Advertorial

Terapi Seni Bisa Bantu Atasi Burnout dan Stres

Kompas.com - 29/08/2023, 11:41 WIB

KOMPAS.com -Aktivitas seni kerap dianggap sebagai sebuah cara untuk menyalurkan ekspresi. Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk melepaskan emosi yang memenuhi hati, seperti bahagia, marah, dan kesal.

Namun, aktivitas seni ternyata juga bisa dijadikan terapi yang dapat berdampak positif terhadap kesehatan mental seseorang.

Terapi seni merupakan metode yang sudah ada sejak lama dan menjadi bagian dari psikoterapi. Terapi ini dapat diterapkan untuk individu yang mengalami kondisi psikologi atau kejiwaan tertentu.

Dengan terapi seni, individu diharapkan dapat kembali ke kondisi yang semestinya, bahkan lebih baik sehingga mampu menjalani aktivitas sehari-hari tanpa kendala.

Sesuai namanya, terapi seni menggunakan aktivitas seni, seperti menggambar, melukis, mewarnai, memahat, dan fotografi, sebagai media pengobatan. Sama seperti terapi lain, terapi seni juga terdiri dari serangkaian perawatan atau program dalam periode tertentu dan dipandu oleh tenaga profesional.

Pakar Zen Art dari Korea Selatan, Profesor Damwon Kim Chang-bae, mengatakan bahwa seni merupakan salah satu bentuk meditasi.

“Saat menggambar, kamu juga langsung mendapat ketenangan yang berdampak pada perasaan atau batin. Kamu pun dapat menuangkan keresahan, kesedihan, atau emosi lain melalui goresan tinta di atas kertas, kanvas, atau media lain. Dengan begitu, perasaan menjadi lebih tenang dan lega,” terang Profesor Kim Chang-bae.

Manfaat terapi seni

Manfaat terapi seni telah dibuktikan dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the American Art Therapy Association pada 2016. Riset ini menemukan bahwa melakukan aktivitas kreatif, bahkan kurang dari satu jam, dapat mengurangi stres.

Tak hanya itu, kegiatan seni juga berdampak positif terhadap kesehatan mental, sekalipun seseorang yang melakukannya tidak memiliki bakat atau keterampilan seni.

Selain studi tersebut, beberapa riset lain juga menemukan manfaat dan efektivitas dari terapi seni. Sebagai contoh, sebuah studi pada sekelompok orang dewasa yang memiliki trauma menunjukkan bahwa terapi seni dapat mengurangi gejala trauma dan tingkat depresi secara signifikan.

Kemudian, studi terhadap pasien yang tengah menjalani perawatan medis untuk kanker menemukan bahwa terapi seni dapat meningkatkan kualitas hidup dan meringankan beberapa gejala psikologis.

Ada pula studi pada orang dewasa yang tinggal di panti jompo. Studi ini menunjukkan bahwa terapi seni bisa mengurangi depresi dan meningkatkan kepercayaan diri.

Siapa saja yang memerlukan terapi seni?

Beberapa kalangan yang memerlukan terapi seni antara lain adalah individu dengan tingkat stres tinggi, anak-anak yang mengalami masalah sikap dan sosial di rumah ataupun sekolah, dan individu yang mengalami kejadian traumatis.

Kemudian, anak-anak dengan gangguan belajar, individu dengan cedera pada otak, serta individu dengan masalah kesehatan mental.

Sebenarnya, terapi seni terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan tanpa harus memiliki bakat atau kemampuan tertentu dalam bidang seni. Namun, ternyata masih terdapat miskonsepsi terkait terapi seni.

Banyak orang, terutama kelompok usia dewasa, merasa enggan mengikuti terapi seni lantaran merasa tidak memiliki bakat atau tidak cukup preaktif. Pada akhirnya, mereka pun menjadi skeptis saat menjalani terapi ini.

Salah satu aktivitas seni yang kerap digunakan sebagai bagian dari terapi seni adalah menggambar. Seperti diketahui, aktivitas seni ini dapat dilakukan oleh siapa pun. Bagi mereka yang mau terus belajar dan mengasah keterampilan menggambar, karya yang dihasilkan pun akan terus berkembang.

Tak hanya memberi ketenangan batin, aktivitas menggambar juga dapat menghasilkan imbalan berupa materi yang tak sedikit.

Karena itu, banyak individu memilih menempuh studi desain komunikasi visual (DKV). Sebab, jurusan ini tak hanya menjadi wadah untuk menuangkan ekspresi, tetapi juga belajar lebih banyak guna menghasilkan karya yang memiliki nilai lebih, bahkan berkontribusi bagi orang lain.

Kamu yang tertarik mempelajari DKV bisa melanjutkan pendidikan di School of Design Binus University, baik di kampus Kemanggisan, Alam Sutera, Bandung, Malang, maupun Semarang.

School of Design Binus University hadir dengan berbagai jurusan terkait seni yang tidak hanya mendampingi, tetapi juga mengarahkan mahasiswanya untuk mengasah bakat dengan lebih baik.

Selain itu, School of Design Binus University juga mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi lulusan yang siap berkompetisi dan berdaya saing internasional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com