Advertorial

Inovasi Kirim Uang Lintas Batas di Asia Pasifik

Kompas.com - 05/09/2023, 14:24 WIB

KOMPAS.com - Kawasan Asia Pasifik dan sekitarnya mengalami revolusi pembayaran yang luar biasa. Berbagai solusi digital baru, mulai dari transaksi instan hingga dompet digital, muncul dengan cepat untuk memenuhi harapan pelanggan baru dan mengubah transaksi lintas batas (cross-border transaction).

Inovasi-inovasi tersebut mendorong pertumbuhan pendapatan di pasar business-to-business (B2B) yang dinamis. Bahkan, kenaikannya bisa mencapai 1,4 triliun dollar AS pada 2025, sebagaimana diprediksi peneliti dari perusahaan konsultan bisnis Frost & Sullivan.

Prediksi itu pun diikuti dengan laju compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 10,5 persen.

Merujuk tren tersebut, penyedia layanan pembayaran yang belum menerapkan inovasi pembayaran lintas batas perlu berbenah agar tidak kehilangan pasar.

Lantas, apa saja kekuatan pembayaran lintas batas? Apa saja yang perlu diketahui penyedia pembayaran ketika terjun ke aspek tersebut sehingga dapat meraih kesuksesan di masa depan? Berikut adalah ulasannya.

Memahami pasar pembayaran Asia Pasifik

Pertumbuhan pembayaran di Asia Pasifik tak lepas dari dua faktor utama, yaitu migrasi dan perdagangan global.

Tingginya tingkat migrasi berpengaruh pada tingkat remitansi rutin. Pasalnya, para pekerja migran di Asia umumnya mengirimkan uang kepada keluarga di negara asal.

Bagi sebagian negara, aliran dana itu berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar. India, misalnya. Menurut data Bank Dunia, negara ini menerima 89,4 miliar dollar AS dalam remitansi pada 2021 dan diperkirakan akan menerima 100 miliar dollar AS pada 2022.

Pada saat yang sama, Asia Pasifik menyumbang hampir 40 persen dari ekspor dunia. Uang dari perdagangan ini kerap mengalir kembali ke usaha kecil di kawasan tersebut.

Selain kedua faktor itu, sektor game online Asia Pasifik yang bernilai 197 miliar dollar AS juga menjadi sumber aliran uang masuk bagi negara-negara di dalamnya.

Begitu pun dengan pelaku creator economy, yakni para kreator konten. Pertumbuhan sektor ini turut mendorong pertumbuhan pembayaran di Asia Pasifik. Jutaan seniman, musisi, influencer media sosial, dan kreator konten menghasilkan uang dari audiens global.

Seperti bisnis pada umumnya, mereka juga membutuhkan metode cepat untuk mengakses pendapatan dari konten yang diciptakan.

Sebenarnya, masih ada faktor-faktor lain yang ikut mendorong peningkatan transaksi lintas batas di Asia Pasifik. Sebut saja, para pelajar Asia yang menempuh pendidikan di luar negeri.

Berdasarkan penelitian Education at a Glance 2013 yang dipublikasikan OECD iLibrary, pelajar Asia mewakili sekitar 53 persen dari siswa asing yang terdaftar di lembaga pendidikan di seluruh dunia.

Selanjutnya, pembelian properti internasional. Penelitian menunjukkan, pembeli properti asal China menyumbang 6 persen dari total transaksi tersebut, dengan rata-rata pembelian lebih dari 1 juta dollar AS.

Ilustrasi melakukan transaksi keuangan secara online.Dok. VISA Ilustrasi melakukan transaksi keuangan secara online.

Tantangan mengirim uang dengan cara tradisional

Seperti diketahui, pengiriman uang dengan cara tradisional, yakni antar-rekening bank, penuh dengan tantangan. Sebut saja, proses yang merepotkan dan biaya transfer yang tinggi yang harus ditanggung pengirim dan penerima.

Padahal, berdasarkan temuan SWIFT, lebih dari 90 persen transaksi lintas batas global adalah transaksi dengan nominal kecil.

Biaya transfer yang tinggi akan begitu terasa pada pengiriman uang bernilai 200 dollar AS, 500 dollar AS, atau 1.000 dollar AS.

Untuk pengiriman uang 200 dollar AS, misalnya, biaya transfer yang dikenakan bisa mencapai 20 dollar AS.

Tantangan lain adalah ketidaktersediaan transaksi keuangan antarnegara secara real-time karena belum banyak penyedia pembayaran yang bisa mengakomodasinya.

Padahal, transaksi keuangan real-time menjadi kebutuhan mendesak bagi banyak orang saat ini, terutama pebisnis.

Sebagai gantinya, banyak orang beralih ke dompet digital, kartu kredit, atau kartu debit untuk menerima atau mengirim uang.

Dengan solusi tersebut, orang tidak perlu repot ke bank untuk melakukan transfer uang antarnegara.

Namun, upaya itu saja belum cukup. Penyedia pembayaran juga perlu menyediakan pilihan tempat untuk menerima uang dari saluran berbeda.

Hal itu sangat penting karena lebih dari 70 persen orang dewasa di Asia Pasifik tidak punya rekening bank atau kurang memiliki akses perbankan.

Solusi transaksi digital generasi berikutnya

Dengan segala tantangan yang ada, tak heran jika pembayaran lintas batas terus mengalami perubahan. Banyak metode-metode pembayaran digital muncul. Salah satunya adalah Visa Direct yang menjadi solusi layanan pembayaran lintas batas dari penyedia jaringan pembayaran global, Visa.

Efektivitas solusi itu pun sudah banyak dirasakan penggunanya, salah satunya di Singapura.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/8/2023), para pengguna menyukai Visa Direct karena mampu menawarkan remitansi lintas batas dengan lebih praktis, cepat, dan nyaman.

Visa Direct juga menyediakan pengiriman uang yang lengkap, seperti ke dompet digital, kartu debit, kartu kredit, atau rekening bank.

Hal tersebut bisa membantu orang-orang yang memiliki keterbatasan akses ke bank. Apalagi, biaya remitansinya juga murah sehingga keluarga pekerja imigran dapat menerima uang lebih banyak.

Sementara itu, pedagang di platform online juga bisa dapat untung dari pembayaran lintas batas Visa Direct yang cepat.

Perlu diketahui, Visa Direct merupakan salah satu pemimpin dalam revolusi pembayaran Asia Pasifik. Layanan ini telah banyak menyediakan cara-cara baru dalam berkirim uang lintas batas sekaligus menyelesaikan banyak masalah yang kerap dihadapi bank, tekfin, remitter, dan pedagang.

Selain menyediakan pengiriman uang ke berbagai saluran penerimaan, Visa Direct juga telah memiliki lebih dari 7,5 miliar jaringan jangkauan.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Visa Direct, silakan klik tautan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com