Advertorial

BULOG Kelola 24 Infrastruktur Pascapanen untuk Perkuat Lumbung Pangan Nasional

Kompas.com - 25/10/2023, 17:01 WIB

KOMPAS.com - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) melakukan pengembangan pengelolaan 24 infrastruktur pascapanen di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah sentra produksi beras dan jagung.

Infrastruktur tersebut terdiri dari Modern Rice Milling Plant (MRMP), Rice-to-Rice (RTR), Unit Pengolahan (UP), dan Corn Drying Center (CDC).

Inisiatif tersebut dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab Bulog atas tata niaga pangan di Indonesia.

Untuk diketahui, pembangunan infrastruktur pascapanen merupakan gerakan diversifikasi untuk memperkuat lumbung pangan.

Upaya itu dilakukan melalui penyederhanaan alur kegiatan produksi pangan berupa gabah, beras, dan jagung berbasis teknologi modern. Dengan demikian, Bulog dapat menjamin standardisasi mutu dan higienitas produk pangan.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menjelaskan bahwa saat ini, pihaknya telah mendirikan 10 MRMP di Subang, Sragen, Kendal, Karawang, Lampung, Bojonegoro, Jember, Banyuwangi, dan Sumbawa.

Ketersediaan MRMP di wilayah sentra produksi beras bertujuan mendukung kegiatan produksi pangan, jasa pengeringan, jasa penggilingan, jasa pengemasan, dan jasa penyimpanan gabah kering giling (GKG).

Awaludin menjelaskan, MRMP ditunjang dengan teknologi berupa dryer berkapasitas 120 ton per hari, milling dengan kapasitas 6 ton per jam, dan silo yang dapat menampung 6.000 ton GKG.

Pembangunan infrastruktur tersebut merupakan pemanfaatan dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diamanatkan kepada Bulog sejak 2016.

“Melalui PMN, Bulog ditugaskan untuk memaksimalkan penyerapan serta pengelolaan komoditas pascapanen," kata Awaludin dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (25/10/2023).

Selain MRMP, Bulog juga mengembangkan infrastruktur pengelolaan gabah dan beras RTR dan UP. Mesin RTR memiliki kapasitas produksi 6 ton per jam.

Mesin tersebut berfungsi menjamin mutu dan kualitas beras melalui teknologi mesin pengering. Terdapat juga penggilingan padi yang dilengkapi dengan mesin penyortir warna beras.

Awaludin memaparkan bahwa RTR tersebut tersebar di tujuh wilayah, seperti Jakarta, Indramayu, Sukoharjo, Sidoarjo, Lombok Timur, Makassar, dan Sidenreng Rappang (Sidrap).

Berbeda dengan RTR, UP digunakan sebagai sarana pengolahan yang digunakan untuk kegiatan pengolahan, perawatan, pengemasan, serta penyimpanan pangan beras dan turunannya.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal.DOK. Perum Bulog Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal.

UP memiliki kapasitas untuk mengeringkan gabah beras menggunakan dryer dengan kapasitas 10-40 ton per hari dan 2-3 ton per jam. Saat ini, Bulog memiliki 5 unit UP yang tersebar di Bantul, Mojolaban, Candirejo, Anabanua, dan Lancirang.

“Pembangunan infrastruktur pascapanen merupakan bentuk komitmen Bulog untuk memaksimalkan penyerapan produksi petani dalam negeri. Tentunya, dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah,” kata Awaludin.

Selain gabah dan beras, Bulog juga membangun infrastruktur CDC di Bolaang Mongondow dan Dompu. Berbeda dengan MRMP, RTR, dan UP, CDC digunakan untuk melakukan kegiatan produksi jagung, termasuk pembelian bahan baku, perdagangan komoditas, serta jasa pengeringan dan pengemasan.

CDC memiliki kapasitas dryer 240 ton per hari dan penyimpanan yang cukup besar menggunakan silo, yakni 9.000 ton.

Lebih lanjut, Awaludin menjelaskan bahwa infrastruktur tersebut dibangun dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular. Inisiatif ini dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan baku pangan dan memanfaatkan limbah hasil produksi, seperti sekam.

“Saat ini, Bulog terus bertransformasi untuk mengoptimalkan kontribusi nyata pada upaya mitigasi krisis pangan. Pembangunan infrastruktur pascapanen yang memanfaatkan teknologi pangan terbaru merupakan harapan bagi terwujudnya kedaulatan pangan di Indonesia," tuturnya.

Sebagai perum yang bergerak di bidang pangan, Bulog terus berupaya memaksimalkan kinerja untuk menjaga ketersediaan, keterjangkauan serta stabilisasi harga, baik di tingkat produsen maupun konsumen.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com