Advertorial

Menkop UKM Ajak ICMI Ciptakan Sumber Ekonomi Baru lewat Transformasi Digital UMKM

Kompas.com - 05/11/2023, 14:31 WIB

KOMPAS.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengajak Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) untuk bersama-sama menciptakan sumber ekonomi baru. Salah satunya, melalui percepatan transformasi digital bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Teten menjelaskan, percepatan digitalisasi bagi UMKM diperlukan untuk memperluas akses pasar. Menurutnya, Indonesia tidak boleh hanya menjadi sasaran perluasan pasar negara lain dan dibanjiri produk impor murah yang berpotensi merusak pangsa pasar UMKM Indonesia.

"Saat ini, struktur ekonomi masih didominasi UMKM. (Hal) ini menunjukkan, struktur ekonomi Indonesia yang gemuk di (sektor ekonomi) mikro. Tantangannya adalah mengembangkan UMKM Tanah Air agar semakin produktif dan berdaya saing," kata Teten dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (5/11/2023).

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Lokakarya Nasional ICMI yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (3/11/2023), dengan tema “Kolaborasi Pemberdayaan Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Mikro Syariah yang Berdaya Saing di Era Digital”.

Teten pun memberi contoh digitalisasi usaha di Korea Selatan (Korsel). Ia menilai, Korsel merupakan negara paling adaptif terhadap teknologi digital. Dengan kemajuan Korsel saat ini, mereka bahkan berambisi mengalahkan Jepang dalam berbagai bidang.

"Saat berkunjung ke Korsel, saya berdialog dengan para pelaku usaha muda di sana. Mereka berusaha terus berinovasi. Pasalnya, jika sedikit saja tidak inovatif, mereka khawatir produk unggulan, seperti Hyundai dan Samsung akan kalah bersaing dengan produk dari Jepang,” ungkap Teten.

Padahal, imbuhnya, Korsel punya pasar dalam negeri yang cukup besar mencapai 50 juta orang. Jika ingin masuk ke pasar global, mereka harus mampu bersaing dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang melalui penguasaan teknologi yang tinggi.

Oleh karena itu, Teten berharap agar pelaku UMKM Indonesia melakukan inovasi. Ia berharap, jangan sampai usaha besar membunuh usaha kecil, sektor formal membunuh sektor informal, dan warung rakyat kalah dengan warung modern.

"Di Korsel, UMKM menjadi bagian rantai pasok industri besar. Memang kita terlambat melakukan industrialisasi dan hanya fokus di hilir tanpa memperhatikan sektor hulu. Ke depan, ini menjadi tantangan kita," ucapnya.

Maka dari itu, kata Teten, merencanakan masa depan Indonesia 5-10 tahun mendatang menjadi langkah penting agar bisa menjadi negara maju.

"Potensi kita sangat besar. Akan tetapi, apakah Indonesia sudah mampu memenuhi syarat menjadi negara besar? Agenda kita sekarang adalah menciptakan lapangan kerja berkualitas yang menggantikan ekonomi subsisten," katanya.

Teten mengakui, untuk bisa menyelesaikan tantangan tersebut tak mudah. Dibutuhkan penyelesaian masalah dengan pendekatan dari berbagai sisi. Salah satunya, melalui program hilirisasi berbasis sumber daya alam (SDA) dan keunggulan domestik lewat hasil perkebunan, pertanian, dan kelautan yang kerap disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kita harus menumbuhkan sumber ekonomi baru. Walaupun sekarang fondasi sudah dimulai dengan larangan ekspor bahan mentah, kita juga harus menyusun peta jalan industrialisasi. Saya sudah sampaikan bahwa industrialisasi harus melibatkan koperasi dan UMKM. Sebab, tanpa melibatkan mereka kita tidak bisa mengubah struktur ekonomi subsisten," ujarnya.

Lebih lanjut, Teten mengatakan, industrialisasi yang dilakukan harus berbasis keunggulan domestik sehingga punya potensi untuk maju dan berkembang. Sebagai contoh, Indonesia dan ASEAN memiliki kekuatan pada sektor aquaculture dan agrikultur.

"Jika Indonesia memimpin ASEAN dengan dua sektor ini, (perkembangan ekonomi) akan sangat luar biasa,” katanya.

Ajak berbagai pihak berkontribusi

Untuk itu, Menkop UKM mengajak ICMI dan pihak terkait lain untuk bekerja sama dengan pemerintah dan berkontribusi dalam melahirkan ekonomi baru, termasuk mencari alternatif pembiayaan yang mudah dan murah.

“Sebab, akses pembiayaan selama ini masih menjadi kendala bagi UMKM, khususnya terkait aset sebagai agunan," ujar Teten.

Ia melanjutkan, inovasi dalam pembiayaan UMKM mencakup tersedianya pembiayaan murah, cepat, dan mudah. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi untuk meningkatkan rasio kredit perbankan bagi UMKM dari 20 persen menjadi lebih dari 30 persen pada 2024.

Kemudian, meningkatkan plafon KUR dari nominal maksimum Rp 500 juta, menjadi Rp 20 miliar. Selanjutnya, KUR tanpa agunan naik dari Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta, pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Bergulir- Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) hanya untuk koperasi, dan pembiayaan usaha perempuan melalui Mekaar.

Selain akses pembiayaan, Teten menegaskan, transformasi digital UMKM juga menjadi suatu keharusan. Untuk diketahui, pemerintah telah menargetkan sebanyak 30 juta UMKM masuk ke ekosistem digital (onboarding digital). Saat ini, telah ada 22 juta UMKM yang berjualan secara online.

"Saya berharap dari UMKM. Oleh karena itu, kita kembangkan dengan dukungan ekosistem. Dengan begitu, UMKM bisa segera mengubah struktur ekonomi Indonesia agar menjadi negara maju pada 204. Salah satunya, dengan mendorong UMKM masuk ke sektor strategis," ujar Teten.

Senada dengan Teten, Ketua Umum ICMI Arif Satria mengatakan, kompetisi ekonomi dan industri di masa depan mengarah kepada kreativitas dan imajinasi.

Untuk itu, ia mengajak para pelaku usaha berfokus pada future practice agar dapat menjadi leader (pemimpin). Pasalnya, saat ini mayoritas bisnis dilakukan hanya berbasis past practice, cenderung menjadi follower (pengikut).

"Kita sedang berada dalam situasi yang memerlukan kemampuan untuk melakukan terobosan dan kreativitas. Sebab, masa depan merupakan kompetisi imajinasi dan kreativitas. Orang kecil jangan berpikir selamanya akan kecil. Meskipun saat ini (bisnis) masih kecil, kita punya peluang besar menjadi besar di depan. Hal terpenting adalah punya pola pikir kreatif dan (fokus pada) future practice," katanya.

Era masa depan, lanjut Arif, disebut sebagai era give economy yang ditandai dengan aktivitas menyumbang sebagai bagian dari investasi, serta kepedulian dan value untuk berbagi pada rumus ekonomi.

"Untuk seluruh (pelaku) usaha di mana pun, kami harap bisa berkolaborasi untuk saling berbagi. Sebab, (peluang) bisnis di masa depan terbuka bagi orang-orang yang tahu ekosistem, banyak berjejaring, dan berkolaborasi," kata Arif.

Untuk diketahui, saat ini, ICMI telah mendampingi 382 UMKM untuk membangun mimpi dan optimisme dengan kerja nyata serta konkret.

"ICMI tidak hanya berencana, tetapi juga menjadi pelopor untuk membangun ekosistem bisnis masa depan," imbuhnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com