Advertorial

Cegah Stunting, Generasi Muda Perlu Memahami Urgensi 1.000 HPK

Kompas.com - 16/11/2023, 11:52 WIB

KOMPAS.com - Generasi muda perlu memahami 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sedini mungkin agar mereka dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.

Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto mengatakan, periode emas 1.000 HPK penting dipahami sebagai salah satu upaya untuk menekan angka gagal tumbuh pada anak atau stunting.

Hal itu disampaikan Marroli dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting Genbest Talk bertajuk “Nutrisi 1.000 Hari Pertama untuk Remaja Prima” yang digelar di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu (15/11/2023).

Ia menjelaskan, fase 1.000 HPK dimulai sejak masa kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). Fase tersebut merupakan momentum penting karena pertumbuhan dan perkembangan anak bergerak secara cepat dan signifikan.

“Perlu dipahami, (terutama kalangan muda), 1.000 HPK tidak akan terulang dan tidak terjadi pada kelompok usia lain,” ujar Marroli dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (16/11/2023).

Sebagai informasi, Genbest Talk merupakan bagian dari Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest). Melalui kegiatan ini, Kemenkominfo berharap masyarakat juga dapat berperan dalam penurunan angka stunting.

Marroli melanjutkan, selama periode tersebut, aspek kebersihan lingkungan, pemenuhan nutrisi ibu dan anak, serta pola asuh orang tua, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan anak.

Jika hal tersebut tidak terpenuhi, anak rentan terinfeksi penyakit dan kekurangan gizi. Alhasil, pertumbuhan si kecil terganggu dan berisiko terkena stunting.

Menurut Marroli, anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya.

Anak yang terlahir stunting tidak hanya akan memiliki tubuh pendek, tetapi juga berisiko memiliki tingkat kecerdasan rendah yang dapat menurunkan tingkat produktivitas.

Selain itu, anak yang terlahir stunting juga rentan memiliki penyakit komorbid seperti darah tinggi ataupun diabetes di usia tua.

“Meskipun 1.000 HPK baru akan terjadi saat hamil, generasi muda atau calon pengantin (catin) sudah dapat mencegah stunting sejak dini dengan mengonsumsi makanan bergizi, menjalani diet sehat, mengonsumsi rutin tablet tambah darah (TTD), serta menjaga kebersihan diri,” jelas Marroli.

Marroli berharap, masyarakat di Kabupaten Gresik turut aktif mencegah stunting melalui 3P, yakni peduli dengan sekitar, terutama kondisi kesehatan keluarga. 

“Kemudian, pahami sebanyak mungkin informasi terkait stunting. Terakhir, partisipasi. Mari bersama-sama berperan aktif menyukseskan gerakan sadar stunting,” kata Marroli.

Kampanye cegah stunting

Pada kesempatan sama, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik Mukhibatul Khusnah mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik getol mengampanyekan pencegahan stunting kepada masyarakat.

Berdasarkan pengamatan di lapangan sejak 2002 hingga 2023, penyebab stunting di Kabupaten Gresik didominasi pola makan dan pola asuh pada anak-anak, terutama balita.

“(Masyarakat) kurang peduli. Banyak orangtua yang belum memahami bagaimana cara memberi makanan yang baik pada anak mereka,” katanya.

Ia memberikan contoh, banyak orangtua, terutama ibu-ibu, kerap menggunakan gawai saat memberikan makan kepada anak.

Selain itu, ada pula anak-anak yang hanya mau makan jika ditemani sambil nonton hiburan dari gawai. Variasi menu juga menjadi potensi masalah yang paling dominan untuk mencegah stunting.

Menurut Khusnah, tak sedikit orangtua yang belum paham kandungan dan nilai gizi pada makanan.

“Hasil pantauan memperlihatkan bahwa masih ada orangtua yang hanya memberi makan balita dengan nasi, kerupuk, dan kecap,” jelasnya.

Menurut Khusnah, keberhasilan penurunan angka stunting di Gresik berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia menjadi 10,7 persen pada 2022 adalah berkat kerja sama seluruh elemen masyarakat sejak 2021.

“Hal itu berkat partisipasi seluruh pihak, mulai dari swasta hingga akademisi,” imbuhnya.

Bangun kesadaran remaja dan catin

Adapun remaja dan catin dalam hal ini adalah target utama kampanye pencegahan stunting di Gresik.

Dokter sekaligus pemengaruh (influencer) Gia Pratama Putra turut menegaskan pentingnya catin memahami dan memperhatikan kualitas kesehatan.

Ia menilai, catin harus memiliki kualitas kesehatan prima agar menghasilkan kualitas bayi dalam kandungan yang bagus.

“Kualitas kesehatan anak ditentukan sejak anak ada dalam kandungan pada nol bulan hingga 1.000 hari berikutnya saat pertumbuhan,” jelas Gia.

Dokter Gia menambahkan, catin juga perlu memperhatikan jumlah komposisi makro dan mikro nutrisi untuk tubuh.

Adapun komposisi makro nutrisi masing-masing, yakni karbohidrat, protein, dan lemak sehat harus seimbang. Sementara, untuk mikro nutrisi, dapat dilengkapi dengan memenuhi asupan vitamin dan mineral.

“Vitamin terdapat pada buah-buahan dan sinar matahari, sedangkan mineral ada di sayur mayur,” tambahnya.

Terkait gizi seimbang, dr Gia mengimbau masyarakat untuk menerapkan prinsip “Isi Piringku”. Konsep ini merupakan panduan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengonsumsi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

Untuk diketahui, "Isi Piringku" menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan angka stunting melalui Kampanye Genbest.

Kampanye tersebut merupakan inisiatif Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, dan reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com