pada saluran kemih dan ginjal. Biasanya, infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus sehingga dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada ginjal.

Jika gangguan atau kerusakan pada ginjal sudah semakin parah, seseorang biasanya akan merasakan sejumlah gejala, seperti mual, muntah, sesak napas, dan nyeri pinggang.

“Jika mengalami masalah tersebut, segera lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin agar gangguan segera bisa dideteksi dan mendapat penanganan yang tepat. Pemeriksaan ginjal yang sederhana biasanya meliputi urinalisis dan tes kreatinin,” ujar dr Donnie dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/6/2023).

Urinalisis, lanjut dr Donnie, adalah pemeriksaan urin untuk melihat zat-zat abnormal yang menjadi penanda infeksi atau peradangan pada ginjal.

Sementara itu, tes kreatinin adalah pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kreatinin. Ini merupakan zat sisa metabolisme otot yang seharusnya disaring oleh ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi menjadi penanda bahwa fungsi ginjal sedang mengalami penurunan.

“Kalau hasil kedua tes itu melebihi nilai normal, maka ada gambaran gangguan fungsi ginjal. Setelah melakukan tes tersebut, langkah selanjutnya yang diperlukan adalah imaging atau melihat gambaran dengan ultrasonografi (USG). Hal Ini untuk melihat bentuk ginjal dan mengetahui tanda-tanda yang bisa merusak, seperti adanya kista ginjal dan batu ginjal,” jelas dr Donnie.

Menurut dr Donnie, pemeriksaan ginjal sebaiknya dilakukan setiap satu atau dua tahun sekali bagi individu dengan kondisi kesehatan normal.

Namun, bagi individu yang memiliki faktor risiko, seperti diabetes atau hipertensi, pemeriksaan perlu lebih sering agar kondisi kesehatan ginjal dapat terus terpantau.

Bila penyebab gangguan pada ginjal tidak diketahui dengan pasti, dokter biasanya akan menyarankan untuk melakukan biopsi ginjal.

Langkah tersebut adalah prosedur pengambilan sampel jaringan ginjal untuk diperiksa di laboratorium guna mengetahui penyebab atau tingkat kerusakan pada ginjal, contohnya dilakukan pada kasus yang curiga mengarah ke autoimun.

dr Donnie dari Mayapada Hospital saat melakukan tindakan. Dok. Mayapada Hospital dr Donnie dari Mayapada Hospital saat melakukan tindakan.

“Biopsi ginjal adalah prosedur yang aman dan memiliki risiko komplikasi yang sangat rendah. Biopsi pada autoimun dilakukan untuk menentukan jenis penyakit autoimun apa yang menyerang ginjal. Biopsi juga bisa memberikan gambaran patologinya (abnormalitas sel) untuk kemudian menentukan penanganannya seperti apa,” kata dr Donnie.

Anda yang memerlukan layanan biopsi dapat melakukannya di Mayapada Hospital. Anda tak perlu ragu karena rumah sakit tersebut diisi dengan tim dokter profesional dan berpengalaman agar penanganan masalah kesehatan dapat berjalan baik.

“Mayapada Hospital berisi tim yang sangat solid dan ahl dalam melakukan banyak hal, mulai dari melakukan pemeriksaan, tindakan, follow up hasil biopsi, dan perawatan kondisi pasien pascabiopsi,” ucapnya.

Sebagai informasi, penanganan masalah ginjal dapat dilakukan melalui Mayapada Autoimmune Center Indonesia yang ada di Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Mayapada Autoimmune Center Indonesia adalah pusat layanan terpadu pertama di Indonesia untuk berbagai jenis kasus penyakit autoimun. Layanan ini dapat diakses semua orang, baik orang dewasa maupun anak-anak.

Layanan itu pun dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan medis lengkap, teknologi terkini, serta didukung oleh tim dokter multispesialis yang berpengalaman dibidangnya.

Dalam melakukan tindakan, Mayapada Autoimmune Center Indonesia selalu mengedepankan pendekatan multidisiplin yang tersinergi agar dapat menangani berbagai kasus penyakit autoimun, mulai dari yang sering dijumpai hingga yang kompleks dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com