Advertorial

Jadi Nadi Perekonomian, Menyelisik Peran Energi Listrik dalam Mendukung Sektor Pangan

Kompas.com - 04/07/2023, 13:03 WIB

KOMPAS.com - Listrik adalah salah satu nadi perekonomian negara. Berkat energi listrik yang andal, berbagai sendi kehidupan turut bergairah, tak terkecuali sektor pangan, baik di bidang perikanan, pertanian, maupun peternakan.

Adapun elektrifikasi di bidang pangan berperan penting dalam meningkatkan produktivitas serta efisiensi industri hulu dan hilir pangan. Berkat elektrifikasi pula, sektor pangan di Tanah Air bertransformasi secara signifikan.

Manfaat listrik pun dirasakan pengusaha budi daya udang vaname asal Sulawesi Tengah (Sulteng), Karman Karim (65). Ia banting setir merintis usaha tersebut setelah bisnis mal yang dijalankan luluh lantak akibat pandemi Covid-19 menghantam Tanah Air pada 2020.

Lahan seluas 8 hektare (ha) di Parigi Moutong yang berada di tepian Teluk Tomini ia sulap menjadi tambak udang. Bak gayung bersambut, usaha yang dirintis Karman mendapat respons positif, mulai dari konsultan hingga mitra produsen pakan udang.

Berbekal denah senilai Rp 20 juta dari konsultan, ia membuka delapan kolam tambak udang vaname dengan sistem budi daya intensif. Tiga tahun berselang, kolam yang ia kelola pun bertambah menjadi 13 kolam bundar berdiameter 30-33 meter serta 10 kolam persegi. Secara keseluruhan, luas kolam yang ia miliki kira-kira 3 ha.

Dengan sistem budi daya intensif, Karman menggunakan peralatan elektronik di tambaknya. Salah satunya, pompa untuk mengisap air laut serta mengalirkannya ke dua kolam tandon.

Tidak hanya itu, Karman juga menggunakan dua kincir yang berputar tanpa henti di permukaan untuk menciptakan gelembung udara bermuatan oksigen yang dibutuhkan udang agar tetap hidup.

Dengan sistem tersebut, ia menebar sedikitnya 2 juta benur udang vaname di setiap 1 ha kolam. Artinya, populasi udang seluas 3 ha miliknya dapat mencapai 6 juta ekor selama satu siklus budi daya, yakni empat bulan.

Dengan total panen 120 ton di setiap pengujung siklus, ia mampu mengantongi pendapatan bruto hingga Rp 7,2 miliar.

“Jika tiada hambatan, kata Karman, volume panen di akhir siklus tergolong fantastis, sekitar 40 ton udang per hektare. Biasanya, ada panen parsial 2-3 kali sebelum panen besar. Harga jualnya naik turun di kisaran Rp 40.000-Rp 100.000 per kilogram (kg). Begitu dirata-rata, main di posisi Rp 60.000 per kg,” ujar Karman seperti diwartakan Kompas.id, Jumat (30/6/2023).

Ia menilai, bisnis pangan potensial untuk dikembangkan serta tak pernah pupus selama orang masih butuh makan. Namun, hal itu dapat dicapai secara optimal dengan pasokan listrik yang tak pernah putus selama satu siklus.

Guna menghidupkan pompa penyedot air, memutar kincir, dan menyalurkan oksigen untuk mendukung keberlanjutan budi daya udang, Karman mesti menyiapkan dana Rp 100 juta per bulan untuk membayar tagihan listrik.

Jumlah tersebut dinilai jauh dari kata mahal dibandingkan omzet miliaran rupiah yang ia peroleh. Hal terpenting, ia mendapatkan layanan listrik yang andal bagi budi daya udang miliknya.

Karman pun terpilih satu dari tujuh pelanggan layanan premium PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN di Sulteng dengan total daya 5 megavolt ampere (MVA). Tujuh pelanggan ini merupakan pengusaha yang terjangkau program PLN bertajuk "Electrifying Agriculture atau Elektrifikasi Pangan".

Sistem rantai dingin sektor perikanan

Selain mendukung keberlanjutan usaha tambak udang, kehadiran listrik yang andal juga berdampak ganda bagi nelayan ataupun perusahaan ikan.

Elektrifikasi dinilai punya peran krusial bagi pertumbuhan sistem rantai dingin, termasuk gudang pendingin (cold storage) di sejumlah daerah produsen ikan tangkap di Indonesia.

Adapun gudang pendingin diperlukan untuk menjaga ikan tetap segar sehingga hasil tangkapan nelayan tidak terbuang percuma.

Pekerja PT Fajar Flores Flamboyan Fishing sedang mengecek ikan yang disimpan di gudang pendingin di Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/6/2023). Pada tahun 2022, produksi perikanan daerah tersebut sebesar 22.137,33 ton. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK). Pekerja PT Fajar Flores Flamboyan Fishing sedang mengecek ikan yang disimpan di gudang pendingin di Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/6/2023). Pada tahun 2022, produksi perikanan daerah tersebut sebesar 22.137,33 ton.

Diwartakan Kompas.id, Jumat, sekitar 35 persen dari total produksi perikanan tangkap global sebanyak 90,3 juta ton terbuang sia-sia pada 2020. Artinya, satu dari tiga ikan yang ditangkap tidak pernah sampai ke piring, entah dibuang kembali ke laut atau membusuk sebelum dimakan.

Hal itu terjadi lantaran kurangnya fasilitas gudang pendinginan oleh nelayan atau produsen ikan.

Di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, ikan tangkapan nelayan di setiap musim panen kini tidak banyak yang terbuang sia-sia.

Hal itu diakui perusahaan yang bergerak di bidang penangkapan, pengolahan, dan pemasaran ikan, PT Fajar Flores Flamboyan Fishindo. Adapun perusahaan ini menyerap ikan tangkapan nelayan, baik pada musim panen maupun paceklik.

Manajer PT Fajar Flores Flamboyan Fishindo Ruswanto mengatakan, biaya operasional gudang berpendingin mulai semakin efektif sejak beralih dari genset berbahan bakar solar ke genset bertenaga listrik pada Mei 2023.

Genset konvensional berbahan bakar solar digantikan dengan sambungan listrik langsung dari PLN. Berkat upaya ini, lanjut dia, biaya operasional dapat dihemat sekitar 50 persen per bulan.

“Kini, kami hanya menyediakan cadangan solar sebanyak 1.000 liter untuk menghidupkan genset apabila ada pemadaman listrik dari PLN. Kami juga tidak perlu lagi bersusah payah mendapatkan solar ketika pasokan bahan bakar tersebut terbatas,” kata Ruswanto.

Dari sisi penyimpanan, pembekuan ikan pun menjadi lebih stabil sehingga kualitas ikan tetap terjaga. Alhasil, ikan tangkapan nelayan tidak terbuang percuma.

Peternak tak lagi cemas

Tak cuma sektor perikanan, kehadiran listrik andal juga memberi manfaat bagi peternak ayam di Sumatera Barat (Sumbar). Bahkan, dapat menghemat biaya serta meningkatkan produksi secara signifikan.

Kerugian yang dialami peternak pun dapat ditekan lewat optimalisasi listrik dari PLN.

Bagi peternak ayam petelur di sentra peternakan ayam di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh, Sumbar, kehadiran listrik adalah jawaban.

Elektrifikasi mampu menekan biaya operasional berkali-kali lipat, menaikkan produksi dan omzet lebih pesat, serta menjauhkan ayam sekaligus peternak dari stres dan rasa cemas.

John Eddi, Pendiri PT Radja Poultry Shop, memeriksa telur yang dihasilkan di peternakan ayam petelur miliknya di di Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (13/6/2023). KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO John Eddi, Pendiri PT Radja Poultry Shop, memeriksa telur yang dihasilkan di peternakan ayam petelur miliknya di di Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (13/6/2023).

Hal itu diungkapkan pengusaha peternakan PT Radja Poultry Shop, Jon Eddi (47). Hanya dengan memencet tombol di mesin operator, ransum berisi campuran jagung, dedak, dan konsentrat otomatis terdistribusi ke semua unit kandang melalui sistem instalasi pemberian pakan.

Sebelumnya, Jon menjalankan peternakan dengan mesin genset berbahan solar selama 20 tahun sejak 1999. Setiap kegiatan pemberian pakan dilakukan secara manual. Akibatnya, jatah ransum tidak merata sehingga berpengaruh terhadap kapasitas ayam dalam memproduksi telur.

Setelah memanfaatkan listrik, sistem pemberian pakan menjadi lebih merata dan terkontrol. Telur yang dihasilkan ayam ternak pun lebih optimal.

“Setelah pakai listrik, kami dapat menyalakan lampu lebih lama dibandingkan menggunakan genset. Tambahan cahaya sekitar 4 jam semakin merangsang ayam untuk bertelur sehingga meningkatkan produktivitas,” tutur Jon.

Setelah melihat keberhasilan Jon, kini semakin banyak peternak ayam tradisional lain di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota yang meminta PLN untuk menyuplai mereka dengan daya listrik lebih besar.

Namun, mengingat lokasi peternakan umumnya jauh dari permukiman, PLN menunggu permintaan terkumpul sebelum memperluas jaringan listrik.

Tidak hanya itu, PLN juga bakal menambah investasi, gelar tiang, serta menarik jaringan baru. Dengan begitu, perseroan dapat mendukung keberlanjutan usaha peternak sehingga makin berdaya saing.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com