Advertorial

Pentaskan “Ariyah dari Jembatan Ancol”, Titimangsa Angkat Legenda Urban ke Atas Panggung

Kompas.com - 27/07/2023, 18:36 WIB

KOMPAS.com – Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation kembali mempersembahkan sebuah pementasan teater. Kali ini, keduanya mementaskan drama bertajuk Ariyah dari Jembatan Ancol. Produksi ke-63 Titimangsa ini berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Kamis (27/7/2023) dan Jumat (28/7/2023).

Pementasan tersebut mengangkat legenda urban “Si Manis Jembatan Ancol”. Titimangsa mengambil versi yang berkembang tentang awal kisah “Si Manis Jembatan Ancol” dengan satu kesamaan, yakni Ariyah, tokoh utama dalam cerita.

Melalui pementasan tersebut, penonton akan merasakan atmosfer yang mencekam. Penonton juga diajak untuk mengenal lebih dekat sosok ikonik dari legenda urban yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

Sang produser, Happy Salma, mengatakan bahwa pertunjukan tersebut akan berbeda dari pertunjukan pada umumnya karena menghadirkan kisah horor ke atas panggung.

Seperti diketahui, tontonan horor biasanya disaksikan di layar kaca atau layar lebar. Oleh karena itu, Happy Salma meyakini bahwa pertunjukkan ke-63 Titimangsa tersebut akan memberikan sensasi yang berbeda bagi penonton.

Happy mengatakan, Ariyah dari Jembatan Ancol bukan hanya menggembirakan, melainkan juga menegangkan. Pertunjukan ini merupakan kali pertama Titimangsa membuat sebuah pertunjukan yang sangat berbeda dari sebelumnya.

“Kami ingin mencoba dan menawarkan sesuatu yang baru. Selama ini, sastra sering dimunculkan sebagai teks di atas panggung. Kali ini, sastra dihadirkan dengan kuat sebagai peristiwa. Kalau biasanya menonton film horor itu sangat menegangkan, bayangkan bagaimana hal itu diwujudkan di atas panggung,” tuturnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com.

Happy juga meyakini bahwa pertunjukan tersebut tidak hanya memberikan pengalaman batin, tetapi juga sensasi yang diterima oleh indera penglihatan, pendengaran, dan aroma yang dimunculkan di area pertunjukan.

Selain itu, kata dia, penonton juga bisa melihat perspektif lain dari sejarah yang ada di Indonesia bahwa legenda urban itu bukan sesuatu untuk menakut-nakuti, tetapi merupakan cerminan psikologis dan sosiologis masyarakat yang ada di sekitarnya.

Hal serupa juga diutarakan Co-produser Melyana Tjahyadikarta. Ia mengatakan, cerita kali ini cukup menarik karena diangkat dari legenda urban yang dikemas secara tidak biasa.

“Pertunjukan ini adalah kedua kalinya saya terlibat dengan Titimangsa dan senang sekali rasanya bisa berkolaborasi kembali. Saya mengikuti perjalanan Titimangsa memproduksi pentas-pentas teater di Tanah Air. Kali ini cerita yang diangkat tidak biasa, cerita legenda urban yang dikemas tidak biasa,” ujarnya.

Pementasan yang disutradarai Joned Suryatmoko dan Heliana Sinaga tersebut menghadirkan ragam emosi dan pengalaman hidup yang luar biasa dari para karakter.

Sejumlah nama besar di panggung teater dan seni peran akan memberikan pengalaman menarik dan memukau bagi penonton.

Berikut adalah pemeran dalam pertunjukkan tersebut.

  1. Chelsea Islan sebagai ARIYAH
  2. Mikha Tambayongsebagai YULIA
  3. Ario Bayusebagai TAMBAS/MINTARJO SASONGKO
  4. Gusty Pratama, sebagai KARIM/YUDHA
  5. Lucky Moniaga sebagai BIQI/BARDI
  6. Sarah Tjiasebagai IPEH/GIWANG
  7. Rahayu Saraswati sebagai TANTE MUSTIKA
  8. Ririn Ekawatisebagai MAK SABILAH
  9. Joind Bayuwinandasebagai HASAN/BARZAH/NARATOR
  10. Josh Marcysebagai HANTU PUTIH
  11. Siko Setyanto sebagai HANTU JENGLOT
  12. Derry Oktami sebagai SURYA/CAKIL

Program DirectorBakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian menyampaikan bahwa pihaknya merasa senang bekerja sama dengan Titimangsa. Pasalnya, Titimangsa selalu menggandeng banyak pekerja seni untuk tampil. Dengan demikian, para pekerja seni tersebut dapat mengembangkan potensinya.

“Pementasan ini juga menjadi kebanggaan bagi kami karena melibatkan Gusty Pratama yang sebelumnya berhasil lolos audisi online untuk peran utama sebagai Maing dalam Serial Musikal Payung Fantasi,” tuturnya.

Pemilihan Gusty dalam produksi Titimangsa tersebut, kata dia, menjadi pembuktian kemampuan dan bakatnya dalam seni pertunjukan Indonesia. Pihaknya pun mengapresiasi Titimangsa yang selalu menggandeng berbagai pekerja seni untuk tampil dan menyajikan perspektif baru dalam panggung teater sehingga menjangkau khalayak luas untuk lebih dekat dengan seni pertunjukan Indonesia.

Gusty juga memuji pemilihan cerita pada pertunjukan ke-63 Titimangsa. Menurutnya, legenda urbanmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Indonesia.

“Titimangsa menghidupkan kembali kisah awal ‘Si Manis Jembatan Ancol’ serta memadukannya dengan masa kini sehingga memberikan pengalaman yang berbeda kepada para penonton,” tuturnya.

Naskah yang ditulis oleh Kurnia Effendi tersebut mengambil latar pada 1817. Kisah bermula dari Ariyah yang menjadi jaminan utang ibunya kepada Juragan Tambas. Ketika ibunya tidak bisa membayar utang, Ariyah terpaksa menjadi istri muda si Juragan. Hal ini mendapat pemberontakan dari kekasihnya Karim yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya.

Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya. Ariyah yang tidak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Ia juga gentayangan karena tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.

Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus. Mereka tengah berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka.

Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian. Perjumpaan yang tak kunjung ada, perpisahan dengan orang-orang tercinta, dan perasaan bersalah adalah hantu yang sesungguhnya.

“Pengalaman kita dengan cerita hantu sangat beragam dan semakin termediasi dalam budaya populer mulai dari komik, novel, film, hingga video di media sosial. Berlimpahnya bahan tentang cerita ini sering kali menumpulkan kepekaan kita pada hantu itu sendiri,” ujar sutradara dan direktur artistik Joned Suryatmoko.

Pementasan Ariyah, sambungnya, ingin memunculkan kembali pengalaman bertemu dengan cerita hantu itu lewat medium langsung di atas panggung teater. Lebih dari itu, pementasan Ariyah mengajak penonton untuk memikirkan ulang siapa dan apa sebenarnya hantu yang ada dalam kehidupan modern sekarang ini 

Sang sutradara Heliana Sinaga mengatakan bahwa pementasan tersebut akan menjadi lebih dinamis dan intens. Selain karena berlandaskan gagasan solidaritas sesama perempuan, gaya pemanggungannya melibatkan masa lalu dan masa kini.

Ariyah dari Jembatan Ancolkata dia, merupakan pertunjukan yang berbasis legenda urban dan dilandasi oleh gagasan solidaritas atau persaudaraan sesama perempuan. Teks dan pemanggungannya hilir mudik antara masa lalu dan masa kini, tetapi saling berkelindan akan membuat pertunjukan ini menjadi lebih dinamis dan intens. 

“Kita akan merayakan kerja-kerja keaktoran yang memiliki latar belakang disiplin dan metode keaktoran yang berbeda: realis, tubuh, musikal dan komedi; berkolaborasi dengan seluruh tim yang terlibat,” ujarnya.

Selain pertunjukan utama, pementasan tersebut juga akan diisi dengan diskusitentang demonisasi perempuan dalam kisah horor di Indonesia. 

Ada pula Backstage TourPenonton akan dipandu untuk masuk dalam pertunjukan yang site-spesific, yakni gedung dan panggung itu sendiri. Tak hanya itu, akan diadakan pula meet and greet bersama para pemain Ariyah dari Jembatan Ancol.

Sebagai informasi, pementasan ini disponsori oleh Jeeves Indonesia dan didukung oleh media partner Kompas.com dan detik.com. Pementasan ini juga merupakan kolaborasi pertama Titimangsa dan fashion designer Adrie Basuki dengan menghadirkan exclusive merchandise Ariyah dari Jembatan Ancol.

Berikut adalah detail beberapa program pendukung pementasan tersebut.

Pertama, Diskusi "Hantu Perempuan dan Pertunjukan" di Lobi Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Rabu (26/7/2023), pukul 13.30 WIB, tanpa dipungut biayaUntuk reservasi, silakan hubungi 085216578851.

Kedua, Tur Panggung Ariyah dari Jembatan Ancol di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (27/7/2023) dan Jumat (28/7/2023), pukul 11.00, 11.30, 13.00, dan 13.30 WIB. Dengan merogoh kocek sebesar Rp 350.000, penonton dapat merasakan pengalaman teater imersif di panggung. Untuk pemesanan tiket, silakan hubungi 085172175949.

Ketiga, meet and greet pemain Ariyah dari Jembatan Ancol di Lobi Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (27/7/2023) dan Jumat (28/7/2023). Dengan tiket yang dibanderol sebesar Rp. 600.000, Anda dapat berfoto bersama dan berbincang dengan para pemain Ariyah dari Jembatan Ancol.

Selain itu, Anda juga dapat mengikuti agenda berfoto bersama pemain 1 on 1, ramah tamahserta mendapatkan poster dan booklet bertanda tanganDapatkan promo bundling diskon 5 persen untuk penonton yang sudah memiliki tiket pentas Ariyah dari Jembatan Ancol. Untuk pemesanan, silakan hubungi085172175949.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com