Advertorial

Hadirkan Layanan Kesehatan Berstandar Internasional, RSCM: Pasien Tak Perlu Lagi Berobat ke Luar Negeri

Kompas.com - 15/08/2023, 14:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM berhasil menduduki peringkat ke-36 dalam daftar The Most Reputable Academic Medical Center 2023.

Pemeringkatan itu merupakan hasil studi yang dilakukan oleh Brand Finance, yakni konsultan strategi independen terkemuka di dunia yang berkantor pusat di London, Inggris, dan tersebar di lebih dari 20 negara.

Untuk menentukan reputasi rumah sakit (RS), Brand Finance melakukan wawancara yang melibatkan dokter, ahli bedah, dan penyedia layanan kesehatan lain.

Wawancara dilaksanakan di 47 negara di seluruh dunia serta melibatkan 50 Academic Medical Centers (AMCs) dan 2.500 tenaga kesehatan profesional. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui perawatan pasien, penelitian medis, serta pelatihan dan pendidikan yang mencerminkan seluruh layanan rumah sakit.

Tak hanya itu, RSCM juga mendapatkan anugerah Recognition of Excellence Awards dari OpenGov Asia untuk aplikasi smartRSCM. Untuk diketahui, smartRSCM merupakan salah satu inovasi dalam bidang digitalisasi yang diluncurkan RSCM pada Agustus 2022.

Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSCM dr Sumariyono, SpPD-KR MPH mengatakan, lewat aplikasi tersebut, pasien bisa berkonsultasi dengan dokter secara virtual (telemedisin) di mana pun dan kapan pun. Pasien juga bisa melakukan reservasi layanan, menebus obat, dan melakukan pembayaran.

“Aplikasi itu memungkinkan pasien berkonsultasi lewat video call. Rekam medik pasien pun akan terpantau oleh dokter secara akuntabel sesuai standar internasional,” jelas dr Sumariyono saat berbincang bersama Kompas.com di Gedung Kiara RSCM, Senen, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2023).

Menurut dr Sumariyono, penghargaan yang diterima RSCM menjadi bukti nyata bahwa RSCM terus berupaya menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional di Indonesia.

Berbicara soal standar layanan kesehatan internasional, dokter spesialis kardiovaskular RSCM Dr dr Muhammad Yamin, SpJP(K) menjabarkan bahwa sebagai RS pusat rujukan nasional, RSCM memiliki tiga fungsi utama.

Pertama, RSCM berfungsi sebagai RS harapan terakhir bagi pasien dengan kasus berat dari seluruh Indonesia. Kedua, RSCM merupakan representasi layanan kesehatan di Tanah Air. Ketiga, RSCM juga menjadi pusat pendidikan kesehatan bagi tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia.

“Dengan tiga fungsi tersebut, RSCM harus menyediakan layanan terbaik, mulai dari peralatan lengkap, sumber daya manusia (SDM) terbaik, hingga teknologi termutakhir,” jelas dr Yamin.

Dari gamma knife hingga sel punca

Untuk memberikan layanan kesehatan berstandar internasional, salah satu aspek yang menjadi fokus RSCM adalah pengembangan teknologi kesehatan.

Dalam bedah saraf, misalnya, RSCM telah mengembangkan gamma knife, yakni metode pembedahan tanpa sayatan (non-invasif) untuk berbagai gangguan saraf, kelainan pembuluh darah, serta tumor di kepala dan leher bagian atas. Metode ini tidak menggunakan pisau, tetapi alat berteknologi canggih bernama Leksell Gamma Knife Perfection. Alat ini bekerja dengan memanfaatkan sinar gama.

Dr dr Setyo Widi Nugroho, SpBS (K) mengatakan, Leksell Gamma Knife Perfection merupakan gold standard dalam radiosurgery yang berstandar internasional.

“Teknologi tersebut diciptakan untuk mencapai target operasi yang terletak jauh di dalam otak dan tulang belakang bagian leher atas. Kekuatan sinar gama yang dihasilkan dapat diatur dan dipancarkan ke segala arah. Dengan demikian, metode ini dapat memberikan terapi pada beberapa titik sekaligus,” jelas dr Setyo.

Ilustrasi bedah saraf. Dok. SHUTTERSTOCK Ilustrasi bedah saraf.

Metode itu, lanjut dia, tidak memerlukan pembiusan total dan tidak menimbulkan risiko pasca-operasi. Dengan sesi terapi yang singkat, pasien bahkan dapat pulang pada hari yang sama.

Peningkatan teknologi kesehatan juga dilakukan RSCM melalui pengembangan sel punca (stem cell) serta produk metabolitnya, seperti eksosom dan sekretom.

Sebagai informasi, sel punca merupakan sel yang berasal dari sumsum tulang belakang, tali pusat, dan lemak. Sel ini memiliki kemampuan untuk beregenerasi dan berkembang menjadi berbagai jenis sel khusus. Artinya, sel punca memiliki potensi tinggi dalam pemulihan cedera atau perbaikan organ tubuh yang rusak

Sementara itu, produk metabolit sel punca mengandung banyak faktor pertumbuhan yang bersifat regeneratif dan dapat memperbaiki jaringan.

Kepala Instalasi Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM Prof Dr dr Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K) menjelaskan, di RSCM, sel punca banyak dimanfaatkan dalam kasus ortopedi dan traumatologi.

“Secara umum, ada empat tujuan penggunaan sel punca dalam kasus ortopedi dan traumatologi. Keempat tujuan ini adalah replace, reconstruction, regeneration, dan restoration (4R),” ujar dr Ismail.

Penggunaan sel punca serta produk metabolitnya, lanjut dia, terbukti bermanfaat pada kasus penyakit cakram degeneratif (degenerative disc disease), penyempitan kanal tulang belakang di punggung bawah (stenosis lumbal), osteoporosis, defek tulang dan gagal sambung, osteoartritis, serta cedera pleksus brakialis (brachial plexus injury).

Dokter Ismail mengatakan bahwa RSCM menggunakan pendekatan best clinical practice dalam pelayanan berbasis penelitian sel punca dan metabolitnya, mulai dari tahap review literatur, studi in vitro, hingga studi preklinik. Penelitian ini dilakukan di Stem Cell and Tissue Engineering Research Center IMERI.

“Sementara itu, studi translasional, uji klinis, serta aplikasi klinis dilakukan di Instalasi Pelayanan Terpadu (IPT) Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM dan Stem Cell and Metabolites Clinic (SCMC) RSCM Kencana,” ucap dr Ismail.

Dia pun optimistis, ke depan, sel punca yang dikembangkan RSCM dapat digunakan pada kasus diabetes melitus, gagal ginjal pada anak, dan disfungsi ereksi. Sementara, produk metabolit sel punca akan dimanfaatkan untuk cell-free therapy.

Kerja sama internasional

Demi meningkatkan layanan berstandar internasional, RSCM juga menjalin kerja sama dengan berbagai institusi internasional.

Pada Februari 2023, misalnya, RSCM menyepakati kerja sama dengan Joslin Diabetes Center, yakni pusat penelitian, edukasi, dan pelayanan diabetes yang berbasis di Boston, Amerika Serikat (AS). Kedua institusi tersebut sepakat untuk berkolaborasi dalam peningkatan pelayanan bagi penderita diabetes di Indonesia.

Melalui kerja sama itu, Joslin Diabetes Center mengirimkan tim yang terdiri atas dokter spesialis, ahli edukasi, dan pakar manajemen. Tim ini bertugas untuk mengamati serta menganalisis alur pelayanan dan perawatan pasien diabetes di RSCM.

Kemudian, tim Joslin Diabetes Center akan memberikan rekomendasi paripurna serta holistik bagi RSCM untuk bisa menjadi layanan Diabetes Center of Excellence di Indonesia, bahkan Asia.

Tak hanya itu, RSCM juga bekerja sama dengan Samitivej Hospital Thailand untuk pengembangan transplantasi sumsum tulang belakang.

Selanjutnya, pada Senin, Plt Direktur Utama RSCM Dr dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K) MARS, FIHA serta Profesor Shih-Ann Chen dari Taichung Veterans General Hospital, Taipei, Taiwan, juga menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk mendukung kepentingan kedua RS dalam bidang pertukaran dan kerja sama ilmiah.

“Kerja sama tersebut akan menstimulasi serta memfasilitasi pengembangan program kolaborasi guna meningkatkan intelektual dan budaya kedua belah pihak. Lebih dari itu, kerja sama ini juga menjadi salah satu upaya RSCM untuk meningkatkan pelayanan berstandar internasional,” jelas dr Lies.

Plt Direktur Utama RSCM Dr.dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS FIHA serta Profesor Shih-Ann Chen dari Taichung Veterans General Hospital, Taipei, Taiwan, menandatangani MoU untuk mendukung kepentingan kedua RS dalam bidang pertukaran dan kerja sama ilmiiah.Dok. RSCM Plt Direktur Utama RSCM Dr.dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS FIHA serta Profesor Shih-Ann Chen dari Taichung Veterans General Hospital, Taipei, Taiwan, menandatangani MoU untuk mendukung kepentingan kedua RS dalam bidang pertukaran dan kerja sama ilmiiah.

Hal senada juga disampaikan Profesor Chen. Dia mengatakan bahwa kerja sama tersebut menunjukkan komitmen penuh kedua belah pihak dalam penyediaan layanan kesehatan terbaik dan berstandar internasional di masing-masing negara.

“Kami telah lama bekerja sama dengan RSCM. MoU ini kembali menegaskan komitmen kedua belah pihak, terlebih RSCM merupakan RS standar rujukan nasional yang berfokus pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia,” ujar Profesor Chen.

Sebagai informasi, salah satu bidang yang menjadi fokus dalam kerja sama tersebut adalah spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).

Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan leher (THT-KL) RSCM dr Ika Dewi Mayangsari, SpTHTBKL, Subsp Onk(K) mengatakan, lewat kerja sama itu, RSCM akan mempelajari sejumlah teknologi yang dikembangkan RS Taichung dalam bidang THT.

“Kami telah mengirim staf ke RS Taichung untuk mempelajari sejumlah tindakan yang belum banyak dilakukan di Indonesia, terutama tindakan yang memanfaatkan teknologi robotik dan endoskopi pada bagian THT,” ucap dr Mayang.

Sebagai timbal balik, lanjut dr Mayang, perwakilan RS Taichung juga mempelajari sejumlah kasus THT yang tidak banyak ditemukan di Taiwan, misalnya operasi tulang temporal atau temporal bone dissection (TBD).

“TBD merupakan infeksi kronis pada telinga tengah yang berpotensi menyebar pada tengkorak (intrakranial). Kasus ini tidak lagi bisa ditangani dengan obat-obatan sehingga perlu dilakukan operasi. Tim dari RS Taichung akan mengambil kursus di RSCM untuk mempelajari penanganan kasus tersebut,” kata dia.

Dengan berbagai pengembangan program dan kolaborasi bersama berbagai pihak, RSCM berharap bisa berkontribusi besar terhadap peningkatan layanan kesehatan berstandar internasional.

“Nantinya, pasien tidak perlu lagi jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan kesehatan terbaik. Sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional, RSCM siap memberikan layanan berkelas internasional,” imbuh dr Lies.

(Aningtias Jatmika)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com