Advertorial

Batu Ginjal Tak Melulu karena Kurang Minum, Cari Tahu Lebih Dalam!

Kompas.com - 21/07/2023, 08:00 WIB

KOMPAS.com - Batu ginjal merupakan salah satu gangguan kesehatan pada ginjal. Pada organ ginjal pengidapnya terdapat endapan garam, mineral, serta zat sisa metabolisme tubuh. Adapun tingkat kekerasan batu ginjal bervariasi.

Biasanya, batu terbentuk ketika urin menjadi pekat sehingga mineral dan zat sisa metabolisme lain saling menempel. Akumulasi zat serta mineral tersebut membentuk sebuah kristal padat di organ ginjal.

Seperti diketahui, batu ginjal merupakan satu di antara deretan penyakit yang kerap dialami masyarakat di Tanah Air. Gangguan kesehatan ini dapat timbul di seluruh bagian saluran kemih, mulai dari ginjal hingga kandung kemih.

Pada umumnya, batu ginjal tidak menimbulkan gejala. Terkecuali, bila batu bergerak di dalam ginjal atau bergeser masuk ke salah satu ureter, yakni saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.

Ketika batu ginjal tersangkut di ureter, aliran urine akan tersumbat sehingga menyebabkan kontraksi pada ureter. Alhasil, ginjal pun membengkak. Kondisi inilah yang menyebabkan rasa nyeri hilang timbul pada pinggang belakang. Bahkan, terkadang dapat menjalar ke bagian perut bawah dan lipat paha.

Tidak hanya itu, keluhan lain yang sering timbul adalah nyeri atau rasa panas saat buang air kecil, perubahan warna urine, serta peningkatan frekuensi buang air kecil.

Adapun saat buang air kecil, lokasi serta intensitas rasa nyeri yang dirasakan dapat berubah-ubah apabila batu bergeser di sepanjang saluran kemih.

Dokter Spesialis Urologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Firdianto SpU mengatakan, terdapat beberapa faktor risiko terbentuknya batu ginjal. Hal ini dapat diketahui dari jenis batu yang ada di dalam ginjal.

“Anda harus waspada jika merasakan intensitas nyeri yang sangat hebat disertai keluhan mual dan muntah atau demam, terdapat darah pada urine, serta sulit buang air kecil. Apabila Anda merasakan gejala-gejala tersebut, segeralah konsultasi ke dokter untuk mendapat pertolongan medis,” ujar dr Firdianto dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (20/7/2023).

Lebih lanjut, dr Firdianto menjelaskan, untuk mengetahui jenis batu ginjal, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan. Salah satunya, melalui pemeriksaan darah, urin, pencitraan dengan ultrasonografi (USG), rontgen, serta CT-Scan.


Selain itu, dapat pula dilakukan analisis batu ginjal yang keluar dari saluran kemih. Sedikitnya, terdapat empat jenis batu ginjal yang perlu diketahui.

Pertama, batu kalsium. Batu ini merupakan jenis batu ginjal terbanyak, terutama dalam bentuk kalsium oksalat.

“Oksalat merupakan zat yang dibuat di organ hati atau diserap dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Faktor sisa makanan yang tak dibutuhkan tubuh, kelebihan vitamin D, dan beberapa gangguan metabolik dapat meningkatkan kadar kalsium di dalam urin,” terangnya.

Kedua, batu struvite, yakni batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih. Untuk diketahui, struvit merupakan mineral yang diproduksi oleh bakteri yang ada di saluran kemih.

Jenis batu ginjal tersebut dapat tumbuh dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan sumbatan pada ginjal, ureter, atau kandung kemih. 

Ketiga, batu asam urat. Adapun batu jenis ini terjadi pada orang yang memiliki kadar asam urat tinggi di dalam darah, kehilangan banyak cairan karena diare atau gangguan pada penyerapan cairan, diet tinggi protein, dan beberapa gangguan metabolik.

Beberapa faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko terjadinya batu asam urat.

Keempat, batu sistin. Batu ini biasanya ditemukan pada seseorang yang memiliki kelainan bawaan atau disebut sistinuria. Sistinuria adalah kondisi di mana ginjal membuang terlalu banyak asam amino sistein dalam tubuh dan menumpuk di urin,” papar dr Firdianto.

Pengobatan batu ginjal

Menurut dr Firdianto, pengobatan batu ginjal dapat dilakukan tergantung pada jenis dan ukuran batu.

Pada batu ginjal berukuran kecil, misalnya, dapat diatasi cukup dengan mengonsumsi air serta obat untuk penahan nyeri sekaligus relaksasi otot saluran kemih. Cara tersebut dinilai efektif untuk membantu batu ginjal keluar sendiri melewati saluran kemih.

“Adapun batu ginjal yang cukup besar serta tidak dapat keluar dengan sendirinya, dibutuhkan terapi medis. Misalnya, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), Nefrolitotomi Perkutan, atau Ureteronoskopi Litotripsi untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal,” kata dr Firdianto.

Dokter Firdianto menjelaskan, ESWL merupakan terapi batu ginjal tanpa pembedahan dilakukan dengan menggunakan gelombang suara untuk menghancurkan batu menjadi serpihan kecil.

Sementara itu, Nefrolitotomi Perkutan merupakan langkah pembedahan dengan sayatan kecil di bagian pinggang.

“Ureterorenoskopi Litotripsi adalah tindakan medis untuk mengeluarkan batu ginjal dengan menggunakan endoskopi yang dimasukkan melalui saluran kemih,” jelasnya.

Sebagai informasi, ketiga cara pengobatan di atas dapat Anda temui di Tahir Uro-Nephrology Center Mayapada Hospital.

Tahir Uro-Nephrology Center menyediakan layanan terpadu dan komprehensif untuk setiap orang yang memiliki gangguan pada ginjal dan saluran kemih, mulai dari deteksi dini, diagnosis, pengobatan, hingga terapi.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Tahir Uro-Nephrology Center di Mayapada Hospital, hubungi call center Mayapada Hospital di nomor 150770. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com