Advertorial

Berani Berinovasi, Kerajinan Tangan dari Desa Haur Gading Tembus sampai Jerman dan Dubai

Kompas.com - 21/11/2023, 16:20 WIB

KOMPAS.com – Indonesia dikenal memiliki kekayaan alam dan budaya dari Sabang sampai Merauke. Setiap wilayah Indonesia punya keunikan yang khas dan berbeda satu sama lain.

Sebagai contoh, Kalimantan Selatan (Kalsel). Wilayah provinsi ini terdiri atas rawa dan perairan. Dengan karakteristik wilayah seperti ini, banyak kegiatan masyarakat Kalsel dilakukan di atas air, mulai dari Pasar Terapung Lok Baintan, ternak kerbau di Danau Panggang, hingga merawat lahan purun di daerah rawa.

Ternyata, kebiasaan tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kalsel. Dari tanaman purun, penduduk Kalsel bisa mengolahnya menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi tinggi hingga mengejar pasar dunia.

Potensi tersebut disadari seorang pemuda asal Desa Haur Gading di Kalimantan Selatan, Noor Halimah. Bersama sang kakak, ia memanfaatkan purun menjadi kerajinan tangan yang lebih fungsional dan bisa berdaya saing di pasar global.

Noor bercerita, pandemi Covid-19 yang terjadi pada awal 2020 membuat ia dan kakaknya dirumahkan. Karena tidak memiliki kegiatan, mereka mendapat ide untuk mengembangkan produk anyaman tikar dan bakul supaya menjadi lebih bermanfaat.

“Saat itu, harga anyaman tikar dan bakul tidak menutup kebutuhan rumah. Akhirnya, kami berinisiatif membuat produk yang fungsional dan bisa dijual secara online. Sejak itu, lahirlah nama brand Purunque pada 2022,” kata Noor.

Kerajinan tangan dalam bentuk anyaman purun, lanjut Noor, telah menjadi kebanggaan di Desa Haur Gading, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalsel.

Purun sendiri merupakan tumbuhan sejenis pandan yang hanya bisa tumbuh di rawa atau lahan gambut. Uniknya, sebelum dianyam, tanaman yang memiliki helaian batang dan bertekstur keras ini harus ditumbuk terlebih dahulu.

Noor bercerita, ide untuk mengembangkan produk lokal di Desa Haur Gading muncul saat ia melihat bahan dasar purun yang lentur, kuat, dan tahan lama. Selanjutnya, ia melakukan riset dan mencari tahu peluang yang bisa didapatkan dengan memanfaatkan tanaman ini.

Ternyata, purun bisa dikembangkan menjadi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini. Terlebih, produk yang terbuat dari bahan alami sedang naik daun dalam beberapa waktu belakangan. Konsumen cenderung memilih produk yang bisa terurai secara alami.

“Jadi, Purunque membuat inovasi produk berupa tas, dompet, dan totebag. Saan ini, produk terbaru kami adalah tas laptop,” ujarnya.

Warga Desa Haur Gading sedang mengolah purun. DOK. Kanal YouTube Kompas TV Warga Desa Haur Gading sedang mengolah purun.

Meski berasal dari tanaman liar, kata Noor, Purunque berhasil memberdayakan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, terutama perempuan di Desa Haur Gading. Bahkan, Purunque sukses memberdayakan empat RT di desa tersebut. Selain itu, terdapat 25 orang yang tergabung ke dalam kelompok. 

Sebelum menikmati keberhasilan seperti sekarang, Noor terlebih dahulu menghadapi berbagai tantangan. Menurutnya, memberdayakan warga desa untuk membuat inovasi baru cukup sulit. Pasalnya, pengrajin di Desa Haur Gading sudah terbiasa mengolah purun menjadi tikar.

Demi membuat pengrajin keluar dari zona nyaman, ia berinisiatif mendatangkan ahli untuk melatih serta meningkatkan skill pengrajin. Dengan demikian, mereka bisa menganyam berbagai produk selain tikar.

“Alhamdulillah, inovasi tersebut berhasil membuat Purunque seperti sekarang. Saat ini, kami berhasil mengekspor produk hingga ke Dubai (Uni Emirat Arab) dan Jerman,” ucap Noor.

Dukungan BRI

Noor menjelaskan bahwa berkat kehadiran Bank Rakyat Indonesia (BRI), hasil kerajinan tangan Desa Haur Gading terus berkembang pesat.

Pasalnya, bank terbesar di Indonesia ini mendukung pelaku usaha melalui berbagai program, mulai dari penyediaan modal, pendampingan usaha, hingga pemberdayaan pengrajin setempat. 

Sejak 2022, lanjut Noor, Purunque telah menggunakan rekening BRI untuk kepentingan kelompok juga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Terlebih, BRI memiliki aplikasi BRImo yang dapat membantu pelaku usaha melakukan transaksi dan membayar para pengrajin kapan pun dan di mana pun. 

Owner Purunque Noor Halimah. DOK. Kanal YouTube Kompas TV Owner Purunque Noor Halimah.

Dengan berbagai kelebihan tersebut, Purunque mengedukasi pengrajin untuk menabung di Tabungan BRI Simpedes. Tujuannya, supaya hasil kerja mereka dapat terlihat.

“Berkat BRI, Purunque juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti BRILIANPRENEUR 2022, mendapatkan pelatihan online, dan mengirimkan produk untuk dipamerkan pada program showcase di Jakarta,” kata Noor.

Kisah Purunque yang mampu memaksimalkan potensi Desa Haur Gading hingga bisa mengekspor produk hingga ke luar negeri dapat menginspirasi banyak orang untuk berinovasi. 

Untuk menyaksikan kisah mereka, Anda dapat menyaksikannya melalui tayangan “Petualangan BRILiaN The Series 3 Episode 3: Meningkatkan Nilai, Memanfaatkan Sumberdaya lokal” di kanal YouTube Kompas TV. Klik tautan ini untuk menyaksikannya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com