Advertorial

Cegah Stunting sedari Dini, Kemenkominfo Edukasi Generasi Muda di Kabupaten Toba

Kompas.com - 13/09/2023, 11:01 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyasar generasi muda dalam kampanye pencegahan stunting di Tanah Air. Pasalnya, generasi muda merupakan calon orangtua, pendidik, serta pemimpin yang dapat menentukan masa depan Indonesia.

Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Kemenkominfo Marroli J Indarto mengatakan, generasi muda merupakan tonggak penting dalam menentukan keberlanjutan Indonesia di masa mendatang.

Hal itu dipaparkan Marroli dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting Genbest Talk bertajuk “Ampuh Cegah Stunting, Yuk Konsumsi Protein Hewani” di Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (12/9/2023).

Marroli menuturkan, kesadaran terhadap stunting di kalangan muda perlu dibangun sejak dini.

“Generasi muda penting mengetahui bahaya dan tindakan yang harus diambil untuk mencegah stunting sejak dini agar generasi mendatang tidak terpuruk akibat stunting,” ujar Marroli dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (13/9/2023).

Untuk diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Adapun kondisi ini terhitung sejak janin hingga anak berusia 23 bulan.

Marroli menjelaskan, salah satu upaya untuk mencegah stunting yakni dengan mengonsumsi makanan bergizi, menjalani diet sehat, mengonsumsi rutin tablet tambah darah (TTD), serta menjaga kebersihan diri.

“Setiap calon pengantin wajib memeriksakan kondisi kesehatan ke pusat layanan kesehatan masyarakat (puskesmas) ataupun fasilitas kesehatan (faskes) lain yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan Sertifikat Layak Kawin. Pemeriksaan ini dilakukan maksimal tiga bulan sebelum menikah,” kata Marroli.

Prevalensi stunting

Lebih lanjut, Marroli menjelaskan, pemerintah telah menetapkan Provinsi Sumut sebagai salah satu dari 12 provinsi prioritas penurunan stunting di Tanah Air.

Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukan, prevalensi balitastunting di Provinsi Sumut sebesar 21,1 persen. Sementara, untuk Kabupaten Toba berada di angka 24,8 persen.

Adapun prevalensi balitastunting Sumut menempati peringkat ke-19 secara nasional. Meski sedikit lebih baik dari angka prevalensi stunting nasional yang berada di angka 21,6 persen, capaian ini masih harus diturunkan hingga 14 persen sesuai target Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bupati Toba yang diwakili oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Toba Sesmon Toberius Butarbutar mengatakan, ada sejumlah hal penghambat penanganan stunting di Kabupaten Toba.

Salah satunya adalah penolakan hasil medis dari orangtua anak. Hal ini merupakan akibat ketidaktahuan, serta persepsi diri malu terhadap kondisi tersebut. Selain itu, sikap acuh dan gengsi pada masyarakat juga menjadi salah satu sebab tingginya angka stunting di sana.

“Guna menekan angka stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toba melakukan berbagai upaya, mulai dari pemantauan ibu hamil, memastikan asupan gizi dan vitamin, hingga pemberian makanan tambahan bagi anak,” jelasnya.

Nutrisi untuk cegah stunting

Pada kesempatan sama, Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis mendorong masyarakat untuk mengonsumsi protein hewani guna mencegah stunting. Adapun protein hewani tersebut meliputi seluruh jenis daging, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.

Menurut Rita, protein hewani mengandung asam amino esensial yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

“Protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap. Meski begitu, protein nabati memiliki keunggulan dengan kandungan serat dan fitokimia yang dapat membantu melawan radikal bebas. Oleh karena itu, strategi yang baik (untuk mencegah stunting) yakni mengombinasikan keduanya dengan tetap mengutamakan protein hewani,” paparnya.

Rita juga mengingatkan remaja putri yang sedang dalam masa pertumbuhan wajib mencukupi kebutuhan zat gizi melalui konsumsi protein hewani.

“Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia yang berisiko mengganggu pertumbuhan sel darah dan meningkatkan risiko stunting,” kata Rita.

Setali tiga uang dengan Rita, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Freddi Seventry Sibarani juga menjelaskan bahwa protein hewani efektif untuk mencegah stunting.

Selain kaya akan manfaat, protein hewani mudah diperoleh setiap kalangan dan tidak mahal.

“Di Kabupaten Toba, protein hewani sangat mudah didapat dan cukup murah. Kini, tinggal soal kemauan saja. Ikan nila, ikan mas, dan mujair bisa didapat secara gratis. Tinggal datang ke Danau Toba untuk mancing, bisa dapat ikan setiap hari,” ujarnya.

Fredi menilai, anak di Toba seharusnya tidak ada yang mengalami stunting kalau betul-betul memanfaatkan potensi alam.

“Saran dari pak bupati, seluruh masyarakat wajib beternak ayam, kerbau, ataupun sapi yang susunya bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan gizi,” tambahnya.

Sebagai informasi, Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest).

Upaya tersebut merupakan inisiatif Kemenkominfo untuk melahirkan generasi Indonesia yang bersih, sehat, serta bebas stunting.

Adapun Genbest Talk di Kabupaten Toba merupakan bagian dari kampanye Genbest.

Melalui situsgenbest.id dan media sosial @genbestid, Kemenkominfo juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, ataupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau