Advertorial

Tekankan Pentingnya “Koneksi Sebelum Koreksi”, Caca Tengker Ajak Orangtua Tanamkan Kesadaran Anak untuk Kelola Keuangan Sejak Dini

Kompas.com - 28/07/2023, 15:26 WIB

KOMPAS.com – Bagi ibu dari dua anak perempuan, Alsi Mega Marsha Tengker atau akrab disapa Caca Tengker menjadi orangtua di zaman serba modern bukan hal mudah. Sebab, anak yang besar di era teknologi seperti sekarang, memiliki akses terhadap banyak sumber informasi. Di sisi lain, orangtua tidak bisa mengatur atau menghalangi 100 persen penyerapan informasi tersebut.

Pengalaman tersebut berikut solusinya dibagikan Caca pada gelaran DXPO Talks by Danamon di Central Park Mall, Jakarta, Minggu (23/7/2023).

“Jadi, hal yang harus dilakukan orangtua adalah menghadirkan suasana rumah yang nyaman bagi anak. Di rumah yang nyaman, anak dapat menerima kasih sayang dan perhatian orangtuanya,” ujar Caca dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Kamis (27/7/2023).

Hal tersebut, lanjut dia, dapat menjadi “bekal” pemahaman dan kesadaran terhadap diri anak sebelum menerima berbagai informasi.

Dia mencontohkan, ketika melihat konten di internet yang menampilkan barang yang diinginkan, anak akan lebih mudah diedukasi lewat diskusi.

Biasanya, Caca akan menjelaskan nilai guna dan prioritas barang sebelum dibeli kepada anaknya. Lambat laun, anak akan memahami dasar literasi finansial, yaitu dapat membedakan kebutuhan dan keinginan.

Dia pun menyadari, ibu pekerja kadang merasa bersalah karena porsi waktu yang berkurang untuk anak. Meski demikian, seorang ibu tetap membutuhkan waktu untuk aktualisasi dan menyayangi diri sendiri terlebih dahulu.

“Ibu yang bahagia akan lebih bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya,” ucap Caca.

Psikolog berusia 34 tahun itu juga menekankan bahwa ilmu parenting tidak one size fits all. Sebab, setiap anak memiliki kebutuhan berbeda. Oleh sebab itu, orangtua berperan penting dalam memahami karakter anak yang unik.

Caca sendiri berupaya menerapkan kesadaran kepada dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menerapkannya pada si kecil. Dengan demikian, orangtua dapat menanamkan kesadaran kepada anak secara lebih mudah.

“Orangtua tidak bisa mengatur anak jika ia tidak memahami apa yang dibicarakan. Jadi, orangtua harus dapat mengelola komunikasi. Tanamkan koneksi terlebih dahulu sebelum mengoreksi anak. Dengan begitu, anak akan memahami apa yang dialami dan dirasakan secara penuh,” jelas Caca.

Menurut Caca, ketika anak menginginkan sesuatu dan berujung tantrum karena keinginannya tidak dipenuhi, orangtua sebaiknya perlu memvalidasi perasaan anak terlebih dahulu. Dengan begitu, koneksi pun terbangun karena orangtua dapat melihat sesuatu dari sudut pandang anak.

Memberikan validasi, lanjut dia, bukan berarti mengiyakan semua kemauan anak. Orangtua tetap harus bisa memberikan batasan. Jadi, begitu anak sudah terkoneksi, orangtua baru bisa memberikan koreksi atas perbuatan anak.

“Kehadiran media sosial membuat anak semakin mungkin membanding-bandingkan apa yang dimilikinya dengan punya orang lain. Orangtua perlu mengajarkan anak untuk mensyukuri apa yang dimiliki dan tidak membandingkannya dengan orang lain,” jelas Caca.

Pada talkshow yang bertepatan dengan Hari Anak Nasional itu, Caca juga mengakui bahwa orangtua kerap merasa kesulitan dalam memberikan pengertian konsep value of money kepada anak.

Sebab, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dipegang atau dilihat secara langsung. Menurut Caca, cara terbaik untuk menanamkan konsep itu adalah dengan memberikan contoh kepada anak secara langsung.

Caca menjelaskan, jika orangtua ingin mengajarkan anak agar tidak berlaku boros saat berbelanja di mal atau tidak ‘lapar mata’ ketika melihat konten di internet, maka orangtua harus bisa memberikan contoh dengan tidak belanja secara impulsif.

Mengenalkan kebiasaan finansial kepada anak, lanjut dia, akan memengaruhi sifat dan tingkah laku anak-anak ketika dewasa kelak.

“Saya percaya, dengan memberikan pengetahuan secara benar, kita bisa membantu anak-anak menjadi mengerti bahwa mendapatkan sesuatu memerlukan uang dan (kita) tidak bisa terus-menerus mengikuti kemauannya. Jadi, anak lebih bisa bijak dalam mengelola uang. Mereka juga bisa membedakan need vs want,” jelas Caca.

Liabilities Banking and Services Head PT Bank Danamon Indonesia Tbk Susi Yuliendra yang hadir pada kesempatan itu juga berpendapat serupa.

“Pendidikan finansial, termasuk ilmu dasar menabung, perlu ditanamkan sejak dini. Kesadaran finansial anak itu tidak muncul dengan sendirinya. Orangtua juga harus bisa memfasilitasi serta memberi contoh kepada anak,” ujar Susi.

Wanita yang akrab disapa Uchi itu mengatakan, saat ini, layanan perbankan juga sudah menyediakan produk tabungan yang cocok untuk anak dan remaja. Tabungan ini memiliki fitur-fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Danamon, contohnya, memiliki tabungan Danamon LEBIH Junior yang ditujukan bagi anak berusia di bawah 12 tahun. Ada pula Danamon LEBIH Youth yang diperuntukkan untuk remaja berusia 12-17 tahun.

Salah satu keunggulan tabungan itu adalah setoran awal yang ringan, yaitu mulai dari Rp 50.000.

“Selain menabung, anak juga dapat dilatih mengelola keuangan sendiri melalui aplikasi D-Bank PRO yang dihadirkan Danamon LEBIH Youth. Anak juga dapat melakukan pembelian pulsa, pengisian e-wallet, dan jajan menggunakan QRIS Danamon. Fitur-fitur ini akan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab dalam mengatur keuangannya,” jelas Uchie.

Menurut Uchi, pengelolaan keuangan juga berkaitan dengan masa depan anak. Oleh sebab itu, Uchie menyarankan orangtua agar memiliki tabungan khusus untuk persiapan pendidikan.

“Danamon sendiri memiliki Tabungan Cita2Ku. Tabungan berjangka dengan setoran rutin setiap bulan itu memiliki suku bunga kompetitif dan pilihan jangka waktu fleksibel. Dengan menabung rutin setiap bulan mulai Rp 200.000, rencana pendidikan anak dapat terwujud,” kata Uchie.

Pada diskusi tersebut, Caca juga menambahkan bahwa pada dasarnya, anak tidak pernah meminta dilahirkan di dunia. Orangtualah yang memilih untuk memiliki anak. Artinya, orangtua yang memiliki buah hati wajib mempersiapkan masa depan anak, baik secara mental maupun finansial.

“Tugas orangtua untuk memastikan anak mendapatkan hak berupa pendidikan terbaik di masa depan. Jika tidak dipikirkan dan disiapkan sejak sekarang, biaya pendidikan anak bisa terpakai oleh orangtua (untuk kebutuhan lain),” kata Caca.

Menurut Caca, orangtua juga perlu melibatkan anak dalam perencanaan keuangan untuk pendidikan jika mereka sudah cukup umur.

“Orangtua bisa jelaskan seperti apa kebutuhannya kalau mereka ingin sekolah di tempat yang diinginkan. Pastikan orangtua melibatkan anak agar mereka punya andil dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pilihannya. Misalnya, saya akan menyediakan beberapa pilihan sekolah. Nanti mereka sendiri yang akan pilih dari salah satu sekolah tersebut,” imbuh Caca.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com