Advertorial

Dear Busui, Cek Kembali Mitos Seputar Menyusui yang Salah Kaprah Berikut

Kompas.com - 02/08/2023, 18:10 WIB

KOMPAS.com – Menyusui merupakan perjalanan (journey) penting dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Pasalnya, air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik untuk bayi, karena mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang tepat.

ASI juga memiliki kandungan antibodi serta kandungan lain yang memiliki manfaat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak bayi.

Dengan kandungan itu, ASI memiliki peran vital bagi pencernaan, perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi. Tak heran, setiap ibu pun ingin memberikan ASI sebagai asupan terbaik bagi buah hati.

Sayangnya, seringkali ibu menyusui (busui) terlalu mudah memercayai informasi seputar menyusui yang berkembang di masyarakat. Padahal, tak sedikit dari informasi ini yang merupakan mitos belaka.

Berikut adalah beberapa mitos seputar menyusui yang berkembang di masyarakat dan sebaiknya tidak mudah dipercaya busui.

  1. Konsumsi makanan pedas membuat ASI terasa pedas

Rasa pedas pada cabai berasal dari enzim capcaisin. Saat cabai dikonsumsi, enzim ini akan dicerna dengan baik oleh tubuh melalui sistem pencernaan. Oleh sebab itu, cita rasa pedas tidak akan keluar melalui ASI.

Meski demikian, busui sebaiknya tidak mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan. Sebab, hal ini berpotensi menyebabkan diare yang dapat menghambat proses menyusui.

  1. Minum es membuat bayi pilek

Seperti halnya cabai, es yang dikonsumsi akan dicerna pada sistem pencernaan ibu. Makanan dan minuman, termasuk es, yang masuk ke dalam lambung juga akan mengalami penyesuaian suhu.

Dengan demikian, suhu makanan dan minuman tidak akan berpengaruh terhadap produksi ASI yang diberikan kepada bayi.

  1. Busui yang sakit harus berhenti menyusui

Sebagian orang percaya bahwa ASI dapat menjadi perantara penyakit yang diidap ibu. Padahal, saat sakit, antibodi dalam tubuh ibu juga akan keluar melalui ASI.

Antibodi itu akan terisap oleh bayi sehingga bayi pun akan memiliki antibodi terhadap penyakit tersebut.

Namun, busui diharapkan tetap waspada saat menderita penyakit menular, misalnya flu. Meski bukan lewat ASI, virus flu dapat menular melalui udara. Untuk menghindari penularan penyakit, busui yang mengidap flu sebaiknya mengenakan masker saat menyusui.

  1. Ukuran payudara pengaruhi produksi ASI

Banyak wanita merasa khawatir bahkan insecure dengan ukuran payudara yang dimiliki. Pasalnya, sebagian orang memercayai bahwa bentuk payudara yang kecil tidak dapat memproduksi ASI yang dibutuhkan bayi.

Perlu diketahui bahwa ukuran payudara dipengaruhi oleh jaringan lemak, bukan kelenjar susu. Meski memiliki payudara berukuran kecil, seorang ibu tetap bisa memproduksi ASI yang dibutuhkan bayi.

Ada pula anggapan bahwa wanita dengan payudara berputing datar tidak bisa menyusui. Faktanya, bayi tetap bisa menyusui asalkan berada pada posisi tepat dan nyaman untuk mendapatkan ASI.

  1. Minum ASI lewat botol dapat membuat bayi berhenti menyusu

Pemberian ASI melalui botol susu kerap menjadi alternatif menyusui bagi ibu pekerja (working mom). Namun, sebagian orang berpendapat bahwa anak akan berhenti menyusu jika ibu tidak menyusui secara langsung dari payudara (direct breastfeeding).

Untuk menyiasati hal itu, ibu pekerja perlu memperkenalkan bayi untuk dapat minum ASI melalui botol pada usia antara dua sampai enam minggu.

Gunakan botol untuk satu atau dua kali menyusui dalam sehari. Proses ini sebaiknya diselingi dengan direct breastfeeding.

Dengan demikian, bayi akan memiliki keterampilan menyusu melalui botol tanpa kehilangan kemampuan untuk mendapatkan direct breastfeeding.

Itulah lima mitos mengenai menyusui yang sebaiknya tidak dipercaya busui.

Untuk menjaga kesehatan busui dan buah hati selama menyusui, busui sebaiknya selalu memastikan kecukupan nutrisi harian, mulai dari protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, hingga serat lewat makanan sehat dan seimbang.

Selain itu, busui juga bisa mengonsumsi nutrisi yang dipercaya sebagai ASI booster, seperti PRENAGEN lactamom.

PRENAGEN lactamom mengandung protein yang dapat berperan penting dalam perkembangan organ tubuh bayi, menjaga imunitas ibu, serta menyediakan sumber tenaga bagi ibu agar tetap fit dan segar selama menyusui.

PRENAGEN lactamom juga mengandung DHA dan omega 3 yang membantu perkembangan otak bayi.

Kemudian, nutrisi kehamilan ini juga tinggi kalsium dan vitamin D. Kedua nutrisi ini dapat membantu menjaga kesehatan tulang ibu sekaligus mengurangi pegal atau nyeri yang kerap dirasakan busui.

Kandungan yang juga tak kalah penting adalah vitamin B2 dan B12. Keduanya bermanfaat meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI.

PRENAGEN lactamom bahkan mengandung serat yang dapat membantu mencegah sembelit. Seperti diketahui, wanita yang baru melahirkan rentan mengalami sembelit atau konstipasi. Hal ini terjadi akibat perubahan hormonal yang menyebabkan relaksasi pada otot tubuh, termasuk usus.

Ibu menyusui dapat mengonsumsi PRENAGEN lactamom 2 gelas setiap hari minimal selama enam bulan sesuai dengan masa pemberian ASI eksklusif. PRENAGEN lactamom tersedia dalam empat varian rasa, yakni French Vanilla, Velvety Chocolate, dan Lovely Strawberry.

Informasi selengkapnya mengenai PRENAGEN lactamom dapat kamu temukan pada tautan berikut.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com