Advertorial

Berikut Alasan Saham BBRI Menarik untuk Dikoleksi

Kompas.com - 31/07/2023, 18:39 WIB

KOMPAS.com – Kinerja fundamental PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah memacu tren positif harga saham perseroan.

Pada pekan terakhir Juli 2023, emiten bersandi BBRI itu kembali menembus harga level tertinggi atau all time high (ATH).

Adapun pada penutupan perdagangan pada Selasa (25/7/2023), BBRI mencapai level Rp 5.650 per lembar. Kemudian, pada Jumat (28/7/2023), harga saham BBRI ditutup menguat pada level Rp 5.700.

Pengamat menilai, tren positif tersebut menunjukkan bahwa BBRI semakin menarik untuk dikoleksi. Hal itu juga salah satunya didorong buyback oleh perseroan dalam kurun dua tahun terakhir.

Head of Equity Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menyebut, buyback merupakan sinyal baik bagi investor BRI.

Buyback mencerminkan bahwa manajemen memercayai kinerja saham ke depan. Kinerja fundamental BRI sendiri juga menjadi faktor kunci bagi perbankan untuk tetap dapat mencetak pertumbuhan laba dari segi efisiensi,” kata Agung dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (31/7/2023).

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI 2023 pada Senin (13/3/2023), BRI mengalokasikan buyback senilai Rp 1,5 triliun. Pembelian ini akan diselesaikan dalam jangka waktu maksimal 18 bulan sejak RUPST.

Dengan demikian, periode buyback berlangsung pada periode 14 Maret 2023 sampai 14 September 2024.

Adapun buyback akan dilaksanakan BRI secara bertahap ataupun sekaligus sebagai program kepemilikan saham bagi karyawan dan direksi atau Employment Stock Ownership Plan (ESOP). Nantinya, insentif saham tersebut diberikan berdasarkan kinerja Insan BRILiaN atau pekerja BRI.

Strategi buyback lewat program ESOP sendiri bukan pertama kali dilakukan BRI. Sepanjang 1 Maret 2022 hingga 26 Januari 2023, BRI telah merealisasikan pembelian saham kembali senilai Rp 2,99 triliun atau 647,38 juta lembar.

Terkait buyback, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa aksi korporasi itu tidak mengganggu kondisi keuangan pasca-buyback.

“Kami sudah melakukan kalkulasi dengan baik. Jadi, hal itu tidak akan mengganggu kinerja dan permodalan BRI ke depan. Bahkan, buyback akan memperkuat kinerja perseroan," ujarnya.

Sunarso mengucapkan, buyback merupakan program kepemilikan saham pekerja ataupun direksi yang dapat meningkatkan engagement karyawan BRI.

Dia berharap, buyback dapat menumbuhkan motivasi dan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan. Pada akhirnya, hal ini akan mendongkrak kinerja karyawan.

Fundamental kuat

Agung kembali menjelaskan, kinerja fundamental BBRI juga menjadi alasan saham itu layak dikoleksi. Pasalnya, efisiensi menjadi salah satu strategi BBRI untuk meningkatkan profitabilitas.

“Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat dari pertumbuhan biaya operasional BRI yang lebih rendah ketimbang pendapatannya,” lanjut Agung.

Untuk diketahui, net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih BRI pada kuartal I 2023 naik menjadi 7,8 persen. Angka ini meningkat dari 7,7 persen pada 2022. 

Pada periode sama, credit cost atau biaya kredit bank turun 198 basis poin (bps) per Maret 2023 ketimbang 2022.

Kemampuan bank dalam meningkatkan efisiensi juga terlihat dari return on average equity (ROAE) atau tingkat pengembalian ekuitas yang rata-rata naik signifikan ke level lebih dari 20 persen.

Pada periode sama, sejumlah beban juga berhasil ditekan. Salah satunya adalah beban promosi turun 8,1 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 298,74 miliar. Beban lain juga susut 5,73 persen secara yoy menjadi Rp 7,39 triliun.

Penekanan beban itu pun berhasil menurunkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 64,26 persen pada kuartal I 2022 menjadi 60,7 persen pada kuartal I 2023.

Portofolio kredit BRI yang didominasi kredit mikro juga diperkirakan mampu menjaga NIM ketika suku bunga tinggi.

Hal tersebut berbeda jika dibandingkan bank besar lain yang lebih banyak bermain pada sektor korporasi. Sektor ini dinilai lebih sensitif terhadap suku bunga dan ketidakpastian ekonomi, baik dalam skala domestik maupun global.

Berkaca pada kondisi tersebut, saham BBRI diproyeksi dapat melesat maksimal ke level Rp 6.800 dengan nilai rata-rata Rp 5.975 dalam setahun ke depan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com