Advertorial

Generasi Muda Faktor Kunci Turunkan Angka Stunting di Indonesia

Kompas.com - 05/07/2023, 08:08 WIB

KOMPAS.com – Generasi muda berperan penting dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia. Hal ini dikarenakan mereka akan berperan sebagai orangtua yang menentukan generasi selanjutnya di masa depan.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nursodik Gunarjo mengatakan, generasi muda perlu sadar stunting karena mereka akan melahirkan generasi berikutnya.

“Jangan sampai generasi yang dilahirkan ke depan ini menjadi generasi yang lemah, yang salah satunya karena stunting,” ujarnya dalam forum Genbest Talk di Sumedang, Selasa (4/7/2023).

Nursodik menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2024 agar turun menjadi 14 persen.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting masih di angka 21,6 persen. Oleh karena itu, peran generasi muda sangat dibutuhkan karena stunting adalah akumulasi dari apa yang generasi muda saat ini lakukan dan konsumsi.

Generasi muda, kata Nursodik, perlu berperan aktif dalam menjaga asupan gizi agar anak-anak mereka di masa depan tidak mengalami stunting.

Dokter spesialis gizi klinis, Putri Sakti, juga menyampaikan bahwa anak muda perlu berperan dalam menurunkan angka stunting.

Oleh karena itu, kata dr Putri, generasi muda harus memahami ilmu gizi sehingga dapat memahami asupan yang dibutuhkan oleh tubuh secara tepat.

“Gizi yang baik itu adalah gizi seimbang. Jadi kita tidak hanya bicara dalam hal kenyang saja atau kalorinya cukup saja, tapi harus seimbang. Seimbang itu artinya ada kebutuhan dari makronutrien dan mikronutrien,” jelas dr Putri dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa.

Menurut dr Putri, remaja perlu memiliki nutrisi yang baik di dalam tubuh. Sebab, mereka memiliki peran dalam memutus mata rantai stunting di masa depan.

Jika sejak remaja tidak memiliki asupan gizi yang baik, sambungnya, mereka beresiko lebih besar memiliki janin yang stunting saat hamil sehingga menjadi lingkaran tak terputus.

“Oleh karena itu, kami ingin putus circle-nya dengan cara memberikan edukasi dan memberikan makanan tepat yang bergizi seimbang. Jadi, seorang ibu kan punya tanggung jawab besar. Tidak cuma melahirkan saja, tapi kualitasnya untuk masa depan juga bagus. Jadi, sedari di dalam perut, kita harus memberikan nutrisi yang baik,” kata dr Putri.

Senada dengan Putri, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Uyu Wahyudin mengatakan bahwa masalah stunting merupakan proses yang cukup panjang.

Stunting adalah proses yang cukup panjang. Oleh karena itu, penanganannya harus sedini mungkin, terstruktur, dan melibatkan semua pihak karena determinan stunting tidak hanya satu poin,” jelas Uyu.

Ia menambahkan, fase yang paling optimal untuk meningkatkan aspek kognitif pada anak adalah sejak di bawah dua tahun (baduta). Sebab, usia ini paling rentan dalam menjaga agar anak tidak mengalami stunting. Apabila pada usia tersebut nutrisinya tidak terjaga, anak akan terkendala masalah kognitif hingga dewasa.

“Oleh karena itu, kalau kita menangani stunting tidak hanya soal pendek saja, tetapi yang paling penting adalah aspek kognitifnya. Bisa dibayangkan, kita mau meningkatkan aspek kognitif menurut para ahli durasi waktunya pada saat baduta. Kalau sudah di atas dua tahun, sudah terlambat untuk meningkatkan kognitifnya. Bisa saja dia secara fisik tinggi, tapi nanti lemot,” ujar Uyu.

Dalam Dialog RRI, Senin (3/7/2023), Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan IKPMK Kemenkominfo Marroli J Indarto juga menyatakan pentingnya peran generasi muda sebagai agen perubahan dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.

“Kami menyadari bahwa untuk memotong stunting salah satunya adalah harus mempersiapkan generasi-generasi muda, yaitu remaja. Jadi, sejak awal, harus kita berikan edukasi mengenai stunting,” jelas Marrolli.

Ia berherap, ke depan, akan muncul di generasi yang peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan. Sebab, peduli bersih dan sadar sanitasi merupakan faktor-faktor kunci dalam mengurangi prevalensi stunting yang ada di Indonesia

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest).

Kampanye tersebut merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs https://genbest.id/ dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, hingga reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com