Advertorial

Pertunjukan Renggana, Pesan untuk Menjaga Budaya Indonesia

Kompas.com - 08/11/2023, 11:22 WIB

KOMPAS.com – Komunitas Perempuan Menari (KPM) Menyelenggarakan pentas bertajuk “Renggana” di Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu (4/11/2023). Ini merupakan pentas kelima KPM sejak mulai menggelar pentas tahunan pada 2018.

Adapun deretan pentas KPM meliputi Seloka Swarnadwipa (2018), Pesona Timur (2019), Genderang Swargabhumi (2020), dan Dayana Dwipantara (2022). Pentas tahunan itu sempat hiatus pada 2021 lantaran pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Nama Renggana yang menjadi tema besar pentas itu berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “perempuan pujaan”. Nama ini juga diartikan sebagai perempuan yang setia, welas asih, dan penyayang.

Selain itu, Renggana memiliki karakter yang menyukai tantangan, kepribadian luwes, ingin hidup damai, serta menginginkan kesepadanan intelektual dengan pasangannya.

Penata Tari KPM Supriyadi Arsyad menyebutkan bahwa dalam pertunjukan Renggana, perempuan memegang peran sentral.

Pada pentas tersebut, perempuan menjadi pujaan, baik oleh laki-laki maupun anak-anak. Tidak hanya tampil di panggung, tetapi juga merawat, melestarikan, dan menjaga budaya Indonesia, terutama dalam seni tari.

Upaya tersebut menjadi salah satu cara KPM untuk menghormati dan mengapresiasi peran perempuan dalam masyarakat.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Pentas Renggana Marina Joy menuturkan bahwa Renggana adalah bentuk penghargaan KPM dan menjadi panggung untuk menyampaikan pesan cinta terhadap budaya Indonesia.

“Para perempuan yang awalnya mungkin tidak memiliki latar belakang dalam seni tari, kini ingin menjalani keinginan mereka untuk melestarikan budaya dengan cara yang unik,” jelasnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (7/11/2023).

Pentas tersebut dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama terdiri dari tarian repertoar yang mencakup beragam budaya, seperti tarian dari Palembang, Jawa, Betawi, dan Ambon.

Sementara, sesi kedua disebut sebagai "tarian garapan". Pada sesi ini, semua penari akan turun bersama-sama. Tarian-tarian ini merupakan garapan budaya dari tari tradisional yang diolah dengan sentuhan kreativitas dan menghadirkan nuansa segar bagi penonton.

Selain itu, ada pula pembacaan Pasal 6 Gurindam 12 karya sastra Raja Ali Haji oleh Aylawati Sarwono selaku bintang tamu. Hal ini yang menjadi keunikan dari pentas KPM tahun ini.

Sebagai bintang tamu, Aylawati mengungkapkan rasa kagum dan bangganya terhadap KPM.

Ia menjelaskan bahwa keterlibatan dalam pergelaran Renggana didasarkan pada cintanya terhadap seni dan budaya. Baginya, penting untuk mendukung kegiatan seni budaya dan melestarikan tradisi Indonesia yang sangat beragam.

“Saya juga berharap KPM dapat berkembang dan membuka cabang di berbagai tempat sehingga lebih banyak orang dapat mengakses kegiatan menari yang bermanfaat,” imbuhnya.

Aylawati berharap, penonton Renggana dapat lebih mengenal tari-tarian Nusantara, menghargai budaya bangsa sendiri, serta dapat merasakan keindahan seni budaya dalam bentuk yang menarik dan modern.

Sementara itu, salah satu Founder KPM Sabena Betty Sihombing mengatakan bahwa Renggana memiliki beberapa tujuan, termasuk sebagai ajang untuk mengaktualisasikan diri bagi anggota komunitas dan meningkatkan semangat latihan.

“Pentas tahunan ini tidak hanya merupakan acara seni yang memukau, tetapi juga merupakan langkah menuju mengenalkan lebih banyak orang pada KPM dan membangun rasa kebersamaan yang lebih kuat di antara anggotanya,” ujar Sabena.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau