Advertorial

Inovasi Keren dari Anak-Anak SMKN 7 Ini Bikin Mereka Juara SIC Batch 4

Kompas.com - 06/11/2023, 17:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Tim Eaterstellar dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Semarang berhasil meraih peringkat pertama pada ajang Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 4 2023. Capaian ini diraih berkat inovasi produk Smart PLTS yang mereka ciptakan.

Sebagai informasi, SIC adalah program pendidikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) global bagi para kaum muda yang diinisiasi oleh Samsung.

Melalui program tersebut, Samsung berupaya mengembangkan bakat anak muda lewat pelatihan serta mendorong para peserta untuk memecahkan masalah. Dengan begitu, anak-anak muda dapat mengoptimalkan potensinya di masa depan, khususnya di bidang teknologi.

Adapun Smart PLTS merupakan sistem atau perangkat untuk memantau dan melakukan pertukaran sumber arus untuk rumah dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ataupun sebaliknya.

Hardware Engineer Eaterstellar Khrisna mengatakan, Smart PLTS terdiri dari tiga fitur utama. Pertama, input solar panel untuk membantu memantau besaran daya dari panel surya. Kedua, battery percentage untuk memantau kapasitas baterai dari perangkat tersebut melalui aplikasi.

Ketiga, output daya untuk memantau daya yang dikeluarkan sebagai sumber energi untuk rumah.

“Jadi, alat ini kami ciptakan untuk membantu melakukan efisiensi daya listrik untuk setiap rumah. Smart PLTS bisa membantu melakukan efisiensi daya hingga 70 persen,” ujar Khrisna saat ditemui Kompas.com di sela acara SIC Winner Announcement yang diadakan di Spark, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Khrisna menjelaskan, proses instalasi Smart PLTS cukup mudah. Pengguna cukup memasang dan menyambungkan perangkat tersebut dengan sistem listrik, baik dari PLTS maupun listrik PLN.

Tim Eaterstellar bersama dengan solusi Smart PLTS.Dok. Samsung Tim Eaterstellar bersama dengan solusi Smart PLTS.

Adapun pemantauan dan penggantian sumber arus listrik dari PLTS ke listrik PLN atau sebaliknya bisa dilakukan dengan dua cara, yakni secara otomatis dan manual melalui situs khusus yang telah mereka ciptakan.

Lebih lanjut, Khrisna menjelaskan bahwa Smart PLTS terinspirasi dari tren penggunaan sumber energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.

“Lewat Smart PLTS, kami ingin mendukung program Go Green pemerintah dan membantu mengurangi polusi-polusi dari sumber listrik. Selain itu, PLTS itu juga kan belum digunakan secara luas di Indonesia karena membutuhkan biaya yang besar. Dengan (inovasi) ini, kami ingin coba memberikan solusinya,” kata Khrisna.

Dukungan infrastruktur dan pendampingan

Keberhasilan tim Eaterstellar dalam menciptakan inovasi Smart PLTS tak lepas dari peran besar SIC. Pasalnya, program ini memberikan dukungan berupa bimbingan dan infrastruktur mumpuni yang mereka butuhkan untuk mengembangkan inovasi teknologi.

Software Engineer Eaterstellar Adrian Teja menjelaskan bahwa salah satu dukungan yang berperan signifikan selama proses pengembangan Smart PLTS adalah program mentoring.

“Kalau di sekolah kan pelajaran bisa dibilang terbatas. Nah, selama di SIC ini, kami bisa belajar banyak terkait programming dan internet of things (IoT). Kami jadi kenal bahasa, istilah, dan perangkat baru. Kompetensi kami juga jadi bertambah. Materinya pun bagus-bagus. Mengingat, SIC kan bootcamp, jadi kalau kami cari materinya sendiri itu pasti susah dan mahal,” jelas Adrian.

Tim Eaterstellar saat berdiskusi bersama perwakilan Samsung dan pemerintah.

Dok. Kompas.com/Erlangga Satya Tim Eaterstellar saat berdiskusi bersama perwakilan Samsung dan pemerintah.

Dari segi infrastruktur, tambahnya, SIC juga menyediakan berbagai perangkat mumpuni yang sangat membantu tim Eaterstellar dalam pengembangan Smart PLTS. Berkat itu, ia dan tim jadi lebih leluasa untuk bereksplorasi saat menciptakan produk.

Software Raspberry Pi untuk Python, misalnya. Padahal, ini adalah perangkat dasar yang umum digunakan untuk coding. Sekolah kami belum memiliki (peranti lunak) itu sehingga apa yang (dapat) kami lakukan cukup terbatas. (Kami) baru punya itu sejak ikut SIC dan sekarang kami bersyukur bisa belajar lebih banyak. Raspberry Pi itu sangat mahal. Makanya, itu jadi kendala buat kami,” kata Adrian.

Adrian melanjutkan, kualitas mentor yang mendampingi selama proses bootcamp juga jadi salah satu faktor pendukung keberhasilan Eaterstellar untuk meraih juara pertama pada ajang SIC Batch 4 2023.

“Mentor kami sangat membantu. Mereka tidak pernah memaksa kami melakukan sesuatu. Mereka benar-benar sabar mendampingi kami dan memberikan ilmu yang sangat dibutuhkan. Misal, ketika kami ada masalah, mentor kami tidak langsung memberikan solusi. Namun, kami diajak berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluarnya,” ucapnya.

Majukan pendidikan Indonesia

Guru SMKN 7 Semarang sekaligus pendamping tim Eaterstellar Firmansyah menilai, SIC merupakan program penting yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Menurutnya, program tersebut dapat menjadi wadah yang tepat untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Air.

“SIC sangat penting untuk membantu pendidikan kita, khususnya di sektor teknologi. Selama kegiatan SIC, siswa dan siswi kami benar-benar diberikan wadah untuk bisa mengeluarkan ide dan mengimplementasikannya jadi produk nyata,” kata Firmansyah.

Ia menilai, peningkatan mutu pendidikan berpotensi untuk mendongkrak nilai atau value tenaga pengajar sekaligus siswa-siswinya.

“Tak hanya itu, sistem pembelajaran juga pasti akan jadi lebih variatif sehingga bisa memberikan pembelajaran pendidikan yang bernilai dan bermakna melalui produk inovasi yang diciptakan. Mohon maaf, selama ini kan pendidikan hanya sebatas teori saja,” ucap Firmansyah.

Senada dengan gurunya, Khrisna juga menilai program SIC dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pelajar di Indonesia.

“Sebagai seorang pelajar, saya jelas sangat terbantu. Saya kan mau menjadi seorang engineer dan keikutsertaan saya pada SIC jadi portfolio di masa depan. Terpenting, SIC ini jadi wadah yang tepat untuk menambah skill saya. Sebelumnya, kami para pelajar tidak punya wadah ini,” ujar Khrisna.

Meski begitu, Khrisna mengingatkan kepada para pelajar di Indonesia yang berminat mengikuti program SIC tahap selanjutnya agar mempersiapkan diri dan mental dengan baik.

Pasalnya, kata Khrisna, diperlukan komitmen kuat dan kreativitas tinggi untuk bisa meraih keberhasilan di program tersebut.

“Anak sekolah seperti kami kan mentalnya masih labil. Namun, kami dituntut untuk disiplin dan mau berkorban waktu. SIC ini kan berlangsung selama setahun. Selama itu, kami harus bisa menyempurnakan inovasi yang dibuat. Tak jarang kami mengalami kebuntuan. Akibatnya, kami bekerja sangat keras. Bahkan, Sabtu dan Minggu pun kami tetap berkumpul membahas produk,” terangnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com