Advertorial

Fokus Riset dan Inovasi UI untuk Dukung Visi Indonesia Emas 2045

Kompas.com - 20/11/2023, 10:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia akan menikmati bonus demografi pada 2030-2040. Jumlah penduduk produktif pada dekade tersebut diprediksi mencapai 60 persen dari total penduduk Indonesia.

Hal tersebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk terlepas dari jebakan sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap). Demi mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, pemerintah pun menetapkan visi Indonesia Emas 2045.

Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) Bidang Riset dan Inovasi, drg Nurtami PhD, SpOF(K), mengatakan bahwa visi Indonesia Emas 2045 punya makna penting bagi Tanah Air.

Visi tersebut merupakan pandangan ambisius tentang masa depan Indonesia saat genap berusia 100 tahun dan sekaligus mencerminkan komitmen dalam mencapai kemajuan di berbagai sektor, seperti ekonomi, pendidikan, sains, teknologi, dan inovasi.

"Visi Indonesia Emas 2045 menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, peningkatan produktivitas ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat. Bagi para peneliti dan akademisi, visi ini menggambarkan peluang besar untuk berperan aktif dalam pengembangan solusi inovatif untuk tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi Indonesia," ujar Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) Bidang Riset dan Inovasi melalui jawaban tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (14/11/2023).

Penelitian dan inovasi berperan sebagai motor penggerak perubahan serta berkontribusi besar terhadap pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

"Sebagai periset dan akademisi, kami berperan dalam membuka pintu menuju masa depan yang lebih baik bagi Indonesia melalui pengetahuan, penelitian, dan inovasi yang berkelanjutan," kata Nurtami.

Pelibatan sains merupakan kunci penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Sains dan inovasi menjadi pendorong utama perkembangan ekonomi, peningkatan kualitas hidup, dan kemajuan masyarakat.

Dalam pengembangan teknologi dan inovasi, sains diperlukan untuk menghasilkan teknologi inovatif di berbagai sektor, seperti teknologi informasi, energi terbarukan, kesehatan, pertanian, dan industri.

"Dengan penelitian ilmiah yang kuat dan kolaborasi yang efektif antara sektor publik dan swasta, Indonesia dapat menciptakan solusi inovatif untuk tantangan-tantangan yang dihadapi," terang Nurtami.

Inovasi dan riset UI untuk negeri

UI sendiri, telah memilih sejumlah bidang riset sebagai fokus utama untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Bidang-bidang ini juga berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainability Development Goals (SDGs),

Pertama, bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). UI telah melakukan sejumlah penelitian terkait perangkat lunak, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), keamanan siber, dan infrastruktur TIK untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.

“Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti UI yang menghasilkan luaran penelitian di bidang AI dan perangkat lunak," terang Nurtami.

Penelitian bidang TIK juga berkaitan dengan poin SDGs nomor 8, yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta nomor 9, yakni industri, inovasi, dan infrastruktur.

Kedua, energi terbarukan. dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, UI aktif melakukan riset dan pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa.

Masih di bidang energi, UI juga memiliki banyak riset yang berkaitan dengan pembangkit listrik hingga fasilitas penyimpanan listrik. Riset-riset tersebut mendukung pencapaian SDGs nomor 7, yakni energi bersih dan terjangkau.

“Riset-riset ini sejalan dengan visi untuk menciptakan ketahanan energi dan mengurangi dampak lingkungan,” tutur Nurtami.

Ketiga, kesehatan. UI memprioritaskan penelitian bidang kesehatan. Penelitian bidang ini mencakup pengembangan obat-obatan, perawatan kesehatan masyarakat, serta solusi teknologi dalam sektor Kesehatan.

“Saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, UI menghasilkan banyak sekali inovasi sebagai upaya membantu Indonesia untuk menghadapi pandemi,” ungkapnya.

Riset bidang kesehatan UI, lanjutnya, juga mendukung pencapaian SDGs nomor 3, yakni kehidupan sehat dan sejahtera.

Keempat, transportasi. UI memiliki banyak riset bidang transportasi. Salah satunya terkait kendaraan listrik.

“Penelitian ini sejalan dengan visi Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) atua emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat,” terangnya.

Adapun penelitian bidang transportasi berkaitan dengan pencapaian SDGs 7, SDGs 9, dan SDGs 11 (kota dan pemukiman yang berkelanjutan).

Maksimal sinergi dengan stakeholder

Tak sekadar melakukan riset dan inovasi, UI juga bekerja sama dengan stakeholder, seperti pemerintah dan swasta, untuk mengaplikasikan hasil riset dan inovasi.

Nurtami menjelaskan, dengan pemerintah, UI menjalin kerja sama untuk mengaplikasikan hasil inovasi pada proyek-proyek strategis pemerintah. Selain itu, riset-riset UI juga menjadi bagian dari konsultasi kebijakan serta penyediaan data dan informasi bagi pemerintah.

Dengan swasta, UI menjalin kolaborasi dengan mitra pelaku industri. Tunjuannya, kalangan industri dapat memanfaatkan kekayaan intelektual yang dihasilkan UI.

Kemudian, UI juga mengembangkan inkubator inovasi. Lewat upaya ini, UI merintis dan membimbing perusahaan rintisan (start-up) guna menyalurkan inovasi UI ke masyarakat.

Selain pengaplikasian hasil inovasi, sinergi juga dilakukan UI untuk mengatasi sejumlah tantangan dalam pengembangan riset dan inovasi. Pada tantangan pendanaan, UI menjalin kerja sama dengan swasta, pemerintah, dan lembaga donor untuk mendapatkan akses sumber dana riset.

Selanjutnya, tantangan keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Guna mengatasi masalah ini, UI memiliki program-program untuk meningkatkan minat generasi Z untuk menjadi periset. Beberapa di antaranya adalah program mentoring, beasiswa riset, dan pelatihan kewirausahaan.

“UI juga membangun jaringan dengan industri dan memberikan akses ke proyek-proyek riset yang relevan kepada generasi muda,” jelasnya.

Terkait kompleksitas perizinan birokrasi, UI melalui Badan Riset dan Inovasi juga mengadvokasi penyederhanaannya. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi hambatan riset dan inovasi karena masalah perizinan.

“Sebagai kampus berbasis riset terkemuka di Indonesia, kami meyakini bahwa riset dan inovasi merupakan hal penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Untuk itu, UI akan terus berupaya melakukan riset dan inovasi, mendorong implementasi hasil riset dan inovasi, serta mengatasi hambatan-hambatan, termasuk menyiapkan SDM periset berkualitas,” tuturnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com