Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengadakan forum literasi demokrasi bagi generasi muda Papua di Sleman, Yogyakarta, Selasa (21/11/2023). Kegiatan bertema ‘Rajut Kebersamaan Demi Bumi Papua’ menghadirkan narasumber Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi Y.Argo Twikromo dan Influencer Cayetanus Stefanus Torot.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Ditjen IKP Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan menyambut Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024 nanti secara bersama-sama generasi muda harus mampu menjaga demokrasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, internet dan media sosial. Hal itu dalam rangka untuk memilah dan memilih informasi yang layak digunakan untuk menetapkan keputusan secara bijak, baik bagi diri sendiri maupun pihak lain.
Menurutnya demokrasi bukan hanya persoalan memberikan suara, melainkan juga mencakup perlindungan hak-hak individu sebagai warga negara, supremasi hukum, dan pertukaran gagasan yang dinamis. “Kita memupuk literasi demokrasi dengan memahami pentingnya tata kelola pemerintahan yang inklusif, menghormati hak-hak minoritas, dan berpartisipasi secara konstruktif dalam kehidupan berpolitik untuk membentuk masa dengan bangsa dan negara,” terang Usman.
Usman mengungkap bahwa yang menjadi tantangan adalah mahasiswa Papua perantauan dari Bumi Cendrawasih yang tinggal di Yogyakarta pada saat Pemilu 2024 nanti hanya akan memilih Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di Tempat Pemungutan Suara. “Dengan catatan sudah mendaftarkan diri sebagai pemilih di TPS terdekat, baik di tingkat RT maupun lokasi lainnya,” tambah Usman. Pemuda Papua perantauan tidak bisa memilih calon legislatif, karena hanya dapat dipilih di daerah asal.
Dalam menghadapi masa kampanye selama 75 hari yang dimulai Selasa 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024 nanti, pemilih diberi kesempatan untuk mencermati platform demokrasi setiap pasangan capres, para caleg, dan partai politik. “Kita perlu mencermati data resmi yang bersumber dari KPU dan Badan Pengawas Pemilu. Di luar itu, kita perlu cermati data, informasi, konten, dan berita dari media massa dan media sosial,” terang usman.
Menurutnya media sosial berpotensi menyebarkan hoaks politik, kampanye hitam, dan ujaran kebencian yang rawan beredar tanpa batas ruang dan waktu serta melampaui batas etika politik dan demokrasi, bahkan melanggar peraturan perundang-undangan.
Penyelenggara Pemilu dan pemerintah telah mengundang dan melibatkan pengelola platform digital dan media sosial di Indonesia untuk turut berperan aktif menjaga demokrasi di ruang-ruang digital. Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat, terutama generasi muda Papua diharapkan memiliki ketrampilan analitis, kritis, dan terlibat dalam diskursus publik secara konstruktif. Ini agar setelah pemekaran provinsi di Papua menjadi enam, generasi muda menjadi ujung tombak secara bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan.
Menanggapi hal tersebut, Argo kemudian mengungkap jika setiap suku-suku di Papua memiliki caranya sendiri-sendiri untuk menjaga keharmonisan diantara mereka. Lalu, Cayetanus menambahkan salah satu cara yang bisa dilakukan mengasah ketrampilan literasi tadi yakni dengan memilih lingkungan yang positif termasuk di ruang digital. "Sebisa mungkin juga tidak hanya di ruang digital, tapi dengan tetap memperhatikan keadaan lingkungan sekitar kita," terangnya.
Pada kesempatan diskusi tersebut para mahasiswa perantauan Papua mengemukakan keluh-kesahnya terkait pembangunan dan kondisi di Papua. Cayetanus juga mengemukakan tantangan penerimaan lingkungan saat di perantauan. Untuk itu menyarankan agar para pemuda Papua diperantauan harus mau bergaul dan berbaur dengan masuk sebuah organisasi di lingkungan kampus sesuai dengan minat masing. "Sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi langsung dipraktekkan dilingkungan organisasi, karena akan menambah ilmu wawasan, sehingga nanti jika bergaul di ruang digital tidak mudah menerima informasi yang sala," jelasnya.
Terkait dengan akan berlangsungnya Pemilu, kedua narasumber mengingatkan dengan perbedaan pilihan harus tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Hal itu bisa dimulai secara bersama-sama dengan gotong-royong saling mengingatkan diantara generasi muda untuk tidak menyebarkan informasi palsu atau hoaks. "Mari kita saling mengenal, saling memaklumi dan berbaur agar saling memahami budaya masing-masing," kata Argo.
Cayetanus kemudian mengungkapkan jika menggunakan sosial media untuk berkomunikasi sama seperti mengendarai kendaraan. "Selama kita menggunakanya untuk hal yang baik, maka jalanya akan akan baik juga", ujar Cayetanus.
Senada dengan Cayetanus, Argo mengungkap jika sering mengunggah hal yang negatif di media sosial maka akan terstigma jika hal tersebut dianggap positif."Untungnya ketika hal positif yang muncul itu akan memumnculkan kebahagiaan tersediri," kata Argo yang sangat paham budaya masyarakat Papua. Menurutnya, sebagai pemuda harus terus menambah wawasan dengan meningkatkan literasi agar mampu berbaur dan saling menghargai. Ia mengungkap memulai hal tadi awalnya agak sulit, namun jika sudah dijalani akan sangat membahagiakan.