Advertorial

Angkat Kisah Bu Guru Viral, Film Budi Pekerti Sukses Hadirkan Tawa dan Air Mata Penonton

Kompas.com - 03/11/2023, 13:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – “Ah, suwi!” teriak Bu Prani bergegas meninggalkan pasar.

Dalam bahasa Jawa, “suwi” berarti “lama”. Ia kesal lantaran setelah antre lama untuk membeli kue putu, seorang pembeli lain justru seenaknya menyelak.

Itulah penggalan adegan film Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja. Bu Prani yang diperankan Sha Ine Febriyanti menjadi tokoh sentral dalam cerita.

Ia diceritakan sebagai seorang guru dengan kompas moral yang kuat. Terlebih, mata kuliah yang diampunya adalah Bimbingan Konseling (BK). Budi pekerti tentu menjadi santapan hari-harinya untuk menghadapi siswa-siswa di sekolah.

Sayang, pedoman tersebut justru menjadi bumerang lantaran aksinya menegur orang yang tak mau antre viral lewat video berdurasi 20 detik di media sosial. Netizen mengganggap ucapan Bu Prani sebagai umpatan “asui” yang berarti “anjing”.

Akibat kesalahpahaman tersebut, tindakannya pun dianggap tidak mencerminkan pribadi seorang guru. Sejak itu, hidup Bu Prani dan keluarga yang berdomisili di Yogyakarta pun menjadi kacau balau. Padahal, dia dan dua anaknya tengah berjuang dalam penyembuhan sang suami dari gangguan bipolar akibat usaha yang bangkrut dihantam pandemi Covid-19.

Keluarga Bu Prani tak henti mendapat perundungan, mulai dari dicari-cari kesalahan lainnya hingga terancam kehilangan pekerjaan. Pengabdiannya selama bertahun-tahun sebagai guru seolah menguap begitu saja hanya dengan adanya video viral.

Tangisan dari mata sebelah kiri dan naikkan berat badan

Kekuatan cerita film berdurasi 1 jam 51 menit itu semakin menarik dengan deretan pemain yang tak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan, sampai diperbincangkan di media sosial.

Beberapa waktu belakangan, potongan behind the scene Prilly Latuconsina yang berperan sebagai Tita—anak Bu Prani—viral. Video ini memperlihatkan Prilly yang tengah melakukan shoot dengan arahan Wregas.

"Air mata masuk setelah menelah ludah, mengembuskan napas, dan kalau bisa dari mata sebelah kiri. Do your best. And action!" begitu ucapan Wregas kepada Prilly.

Meski terbilang sulit, arahan itu pun disikat habis oleh kemampuan akting Prilly yang semakin matang.

Rupanya, beberapa kebudayaan memercayai bahwa menjatuhkan air mata dari sebelah kiri terlebih dahulu saat menangis menandakan kepedihan yang mendalam. Hal inilah yang ingin disampaikan Wregas dalam adegan emosional tersebut.

"Orang jahat! Orang jahat! Orang jahat! Orang jahat!" demikian dialog Prilly yang terbukti membuat penonton turut merasakan emosi Tita.

Hal serupa juga dilakukan Sha Ine. Dalam salah satu adegan, Sha Ine diminta untuk meneteskan air mata dari mata kiri saja.

Untuk memancing emosi tersebut, Wregas pun memperdengarkan rekaman audio berisi suara anak-anak Sha Ine.

“Itu surprise dari Wregas karena di scene itu dia meminta (saya) meneteskan air mata, bukan nangis. Sementara, saya enggak pernah menangis seperti itu,” kata Ine dalam konferensi pers Budi Pekerti, Senin (30/10/2023).

Para cast dan sutradara film Budi Pekerti dalam program Hype Talk di Menara Kompas, Senin (16/10/2023). Dok. KOMPAS.com Para cast dan sutradara film Budi Pekerti dalam program Hype Talk di Menara Kompas, Senin (16/10/2023).

Cerita berbeda disampaikan Dwi Sasono yang memerankan karakter Pak Didit, suami Bu Prani. Bagi dia, berperan sebagai pria depresi bukan hal sulit.

Sebab, Wregas melakukan persiapan khusus dalam proses reading untuk membedah setiap karakter sebelum syuting dimulai.

"Enggak berat sih. Lebih ke menyenangkan rasanya karena di prosesnya saja sudah menyenangkan. Kami mencari latar belakang Pak Didit seperti apa, sebab, dan akibatnya di mana," kata Dwi seperti diberitakan Kompas.com, Senin (4/9/2023).

Lain lagi dengan Angga Yunanda yang memerankan tokoh Muklas dalam film tersebut. Dia diminta untuk menaikkan berat badan hingga 15 kg.

Selain berat badan, Angga juga mengubah gaya rambutnya khusus untuk film Budi Pekerti. Karakter Muklas yang diperankan sengaja dibuat memiliki warna rambut kuning.

“Mereka ingin ada perubahan yang cukup signifikan, dari berat badan, pewarnaan rambut, sampai mimik wajah,” kata dia.

Sederhana tapi penuh makna

Bisa dibilang bahwa ide cerita yang diangkat pada film Budi Pekerti sebenarnya sederhana dan mudah dipahami penonton. Sebab, cerita ini lekat (relate) dengan kehidupan masyarakat.

Wregas juga berhasil mengejawantahkan semiotika secara tepat lewat properti, misalnya ring light, yang ditampilkan pada akhir cerita.

Ring light itu menawarkan suatu kesempurnaan. Sebab, di depan media sosial, semua orang ingin perfect,” ujar Wregas.

Ketika akhirnya keluarga Bu Prani memutuskan untuk pergi dari rumah dan meninggalkan ring light, itu artinya mereka sudah bersedia meninggalkan exposure, ingar-bingar dunia maya, dan kesempurnaan fana yang selama ini ditawarkan ring light.

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan Wregas juga simpel. Namun, kepiawaiannya berhasil mengubah cerita menjadi lebih matang dan elegan.

Berbagai aspek penceritaan, mulai setting, lighting, blocking, framing, hingga staging juga ditata apik sehingga alur cerita berjalan mulus dan tak monoton.

Sajian itu semakin menarik dengan dukungan artistik dan musik yang turut mengaduk emosi penonton sepanjang cerita.

Jadi, naratologi yang lekat dengan keluarga masa kini, deretan aktor dan aktris dengan kepiawaian yang tak diragukan lagi, serta sinematografi yang tertata apik adalah sederet alasan bahwa film Budi Pekerti merupakan tontonan wajib untuk disaksikan pada akhir pekan.

Tujuh belas nominasi pada Festival Film Indonesia (FFI) 2023 serta sambutan positif pada Toronto International Film Festival (TIFF) 2023 dan SXSW Sydney 2023 Screen Festival pun pantas didapatkan.

Film itu juga akan berkeliling ke beberapa festival internasional lain, seperti Taipei Golden Horse International Film Festival 2023.

Yuk, saksikan keseruan lika-liku media sosial lewat “tragedi” Bu Parni di jaringan bioskop Tanah Air sejak Kamis (2/11/2023).

Informasi lebih lengkap mengenai film tersebut bisa ditemukan pada Instagram @filmbudipekerti dan @rekatastudio, Twitter @budipekertifilm dan @rekatastudio, Tiktok @filmbudipekerti, Youtube Rekata Studio, serta Facebook Rekata Studio.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com