Advertorial

Begini Cara Penanganan Pertama Cedera Saat Bermain Golf

Kompas.com - 15/11/2023, 14:07 WIB

KOMPAS.com - Golf merupakan salah satu olahraga yang memerlukan gerakan sejumlah sendi (range of motion) serta kekuatan otot. Karena itu, olahraga ini berisiko menimbulkan cedera.Bahkan, berdasarkan sejumlah penelitian, risiko cedera saat bermain golf mencapai 64 persen.

Dokter Spesialis Ortopedi Subspesialis Cedera Olahraga Mayapada Hospital Tangerang dr Muhammad Alvin Shiddieqy Pohan, SpOT, SubspCO(K), menjelaskan, cedera saat bermain golf umumnya terjadi karena penggunaan otot secara berlebihan, durasi bermain dan berlatih yang tinggi, postur tubuh atau teknik mengayun yang salah, serta kurang persiapan.

Cedera dapat terjadi pada siapa saja, baik usia muda maupun tua. Meski demikian, pemain yang berusia lebih tua, obesitas, serta punya kebiasaan merokok berisiko lebih tinggi terkena cedera.

“Beberapa jenis cedera yang paling sering terjadi saat bermain golf adalah cedera pada siku, bahu, tangan dan pergelangan tangan, back pain, serta cedera lutut,” kata dr Alvin Shiddieqy dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (14/11/2023).

Dokter Alvin menjelaskan, cedera siku merupakan peradangan pada jaringan otot dan tendon di siku. Cedera ini terjadi akibat gerakan yang intens dan berulang serta tekanan berlebihan pada siku.

Apabila terjadi pada tendon siku bagian dalam, cedera tersebut disebut golfer’s elbow. Jika terjadi pada tendon siku bagian luar, cedera ini disebut tennis’ elbow. Meskipun dikaitkan dengan tenis, cedera tennis’ elbow juga dapat terjadi pada pemain golf.

“Gejala kedua jenis cedera siku tersebut biasanya berupa nyeri pada area siku, kaku saat digerakkan, kurang bertenaga dan lemah saat mengepalkan tangan, serta rasa baal dan kesemutan yang menjalar dari siku ke tangan,” jelas dr Alvin.

Cedera selanjutnya yang dapat timbul saat bermain golf adalah cedera bahu. Cedera ini terjadi akibat beban berlebih pada otot bahu. Misalnya, saat melakukan gerakan yang intens dan berulang atau teknik gerakan yang salah.

Hal tersebut mengakibatkan peradangan pada jaringan otot dan tendon di bahu. Dalam kasus tertentu, bahkan dapat mengakibatkan robekan pada otot rotator cuff atau manset rotator. Untuk diketahui, manset rotator terbentuk dari empat macam otot bahu.

Selain otot bahu, bermain golf juga dapat mengakibatkan cedera tangan atau pergelangan tangan. Sama seperti cedera siku dan bahu, cedera tangan juga diakibatkan oleh gerakan yang intens dan berulang.

Sebagai contoh, ketika pemain golf mengayunkan tongkat untuk memukul bola, daya hentak yang kuat juga dialirkan dari tongkat ke tangan dan pergelangan tangan.

Aktivitas tersebut mengakibatkan akumulasi tekanan yang berlebihan. Akibatnya, tangan dan pergelangan tangan terasa nyeri.

“Kondisi ini biasanya disertai pembengkakan jaringan sekitar,” tuturnya.

Bermain golf, lanjut dr Alvin, juga dapat mengakibatkan cedera pinggang dan nyeri punggung.

Punggung dan pinggang merupakan bagian tubuh yang tidak luput dari cedera. Terlebih, golf merupakan olahraga yang kerap melibatkan kerja punggung dan pinggang.

Gerakan rotasi atau memutar berulang ketika mengayun tongkat golf membuat beban kerja pada sendi pada punggung serta pinggang meningkat. Akibatnya, kedua bagian tubuh tersebut rentan mengalami cedera.

Adapun keluhan yang lazim dirasakan adalah nyeri. Gejala ini timbul karena ada gangguan pada otot maupun pada saraf tulang belakang.

Selain cedera punggung, bermain golf juga dapat mengakibatkan cedera lutut. Lutut dapat mengalami cedera karena menahan beban berat pada saat mengayunkan tongkat golf. Hal ini dapat mengakibatkan kelemahan otot lutut.

“Cedera dapat berupa peradangan pada jaringan otot dan tendon di lutut, robekan pada ligamen dan meniscus sendi lutut,” kata dr Alvin.

Penanganan pertama

Cedera golf harus diatasi sesegera mungkin supaya tidak menimbulkan gejala yang lebih serius. Dokter Alvin memaparkan bahwa cedera golf bisa diatasi dengan metode “do PRICE no HARM”. PRICE sendiri merupakan singkatan dari proteksi (protection), istirahat (rest), es (ice), kompres (compression), serta pengangkatan (elevation).

Proteksi dilakukan dengan melindungi area cedera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Misalnya, menggunakan penyangga atau bidai pada area yang cedera.

Selanjutnya, istirahat dengan berhenti olahraga dan aktivitas fisik. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan waktu pemulihan pada anggota tubuh yang cedera.

Kemudian, pengolesan es perlu segera dilakukan pada area yang cedera selama 15-20 menit setiap 2-3 jam. Sebaiknya, gunakan alas handuk tipis agar es tidak bersentuhan langsung dengan kulit. Jika bersentuhan langsung, es dapat menyebabkan radang dingin.

Langkah berikutnya adalah kompres menggunakan perban elastis untuk membantu mengurangi pembengkakan. Longgarkan perban bila area yang cedera mengalami mati rasa, kesemutan, tampak pucat dan kebiruan, atau rasa nyeri meningkat.

“Terakhir, lakukan pengangkatan. Posisikan bagian yang cedera lebih tinggi ketimbang bagian tubuh lain ketika berbaring,” kata dr Alvin.

Metode PRICE, kata dr Alvin, dianjurkan untuk dilakukan pada 48 hingga 72 jam pascacedera.

Pasien yang cedera juga dianjurkan untuk tidak melakukan HARM yang merupakan singkatan dari panas (heat), alkohol (alcohol), melanjutkan aktivitas (return to activity), serta pijat (massage).

Panas merujuk pada pengaplikasian obat atau benda yang menimbulkan panas pada bagian tubuh yang cedera. Hal ini bisa meningkatkan pembengkakan.

Selanjutnya, penderita juga sebaiknya menghindari mengonsumsi alkohol karena dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan pembengkakan.

Selain itu, penderita juga tidak diperbolehkan melanjutkan aktivitas yang melibatkan bagian tubuh yang cedera karena dapat memperparah.

Terakhir, hindari pijat karena dapat menyebabkan peningkatan aliran darah ke area yang cedera, nyeri, serta pembengkakan.

Tindakan lanjutan

Apabila kondisi tak kunjung membaik, penderita dianjurkan untuk mendapatkan penanganan lanjutan, baik dengan pendekatan nonperatif maupun operatif. 

Dokter Spesialis Ortopedi Subspesialis Cedera Olahraga Mayapada Hospital Bandung dr Alvin Danio Harta Da Costa, SpOT, Subsp CO(K), menjelaskan, pendekatan nonoperatif meliputi pemberian obat-obatan untuk mengatasi nyeri, mengurangi aktivitas fisik (imobilisasi), serta terapi dan rehabilitasi.

Sementara itu, pendekatan operatif dapat dilakukan dengan operasi terbuka dan minimal invasif (minim luka sayat) menggunakan artroskopi.

Tindakan artroskopi, lanjut dr Alvin Danio, dilakukan dengan membuat sayatan kecil lalu memasukkan selang kecil yang dilengkapi senter dan kamera.

Alat tersebut dapat menangkap gambaran sendi dan menampilkannya secara langsung di layar monitor. Dengan demikian, dokter dapat menganalisis dan melakukan tindakan pada bagian dalam sendi.

Penanganan cedera dengan artroskopi memberikan beberapa manfaat ketimbang operasi terbuka. Pasalnya, luka sayatan artroskopi tidak sebesar operasi terbuka.

Penanganan artroskopi memiliki berbagai kelebihan, seperti ukuran luka lebih kecil, rasa nyeri lebih minim, proses operasi lebih singkat, serta penyembuhan lebih cepat. Selain itu, secara estetik, bekas luka pascaoperasi terlihat lebih baik karena luka yang minim.

Meskipun cedera akibat bermain golf cenderung bersifat ringan, dr Alvin Danio menyarankan pemain golf untuk tetap berhati-hati.

“Pasien dapat segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami bengkak, nyeri yang bertambah parah, muncul benjolan atau perubahan bentuk, terdengar bunyi saat sendi digerakkan, kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas atau menopang badan, serta demam,” kata dr Alvin Danio.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital menyediakan layanan Sports Injury Treatment and Performance Center (SITPEC) untuk mengatasi berbagai cedera akibat bermain golf.

Layanan tersebut menyediakan penanganan komprehensif terkait olahraga dan kebugaran yang didukung tim medis profesional dari multidisiplin.

Adapun layanan SITPEC ditunjang tim dokter dari berbagai keahlian, seperti dokter spesialis kedokteran olahraga, ortopedi konsultan cedera olahraga, kedokteran fisik dan rehabilitasi, gizi klinis, serta tim fisioterapis dan sport fisioterapis.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com