Advertorial

Debat Guru Nusantara: Penghapusan Pilihan Ganda Bukan Solusi Pendidikan

Kompas.com - 02/11/2023, 13:00 WIB

KOMPAS.com - Tim SMP Prawira Lembang mendapatkan penghargaan “Panutan Gold” dalam gelaran Cerdas Cermat Guru (CCG) yang diadakan di puncak acara Temu Pendidik Nusantara X di Basketball Hall, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (21/10/2023).

Sebagai informasi, CCG merupakan asesmen formatif untuk guru dan calon guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 2626 tahun 2023 mengenai Model Kompetensi Guru.

Adapun pada babak semifinal dan final, CCG diadakan dalam format debat.

Mosi yang diperdebatkan pada babak final mengenai penghapusan pilihan ganda dari segala bentuk asesmen murid.

Tim SMP Prawira Bandung yang terdiri dari Figur Ryanto, Ade Putra, Ade Fajar Firdaus, dan Ghea Rizki menjadi tim kontra. Tim ini berargumen bahwa penghapusan asesmen tertentu berarti membatasi opsi asesmen.

“Tinggal bagaimana kita merancang soal, apakah tujuannya agar murid bisa menghafal saja atau sampai memahami konsepnya? Jika kita membatasi pilihan bentuk jenis asesmen, maka kita jadi tidak menemukan bentuk asesmen yang paling sesuai dengan konteks yang dihadapi,” kata Ade Fajar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (25/10/2023).

Ade menuturkan, SMP Prawira Bandung pernah mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun.

“Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orangtua merasa sekolah tidak dibutuhkan. Pendaftar sedikit. Banyak murid yang sering bolos. Di tengah jalan pun banyak mengundurkan diri dan orangtua meminta mereka menikah muda,” cerita Ade.

Ia juga mengatakan bahwa perjalanan dari rumah ke sekolah cukup menantang dan tidak ada angkutan umum. Kondisi ini membuat murid harus jalan kaki selama hampir satu jam di jalan menanjak dan melewati hutan bambu.

Tingkat turnover guru di SMP Prawira Lembang saat itu juga sangat tinggi. Banyak guru yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Alhasil, pembelajaran sering kali hanya dengan pemberian tugas.

Di tengah kesulitan itu, SMP Prawira Lembang mendapatkan dukungan berupa pendampingan dari Kampus Pemimpin Merdeka. Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian dibantu agar bisa efektif dan efisien.

“Guru mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik,” papar Ade.

Untuk permasalahan eksternal, lanjutnya, SMP Prawira didampingi oleh yayasan dan KPM mengadakan sesi parenting.

Ade menilai, sesi tersebut berhasil mendorong kesadaran orangtua murid mengenai pentingnya belajar dan sekolah.

“Perkembangan SMP Prawira Bandung mulai terlihat saat angka murid yang mendaftar masuk meningkat. Guru-gurunya pun mulai menerapkan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna, orangtua mulai terlibat dalam pembelajaran anaknya,” kisahnya.

Ade pun mengapresiasi gelaran Temu Pendidik Nusantara X. Menurutnya, acara ini akan menjadi momentum pembelajaran yang bermakna.

Ia juga bersyukur SMP Prawira dapat sampai di titik ini dan tak menyangka bahwa SMP di kabupaten dapat menjadi panutan se-Nusantara.

Selain SMP Prawira Lembang, ada tiga tim lain yang mendapat penghargaan. Tim asal Pesisir Selatan sebagai “Panutan Silver”. Dua tim lain yang berasal dari Salatiga dan Tabanan mendapat apresiasi sebagai “Panutan Bronze”.

Keempat kelompok itu mendapat beasiswa belajar masing-masing Rp 15 juta.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com