Advertorial

PLTU Babelan Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan, Emisi Karbon yang Dikurangi Setara Daya Serap Lebih dari 1,4 Juta Pohon Dewasa

Kompas.com - 13/11/2023, 17:25 WIB

KOMPAS.com – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Babelan di Bekasi Utara, Bekasi, Jawa Barat, menjadi salah satu pembangkit listrik yang telah menerapkan teknologi ramah lingkungan terkini.

Selain itu, PLTU milik PT Cikarang Listrindo Tbk (kode emiten: POWR) berkapasitas 280 MW yang pertama kali dioperasikan pada 2017 tersebut juga memiliki daerah operasional dengan 40 persen lahan merupakan area hijau.

Standar operasionalnya pun sudah mendapatkan peringkat Proper Biru dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK). Ini berarti, perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan sesuai dengan persyaratan dari Kementerian LHK.

Kini, perusahaan juga tengah meningkatkan standar operasional agar memenuhi peringkat Proper Hijau.

Cikarang Listrindo telah mengaplikasikan standar operasi tertinggi pada PLTU Babelan. Salah satunya adalah teknologi ramah lingkungan CFB.

CFB dapat memanfaatkan berbagai bahan bakar padat, seperti batu bara dan biomassa dengan kualitas beragam dalam kisaran temperatur pembakaran di 850-900 derajat Celsius. Teknologi ini memberikan tingkat emisi nitrogen oksida (NOx) lebih rendah karena suhu tungku juga lebih rendah.

Adapun ketel berteknologi CFB yang digunakan di PLTU Babelan dipasok oleh Valmet Oy. Untuk diketahui, perusahaan asal Finlandia ini telah mengembangkan boiler CFB selama lebih dari 30 tahun dan menjadi salah satu pemasok terdepan yang diakui dalam teknologi CFB.

Teknologi CFB telah digunakan di banyak negara maju, seperti Australia, Perancis, Finlandia, Jerman, Inggris, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan. Di Denmark, Finlandia, dan Estonia, 15 persen produksi listriknya menggunakan bioenergi.

Teknologi CFB sendiri dapat dirancang dan dioperasikan dengan 100 persen biomassa. Karena itu, penggunaan teknologi CFB pada PLTU Babelan membuka peluang terhadap penggunaan bahan bakar terbarukan yang padat, seperti cangkang sawit dan kayu sisa, sebagai pengganti batu bara.

Standar operasional PLTU Babelan pun sudah mendapatkan peringkat Proper Biru dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK).Dok.Cikarang Listrindo Standar operasional PLTU Babelan pun sudah mendapatkan peringkat Proper Biru dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK).

Berdasarkan siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (13/11/2023), Cikarang Listrindo secara bertahap akan meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati sampai dengan 20 persen dari kapasitas boiler CFB. Hal ini tertuang dalam peta jalan rancangan pengurangan karbon perusahaan.

Pada 2021, public power utility (PPU) yang beroperasi di Indonesia sejak 1993 tersebut berhasil menyelesaikan pembangunan sistem biofuels handling di unit CFB pertama PLTU Babelan dalam persiapan mencapai target.

Selama proyek uji coba, CFB di PLTU Babelan menggunakan cangkang sawit dan serbuk kayu sebagai langkah awal dalam pengadopsian bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Perusahaan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan opsi bahan bakar nabati lain sebagai alternatif di masa depan.

Kemudian, pada 2025, perseroan akan membangun dan mengoperasikan sistem biofuels handling lain untuk unit CFB kedua PLTU Babelan.

Langkah tersebut akan membuat 25 persen dari total konsumsi batu bara perseroan digantikan oleh bahan bakar nabati. Hal ini sesuai dengan komitmen perseroan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 20 persen pada 2030, sekaligus mendukung sektor energi bersih yang digadang pemerintah.

Cikarang Listrindo juga secara bertahap akan melakukan peningkatan pembakaran dengan bahan bakar nabati yang ramah lingkungan. Akumulasi produksi energi dengan pembakaran biomassa yang dilakukan sejak 2020 hingga September 2023 telah mencapai 124.563 MWh.

Dengan capaian tersebut, perseroan berhasil mengurangi emisi sekitar 136,4 kTon CO2 selama hampir empat tahun. Angka ini setara dengan daya serap lebih dari 1,4 juta pohon dewasa.

Kemampuan PLTU menjadi pembangkit listrik ramah lingkungan juga tak terlepas dari Elektrostatik Precipitator (ESP) yang tersemat pada unit. Komponen ini mengumpulkan partikulat yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar padat sehingga mengurangi emisi ke udara.

Pengendalian emisi sulfur dioksida (SO2) dilakukan dengan memilih bahan bakar yang memiliki kandungan sulfur rendah dan memberikan batu kapur ke dalam boiler untuk mengurangi pembentukan SO2 dan SO3.

Emisi udara PLTU Babelan telah dipantau secara real-time menggunakan Continuous Environment Monitoring System (CEMS) yang dipasang di setiap cerobong PLTU. Perangkat tersebut terintegrasi dengan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK) yang dapat diakses oleh Kementerian LHK setiap saat.

Hal itu menunjukkan komitmen perseroan terhadap transparansi dan profesionalitas dalam mengelola emisi pembangkit listrik.

Laporan emisi juga disampaikan kepada publik melalui Laporan Keberlanjutan Perseroan dan disertifikasi oleh pihak independen internasional. Emisi gas buang SO2, NOx, dan partikulat dari PLTU Babelan pada semester I 2023 adalah <163 mg/Nm3, <181 mg/Nm3, <32 mg/Nm3, secara berturut-turut. Angka-angka ini berada di bawah batas lingkungan yang ditetapkan oleh Kementerian LHK.

PLTU Babelan juga menggunakan teknologi air condensing cooler (ACC) untuk pendinginan. Teknologi ini tidak memerlukan air seperti pembangkit PLTU pada umumnya karena proses uap didinginkan oleh udara sekitar yang mengalir melalui steam coil.

Dengan demikian, area sekitar operasional PLTU tidak mengalami kekurangan air dan terhindar dari kekeringan sehingga tidak menimbulkan dampak buruk pada keragaman hayati.

Pada 2023, PLTU Babelan mengambil inisiatif berkelanjutan dengan membangun Rumah Pembibitan untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang diperlukan untuk penghijauan, baik di dalam maupun di luar area pembangkitan.

Saat ini, sudah ditanam lebih dari 3.000 pohon, termasuk lima pohon langka South-Indian Vatica (Vatica chinensis). Pada periode sama, akan ditambah sebanyak 1.000 pohon akasia.

Di luar lokasi pembangkitan, perseroan melakukan penanaman 5.000 pohon bakau di Desa Pantai Bahagia, timur laut dari Babelan, sejak 2019 dan masih berlanjut di tahun ini.

Melalui pengalaman sepanjang tiga dekade sejak 1993, perseroan mengambil pembelajaran terbaik dalam menjalankan perusahaan listrik yang tidak hanya mengedepankan keuntungan (profit), tetapi juga manusia (people) dan Bumi (planet).

Upaya tersebut dilakukan untuk menambah nilai bagi pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sekitar dan lingkungan.

Dengan slogan “Terang yang Membawa Kebaikan”, Cikarang Listrindo senantiasa mendorong karyawan untuk berdampak baik kepada sekitar serta merepresentasikan semangat para pendiri perseroan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com