Advertorial

Canggih, Intip Bedah Minim Luka Kasus Ginekologi dengan Teknik SILS

Kompas.com - 24/11/2023, 17:00 WIB

KOMPAS.com - Ginekologi atau ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit pada sistem reproduksi perempuan semakin berkembang pesat, baik di bidang teknologi maupun tenaga medis.

Adapun tenaga medis di bidang ginekologi kian andal, terlatih, dan fasih dalam menangani kasus-kasus, terutama pada prosedur pembedahan.

Untuk diketahui, luka operasi atau bedah kini dapat dilakukan dengan ukuran sekecil mungkin sehingga bekas luka minim. Tak hanya itu, luka juga jadi dapat pulih dengan lebih cepat. Teknik ini populer disebut sebagai teknik bedah minimal invasif.

Salah satu teknik pembedahan minimal invasif yang banyak diterapkan oleh para medis adalah laparoskopi atau metode sayatan.

Adapun metode sayatan pada laparoskopi terbagi menjadi dua. Pertama, single-incision laparoscopic surgery (SILS). Metode ini terdiri dari satu sayatan kecil berukuran 1-1,5 cm di daerah pusar.

Kedua, metode konvensional. Pada metode ini, terdapat 2-3 sayatan kecil berukuran 1-1,5 cm di bagian perut.

Laparoskopi SILS dan konvensional sama-sama memberikan luka dan rasa nyeri minimal, serta lama rawat yang singkat.

Pada praktiknya, kedua metode tersebut menggunakan kamera untuk memvisualisasikan secara langsung organ dalam perut. Dengan begitu, tindakan pembedahan dengan cara membuka perut secara keseluruhan (laparatomi) tidak lagi dibutuhkan.

-Dok. Mayapada Hospital -

Salah satu pusat layanan terpadu penanganan kanker di Tanah Air, Oncology Center Mayapada Hospital, saat ini, rutin melakukan prosedur Laparoskopi SILS dan konvensional.

Untuk memberikan pelayanan optimal, Mayapada Hospital didukung oleh para dokter yang mumpuni serta fasilitas penunjang medis andal.

Dokter Spesialis Obgyn Subspesialis Ginekologi Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Dr dr Tricia Dewi Anggraeni, SpOG Subsp.Onk(K) turut berbagai pengalaman dalam melakukan laparoskopi SILS dan konvensional.

Dokter Tricia mengatakan, penggunaan metode tersebut dapat membantu pasien cepat pulih sehingga dapat beraktivitas kembali.

Adapun metode tersebut diakui dr Tricia dapat meminimalisasi rasa nyeri setelah tindakan operasi.

“Metode SILS sering diterapkan pada kasus ginekologi jinak seperti miom, kista, dan pengangkatan rahim. Namun, pada pasien keganasan atau kanker, seperti kanker serviks dan kanker endometrium, metode SILS sulit diterapkan karena diperlukan penambahan sayatan untuk mempermudah pengambilan jaringan secara luas,” ujar dr Tricia dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (24/11/2023).

Untuk itu, lanjut dr Tricia, kasus tersebut dapat ditangani dengan metode laparoskopi konvensional.

Meskipun metode SILS dan konvensional disebut sebagai tindakan minim luka sayatan, imbuh dr Tricia, kedua metode ini tidak mengurangi kualitas atau ketelitian para tim medis untuk menggapai bagian yang sulit dan tetap akurat.

“Hal itu karena visualisasi organ dilakukan dengan menggunakan kamera yang memudahkan operator atau tim medis untuk melihat organ dengan lebih jelas dan terarah,” kata dr Tricia.

Pasien lekas pulih

-Dok. Mayapada Hospital -

Adapun tindakan bedah melalui laparoskopi diklaim banyak memberikan keuntungan untuk pasien.

Berkat metode tersebut, luka pada pasien pulih lebih cepat sehingga mereka bisa kembali beraktivitas dan melakukan rangkaian terapi lanjutan tanpa harus khawatir luka operasi sebelumnya.

Manfaat metode operasi laparoskopi diakui pasien kanker payudara Nyonya C (32 tahun) dengan kasus ginekologi (kandungan) jinak yang diperlukan tindakan pengangkatan rahim.

Untuk diketahui, Nyonya C menjalani laparaskopi SILS pada 18 September 2023 untuk pengangkatan rahim, beserta kedua indung telur dan salurannya. Operasi ini ditangani oleh dr Tricia.

Dalam waktu dua hari pascatindakan, pasien dapat beraktivitas normal diikuti dengan melanjutkan rangkaian terapi untuk penanganan terhadap kanker payudara yang dialami.

Setelah laparoskopi SILS berhasil dilakukan, Nyonya C pun menceritakan pengalaman dirinya menjalani metode tersebut.

“Saya senang. Dengan operasi yang saya jalani kemarin, pemulihan saya sangat cepat. Operasi dilakukan pada Sabtu sore. Namun, Senin pagi sudah diperbolehkan pulang. Pada Selasa, saya sudah (bisa) kembali bekerja,” tutur Nyonya C.

Tidak hanya itu, imbuh Nyoca C, dr Tricia juga menyiapkan treatment plan berikutnya di mana ia masih harus menjalani kemoterapi untuk kanker payudara pada pekan berikutnya.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada dokter dan tim Mayapada Hospital,” kata Nyonya C.

Lebih lanjut, dr Tricia yang akrab disapa dengan dr Anggi itu menambahkan, dalam kasus pasien tersebut, kanker payudara adalah penyakit dasar pasien.

Untuk itu, diharapkan pemulihan yang lebih cepat terhadap kasus ginekologi yang dialami agar pasien dapat segera melanjutkan dan menjalani rangkaian terapi kanker sesuai rencana.

“Metode SILS dengan satu sayatan juga meminimalisasi risiko dibandingkan dengan sayatan yang lebih banyak, minim perdarahan, dan memiliki aspek kosmetik yang baik sehingga perawatan bekas luka menjadi lebih minim,” terang dr Tricia.

Untuk diketahui, laparoskopi SILS merupakan salah satu perkembangan di bidang operasi laparoskopi.

Dalam hal ini, kemampuan dan pengalaman dokter menjadi salah satu aspek penting dalam melakukan metode atau teknik laparoskopi.

Tidak hanya untuk operasi kandungan atau yang berkaitan dengan sistem reproduksi saja, tetapi juga operasi lain, seperti pengangkatan batu empedu dan usus buntu.

Meski begitu, perlu ditekankan kembali bahwa SILS pada kasus ginekologi hanya dapat dikerjakan pada kasus jinak atau nonkanker, sedangkan untuk kasus kanker dapat dikerjakan menggunakan laparoskopi konvensional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com