Advertorial

Pj Sekprov Sulsel Buka Kick-off Meeting Pengembangan Sistem Komunitas Cerdas Iklim DAS Saddang

Kompas.com - 30/10/2023, 16:49 WIB

KOMPAS.com – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi (Sekprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Muhammad Arsjad meresmikan kick-offmeeting bertajuk “Pengembangan Sistem Komunitas Cerdas Iklim Untuk Meningkatkan Ketahanan Iklim Masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang” di Hotel Swiss-Belhotel, Makassar, Sulsel, Senin (30/10/2023).

Dalam kesempatan tersebut, Arsjad menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi semua pihak yang telah menyukseskan program tersebut, khususnya pihak kemitraan bersama Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM).

Arsjad mengungkapkan, perubahan iklim memberikan dampak negatif secara perlahan, tapi bersifat pasti dan permanen.

Perubahan iklim, sambungnya, mempengaruhi berbagai sektor strategis, seperti pangan dan energi. Hal ini dapat berdampak pada pembangunan nasional.

“Perubahan iklim bukan hanya sekedar isu lingkungan hidup, melainkan juga pembangunan,” kata Arsjad dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Senin.

Arsjad menilai, DAS memegang peranan penting dalam memenuhi berbagai keperluan, mulai dari memenuhi kebutuhan air bersih untuk rumah tangga hingga keperluan lain, seperti pertanian, perikanan, peternakan, kebutuhan pangan, serta kebutuhan hidup lain.

“Seiring dengan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan di DAS perlu dilakukan di pemukiman, industri, pariwisata, serta perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan perubahan fungsi hidrologis DAS," ucapnya.

Arsjad memaparkan, DAS Saddang merupakan salah satu DAS di Provinsi Sulsel. DAS ini merupakan sungai utama di daerah aliran Sungai Saddang yang memiliki luas 6.639 kilometer (km).

Sungai tersebut meliputi delapan kabupaten dan satu kota di dua provinsi. Sungai ini meliputi berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Sulsel, seperti Kota Parepare, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Pinrang.

“Untuk Provinsi Sulawesi Barat, Sung.ai Saddang melewati Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa,” tutur Arsjad.

Perubahan fungsi hidrologi DAS, lanjut Arsjad, dapat menyebabkan bencana alam, seperti banjir, kekeringan, erosi, transportasi sedimen yang tinggi, serta penumpukan sedimen di wilayah hilir.

Selanjutnya, kerusakan ekosistem pesisir pantai, kerusakan hutan, penurunan keanekaragaman hayati, serta peningkatan lahan kritis.

Pj Sekprov Sulsel Andi Muhammad Arsjad meresmikan kick-offmeeting. DOK. Pemprov Sulsel Pj Sekprov Sulsel Andi Muhammad Arsjad meresmikan kick-offmeeting.

Menurutnya, ketidaksesuaian penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat erosi dan sedimentasi. Indeks penutupan lahan yang buruk sangat berpotensi terjadi erosi. Dalam skala besar, erosi berpotensi menimbulkan tanah longsor.

Sementara itu, sedimentasi dalam skala besar dapat mengakibatkan pendangkalan sungai dan waduk. Naiknya permukaan air sungai atau waduk pun berpotensi menimbulkan banjir.

Oleh karena itu, saat musim hujan, periode musim hujan menjadi lebih pendek. Meski jumlah hari hujan berkurang, intensitas hujan lebih tinggi. Akibatnya, banjir bandang jadi lebih sering terjadi.

Sebaliknya, ketika musim kemarau, periodenya menjadi lebih panjang sehingga mengakibatkan kelangkaan air. Hal ini menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.

“Hari ini, kami bersama-sama mengidentifikasi langkah konkret untuk melindungi masyarakat, lingkungan alam, dan sumber daya dari dampak buruk perubahan iklim. Pemerintah memiliki peran penting dalam menangani isu perubahan iklim," tutur Arsjad.

Arsjad berharap, kegiatan tersebut dapat membantu menyebarkan informasi, membangun kesadaran, dan mengkoordinasikan tindakan yang diperlukan.

Pj Provinsi Sulsel Bahtiar Baharuddin. DOK. Pemprov Sulsel Pj Provinsi Sulsel Bahtiar Baharuddin.

Kolaborasi pentaheliks menjadi kunci dalam menghadapi ancaman bahaya perubahan iklim. Melalui kolaborasi ini, setiap pemangku kepentingan berkontribusi dalam upaya penanganan perubahan iklim.

"Kami berharap, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dan manfaat besar bagi masyarakat Sulsel. Melalui kerja sama ini, kami berharap dapat menciptakan solusi cerdas dan efektif untuk meningkatkan ketahanan iklim di daerah aliran sungai," ujar Arsjad.

Sebagai informasi, kegiatan tersebut dihadiri Kepala Bidang (Kabid) Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi Sulsel Inyo, Kepala Bappelitbangda Kabupaten/Kota se-Sulsel, serta Direktur Eksekutif Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan Laode Syarif yang hadir secara daring.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com