Advertorial

Remitansi di Asia-Pasifik Meningkat, Ini yang Dilakukan Visa untuk Jawab Kebutuhan Konsumen

Kompas.com - 14/09/2023, 16:34 WIB

KOMPAS.com – Pengiriman uang lintas batas atau remitansi di kawasan Asia-Pasifik, khususnya peer-to-peer (P2P), mengalami perubahan pesat dalam satu dekade terakhir ketimbang kawasan lain.

Bermacam faktor menyebabkan kondisi tersebut, seperti inovasi teknologi dan tren makroekonomi, termasuk mobilitas tenaga kerja pascapandemi Covid-19.

Berdasarkan data dari Global Market Sizing Analysis dari Visa pada 2022, volume remitansi di Asia-Pasifik berpotensi meningkat 7 persen secara tahunan. Temuan ini membantah prediksi sebelumnya yang menyebut bahwa volume transaksi remitansi akan mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Potensi tersebut disumbang oleh pertumbuhan jumlah migrasi pekerja dari Asia. Mereka mengirimkan remitansi secara rutin ke keluarga. Sebagai contoh, menurut data Bank Dunia, India menerima 89,4 miliar dollar AS dari remitansi pada 2021. Jumlah ini diprediksi meningkat menjadi 100 miliar dollar AS pada 2022.

“Tidak mengejutkan bahwa Asia-Pasifik merupakan salah satu kawasan tersebar penerima neto remitansi. Apalagi, 53 persen mahasiswa asing yang terdaftar di institusi pendidikan dunia berasal dari Asia. Baik keluarga, lembaga pemberi beasiswa, maupun lembaga lain mengirimkan uang secara digital untuk mendukung mereka,” jelas Vice President Head of Visa Direct Asia Pacific Deepan Dagur melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (21/8/2023).

Ditambah lagi, imbuhnya, platform dompet digital dan penyedia kartu debit atau kredit kini telah menyediakan fitur remitansi P2P. Fitur ini memungkinkan masyarakat yang tinggal di Asia-Pasifik dan tidak memiliki rekening bank bisa mengirimkan uang lintas batas.

Meski volume remitansi meningkat, rata-rata nominal transaksi remitansi justru semakin berkurang. Bahkan, sebanyak 90 persen dari pembayaran lintas batas bernilai kurang dari 100.000 dollar AS. Tren ini dipicu kemajuan teknologi remitansi P2P yang memudahkan pengiriman uang lintas batas.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi satu dekade yang lalu. Dagur mencontohkan pengiriman uang dari orangtua untuk anak yang studi di luar negeri.

“Dahulu, mengirimkan uang untuk anak yang studi di luar negeri lebih sulit dan mahal. Karena itu, orangtua mentransfer uang dalam jumlah besar. Akan tetapi, frekuensi pengirimannya sedikit,” jelasnya.

Kini, peningkatan pengiriman uang, baik dari maupun ke kawasan Asia-Pasifik, mengalami peningkatan drastis lantaran kemudahan yang ditawarkan oleh remitansi digital berbasis aplikasi.

Berdasarkan laporan penelitian Visa bertajuk “Money Travels: 2023 Digital Remittances Adoption”, sebanyak 43 persen konsumen di Singapura yang disurvei menggunakan aplikasi pembayaran untuk mengirim uang sebulan sekali.

“Ketika transaksi bisa dilakukan melalui aplikasi mobile dengan biaya murah dan dana bisa diterima pada hari itu juga, sudah jelas kenapa volume transaksi (remitansi) mengalami peningkatan, meski dengan nominal lebih kecil,” jelasnya.

Peluang bisnis pembayaran

Perubahan pesat lanskap remitansi di kawasan Asia-Pasifik membuka peluang bagi penyedia layanan pembayaran. Mereka dapat mengembangkan infrastruktur layanan sesuai peningkatan frekuensi remitansi di kawasan tersebut.

Selain itu, penyedia layanan pembayaran juga perlu memahami kebutuhan pengirim remitansi di Asia-Pasifik yang menginginkan proses cepat, relevan dengan masyarakat lokal, dan biaya terjangkau.

Penyedia layanan pembayaran yang memperhatikan hal-hal tersebut memiliki keunggulan dalam mendulang peluang dari ceruk peningkatan remitansi di Asia-Pasifik.

Visa, kata Dagur, memiliki fitur Visa Direct yang dapat memberikan pelayanan transfer dana, baik dalam negeri maupun lintas batas, dengan kecepatan pengiriman mendekati real-time.

Untuk memberi pelayanan tersebut, Visa telah bekerja sama dengan bank, perusahaan financial technology (fintech), dan merchant di seluruh kawasan Asia-Pasifik.

Dengan kerja sama tersebut, fitur Visa Direct dapat membantu pengirim mentransfer uang secara P2P ke 2,5 miliar rekening bank, 1,5 miliar dompet digital, serta 3 miliar kartu kredit atau debit di lebih dari 180 negara dan wilayah berbeda.

“Kami menawarkan bank dan fintech layanan yang memungkinkan mereka dapat bersaing di pasar yang sangat ketat ini. Terlebih, mereka ingin meningkatkan pangsa pasar sembari tetap membuat konsumen senang,” tuturnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com