Advertorial

Ekonomi Tanah Air Membaik, BRI Alami Peningkatan Penyaluran Kredit pada Semester I 2023

Kompas.com - 31/07/2023, 18:37 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengalami peningkatan penyaluran kredit pada paruh pertama 2023.

Hal tersebut tak lepas dari semakin membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya daya beli masyarakat pascapandemi Covid-19 yang berdampak pada perbaikan kinerja perbankan.

Meningkatnya daya beli itu secara tidak langsung turut mendorong terjadinya permintaan kredit sehingga dana bank yang dialokasikan untuk memperkuat penyaluran hal tersebut menjadi lebih besar.

Tak hanya itu, membaiknya perekonomian masyarakat juga membuat posisi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) BRI menurun jika dibandingkan akhir 2022.

Senior Executive Vice President Treasury dan Global Service BRI Achmad Royadi mengatakan, penurunan kepemilikan SBN di perusahaan perbankan juga terlihat dari data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) per Juli 2023.

Menurut data tersebut, penurunan kepemilikan SBN perbankan menyentuh angka Rp 116,9 triliun.

“Meski turun, reprofiling portofolio SBN BRI tetap dilakukan dengan memperhatikan pergerakan pasar dan proyeksi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Pembelian SBN BRI pada semester I 2023 turun sebesar 65,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022. Hal ini dikarenakan fokus perusahaan yang terus mendorong penyaluran kredit pada 2023,” ujar Achmad dalam siaran pers yang diterima Kompas,com, Senin (31/7/2023).

Achmad menambahkan, penempatan dana pada SBN hingga akhir 2023 masih akan terus dilakukan sebagai bagian dari strategi optimalisasi imbal hasil aset bank.

Penempatan pada SBN dilakukan atas likuiditas yang belum tersalurkan ke sektor kredit dengan mempertimbangkan maturity gap aset dan liabilitas.

Adapun penyaluran kredit tetap menjadi prioritas penempatan dana bank pada 2023. Penyaluran kredit juga diproyeksikan dapat tumbuh dua digit sejalan dengan proyeksi pemerintah.

Pertumbuhan kredit pun ditargetkan dapat menyentuh angka 10 hingga 12 persen. Dengan catatan, pertumbuhan dapat terjadi dengan dukungan kondisi ekonomi makro Indonesia yang masih kondusif dan terus bertumbuh.

“Kendati demikian, untuk memperkuat kondisi yang semakin baik tersebut, BRI tetap menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai. Ini kami lakukan sebagai salah satu mitigasi risiko terhadap kondisi perekonomian ke depan yang masih menantang,” kata Achmad.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com